SUMENEP – Bupati Sumenep A. Busyro Karim angkat bicara perihal sistem penyediaan air minum (SPAM) yang belum beroperasi di Pulau Giliyang. Dia beralasan, fasilitas yang dibangun belum beroperasi karena terkendala sumur sumber air di Desa Candi, Kecamatan Dungkek.
Dia memang mengaku air bersih sangat dibutuhkan warga Pulau Giliyang. Karena itu, proyek yang ditangani Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) itu harus segera dioperasikan. Namun, sekarang ini terkendala sumur yang perlu ada penambahan. ”Yang ada sekarang masih dua sumur. Perlu ada tambahan satu sumur,” katanya kemarin (30/1).
Busyro menyampaikan, tambahan satu sumur itu sangat menentukan SPAM beroperasi. Karena itu, perlu ada dorongan anggaran dari pemerintah provinsi (pemprov) dan pemerintah pusat. ”Rapat dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah siap semua. Termasuk dengan anggarannya,” ungkap mantan ketua DPRD itu.
Namun, baru-baru ini yang datang ke Sumenep malah pejabat lain. Bukan pejabat yang sebelumnya sudah membacakan tindak lanjut SPAM tersebut. Karenanya, mereka tidak tahu berkenaan dengan kelanjutan rencana pengoperasian SPAM ke Pulau Oksigen itu.
”Tak pikir, datang ke sini sudah bawa dengan anggarannya. Tapi, malah lebih banyak nanya-nanya,” ucapnya.
Dengan demikian, tambahan satu sumur yang seharusnya sudah beres kini belum bisa terwujud. ”Direncanakan habis Rp 2 miliar. Tapi karena di pusat banyak rolling pejabat, ya harus push lagi,” terangnya.
Termasuk hari ini (31/1), direncanakan pejabat badan koordinator wilayah (bakorwil) akan berkunjung ke pulau yang terdiri atas Desa Bancamara dan Banraas itu. Mereka akan diperlihatkan kondisi sumur di Desa Candi supaya ada perhatian. ”Masyarakat Pulau Giliyang sangat menunggu air bersih ini,” jelasnya.
Menurut dia, dua sumur yang ada tidak sesuai harapan. Kondisi debit air memaksakan untuk tambah satu sumur. Sebab, jika dipaksakan beroperasi, mesinnya akan mengalami kerusakan. ”Pipanya pipa besar. Air yang mengalir sedikit. Tentu harus nambah satu sumur,” katanya.
Setelah semua beres, nanti SPAM ini akan dikelola PDAM sebagai pelaksana. Sebab, PDAM jauh lebih profesional urusan tersebut. ”Tahun ini insyaallah harus beroperasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kades Banraas Mathor menegaskan, warganya sangat membutuhkan air bersih. Saking butuhnya, masyarakat rela membeli air bersih ke daratan Desa Dungkek. ”Kami menunggu SPAM itu dioperasikan karena sangat dibutuhkan,” katanya.
Pembangunan SPAM di Kecamatan Dungkek ini selesai 2017. Namun, proyek BPWS itu belum dapat dinikmati meski telah diserahkan kepada Pemkab Sumenep. Pengeboran air di Desa Candi telah selesai. Pemasangan pipa dan pembangunan tandon sudah beres. Pipa bawah laut di perairan Dungkek juga telah dipasang.
Sebelumnya, Direktur PDAM Sumenep Ach. Supandi mengaku sangat siap mengoperasikan SPAM tersebut. Namun, hanya sebagai operator. Sebab, pelaksanaannya ada di dinas perumahan rakyat, kawasan permukiman (DPRKP) dan cipta karya.
Versi Supandi, listrik untuk sumur SPAM belum lengkap. Dari dua sumur, listrik yang terpasang hanya cukup satu. Kewenangan menambah daya listrik itu menjadi tanggung jawab DPRKP dan cipta karya.
Namun, keterangan tersebut disanggah Kepala DPRKP dan Cipta Karya Sumenep Bambang Irianto. Sesuai perintah bupati, PDAM yang harus mengoperasikan SPAM. Pihaknya hanya menyiapkan listrik dan itu sudah selesai dengan menghabiskan anggaran Rp 300 juta.
Pada 14 Januari lalu, pihaknya melaksanakan rapat persiapan serah terima pengelolaan barang milik negara (BMN) bersama PDAM dan BPWS. Hasil rapat tersebut, pengelolaan SPAM menjadi tanggung jawab PDAM Sumenep.