22.6 C
Madura
Tuesday, June 6, 2023

Perekonomian Nelayan Sapeken Terancam

WABAH Covid-19 berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pembatasan aktivitas dan kunjungan juga mengakibatkan laju perekonomian masyarakat di Kota Keris melemah. Terlebih di wilayah kepulauan.

Salah satunya di Kecamatan Sapeken. Masyarakat di daerah yang terdiri atas beberapa pulau itu saat ini khawatir. Laut yang biasa menjadi lahan mata pencaharian tidak sepenuhnya memberikan pendapatan untuk nafkah keluarga. Hal itu dikeluhkan Rahman, 56, warga Kampung Bukut, Desa/Kecamatan Sapeken, Sumenep.

Pabrik-pabrik es rugi puluhan juta. Bahkan, banyak yang memilih menutup industrinya. Kondisi tersebut seiiring dengan banyaknya nelayan yang tak lagi melaut. Sebab, permintaan pasar terhadap hasil laut nelayan menurun.

Selama ini, nelayan Sapeken banyak menjual hasil tangkapannya ke Bali. Namun, dengan adanya pembatasan sesuai kebijakan pemerintah, restoran dan pasar-pasar di Pulau Dewata yang biasa membeli hasil laut nelayan Sapeken kini tidak menerima. Pasar penjualan nelayan berkurang.

”Rugi, untuk biaya operasional perahu saja sudah tidak bisa ditutupi dari hasil tangkapan,” ungkapnya kemarin (30/3).

Baca Juga :  Kejaksaan Usut Dana KUR dan Kupedes

Tidak hanya itu, banyaknya nelayan yang memutuskan tak melaut juga merembet pada usaha lainnya. Di antaranya, pabrik es dan pengepul ikan. Harga ikan turun drastis. Bahkan, sebelumnya banyak nelayan yang memilih tidak menjual ikan hasil tangkapan karena ditawar dengan harga miring.

”Sehari-hari kami lebih banyak mencari nafkah di laut. Sekarang hasil laut tidak bisa diharapkan. Bingung mau dapat penghasilan dari mana dalam kondisi saat ini,” keluh Rahman.

Anggota Komisi II DPRD Sumenep Badrul Aini menyampaikan, kondisi masyarakat kepulauan saat ini cukup memilukan. Menurut dia, perekonomian masyarakat kepulauan terancam lumpuh. Die menerangkan, selama dua pekan terakhir, banyak aktivitas nelayan berhenti total. Ikan yang biasa ditangkap nelayan tidak bisa dijual.

”Masyarakat terancam kelaparan. Hasil laut tidak lagi bisa memberikan penghasilan,” kata wakil rakyat dari daerah pemilihan (dapil) 6 itu.

Badrul menjelaskan, 90 persen masyarakat Sapeken bekerja sebagai pengais rezeki di laut. Pekerjaan petani tidak banyak digeluti karena lahan dan kontur tanah tidak mendukung untuk pertanian. Hanya di beberapa pulau seperti Sabuntan yang bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Sedangkan di Pulau Sapeken, mayoritas masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil laut.

Baca Juga :  Target Review SD dan SMP Tuntas Hari Ini

”Padi gak bisa tumbuh. Beras tidak ada karena masyarakat tidak lagi punya penghasilan untuk beli. Ini sudah bencana,” kata politikus PBB itu.

Sementara itu, Ketua SAI Januar Herwanto juga berharap di tengah kondisi wabah Covid-19 empat bupati di Madura bisa mengambil kebijakan bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi. Jika bisa, para kepala daerah berbesar hati dengan bersedekah kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi saat ini.

”Kelegaan hati mereka semoga diikuti para kepala dinas dan pejabat lainnya. Dengan begitu, tak tercipta asumsi bahwa musim berbagi dan peduli hanya saat kampanye,” ujarnya. 

WABAH Covid-19 berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pembatasan aktivitas dan kunjungan juga mengakibatkan laju perekonomian masyarakat di Kota Keris melemah. Terlebih di wilayah kepulauan.

Salah satunya di Kecamatan Sapeken. Masyarakat di daerah yang terdiri atas beberapa pulau itu saat ini khawatir. Laut yang biasa menjadi lahan mata pencaharian tidak sepenuhnya memberikan pendapatan untuk nafkah keluarga. Hal itu dikeluhkan Rahman, 56, warga Kampung Bukut, Desa/Kecamatan Sapeken, Sumenep.

Pabrik-pabrik es rugi puluhan juta. Bahkan, banyak yang memilih menutup industrinya. Kondisi tersebut seiiring dengan banyaknya nelayan yang tak lagi melaut. Sebab, permintaan pasar terhadap hasil laut nelayan menurun.


Selama ini, nelayan Sapeken banyak menjual hasil tangkapannya ke Bali. Namun, dengan adanya pembatasan sesuai kebijakan pemerintah, restoran dan pasar-pasar di Pulau Dewata yang biasa membeli hasil laut nelayan Sapeken kini tidak menerima. Pasar penjualan nelayan berkurang.

”Rugi, untuk biaya operasional perahu saja sudah tidak bisa ditutupi dari hasil tangkapan,” ungkapnya kemarin (30/3).

Baca Juga :  Target Review SD dan SMP Tuntas Hari Ini

Tidak hanya itu, banyaknya nelayan yang memutuskan tak melaut juga merembet pada usaha lainnya. Di antaranya, pabrik es dan pengepul ikan. Harga ikan turun drastis. Bahkan, sebelumnya banyak nelayan yang memilih tidak menjual ikan hasil tangkapan karena ditawar dengan harga miring.

”Sehari-hari kami lebih banyak mencari nafkah di laut. Sekarang hasil laut tidak bisa diharapkan. Bingung mau dapat penghasilan dari mana dalam kondisi saat ini,” keluh Rahman.

- Advertisement -

Anggota Komisi II DPRD Sumenep Badrul Aini menyampaikan, kondisi masyarakat kepulauan saat ini cukup memilukan. Menurut dia, perekonomian masyarakat kepulauan terancam lumpuh. Die menerangkan, selama dua pekan terakhir, banyak aktivitas nelayan berhenti total. Ikan yang biasa ditangkap nelayan tidak bisa dijual.

”Masyarakat terancam kelaparan. Hasil laut tidak lagi bisa memberikan penghasilan,” kata wakil rakyat dari daerah pemilihan (dapil) 6 itu.

Badrul menjelaskan, 90 persen masyarakat Sapeken bekerja sebagai pengais rezeki di laut. Pekerjaan petani tidak banyak digeluti karena lahan dan kontur tanah tidak mendukung untuk pertanian. Hanya di beberapa pulau seperti Sabuntan yang bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Sedangkan di Pulau Sapeken, mayoritas masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil laut.

Baca Juga :  Pemuda Tewas Tenggelam di Kolam

”Padi gak bisa tumbuh. Beras tidak ada karena masyarakat tidak lagi punya penghasilan untuk beli. Ini sudah bencana,” kata politikus PBB itu.

Sementara itu, Ketua SAI Januar Herwanto juga berharap di tengah kondisi wabah Covid-19 empat bupati di Madura bisa mengambil kebijakan bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi. Jika bisa, para kepala daerah berbesar hati dengan bersedekah kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi saat ini.

”Kelegaan hati mereka semoga diikuti para kepala dinas dan pejabat lainnya. Dengan begitu, tak tercipta asumsi bahwa musim berbagi dan peduli hanya saat kampanye,” ujarnya. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/