SUMENEP, Jawa Pos Radar Madura – Rencana pengoperasian sistem penyediaan air minum (SPAM) di Pulau Gili Iyang, Kecamatan Dungkek, belum jelas. Bahkan, hingga jelang tutup tahun 2021 tidak ada tanda-tanda akan difungsikan.
Proyek SPAM di pulau oksigen terbaik di dunia itu selesai pada 2017 silam. Proyek tersebut bersumber dari pemerintah pusat melalui Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS). Sasarannya untuk memberikan penyediaan air bersih kepada warga di dua desa di Pulau Gili Iyang, yakni Banraas dan Bancamara.
Namun, hingga lima tahun berjalan, masyarakat di Desa Banraas dan Bancamara belum juga menikmati manfaat atas keberadaan proyek SPAM tersebut. Direktur PDAM Sumenep Febmi Noerdiansyah mengatakan, secara pengelolaan aset, itu memang diserahkan ke PDAM. Namun, ketika dicek ke lokasi, ternyata debit air yang keluar sangat kecil. Tidak memungkinkan untuk bisa mengirim air ke dua desa tersebut.
”Tahun 2021 ini sudah ada pembicaraan untuk segera difungsikan. Tapi, sepertinya untuk pengoperasiannya tidak tahun ini, melainkan tahun depan,” kata dia kemarin (29/12).
Menurut Febmi, lokasi sumur bor yang akan mengirim air ke Pulau Gili Iyang itu ada di Desa Candi, Kecamatan Dungkek. Di sana terdapat dua sumur bor, tapi debit air keduanya kecil. ”Ketika kami pompa, air yang keluar sedikit,” ujarnya.
Maka dari itu, pihaknya menegaskan bahwa tahun depan harus ada pengeboran ulang. Menurut dia, titik sumber air yang debitnya tinggi sudah diketahui. ”Kita lihat sama-sama nanti dengan OPD terkait,” katanya.
Febmi menyatakan, dalam hal pengeboran ulang itu harus melibatkan OPD teknis yang lain. Sebab, berkaitan dengan kebutuhan biaya. ”Posisi kami urusan pengelolaan. Hal yang berkaitan dengan pengeboran itu urusan OPD teknis,” tuturnya.
Dijelaskan, dalam mencari sumber air tidak hanya pengeboran. Tetapi, harus ada pembebasan lahan. Sebab, lokasi yang memiliki sumber air banyak itu berada di lahan milik warga. ”Pengeboran sekaligus pembebasan lahan,” sebutnya.
Dia menambahkan, upaya tersebut akan segera diwujudkan tahun depan. Menurutnya, sudah dianggarkan untuk kegiatan tersebut. ”Tapi, secara pasti kami belum tahu. Hanya, informasinya disiapkan untuk kegiatan pengeboran ulang,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Sumenep Abdul Hamid Ali Munir mengatakan, program SPAM di Dungkek itu sudah lama dibangun. Semestinya bisa dinikmati oleh warga setempat, bukan malah dibiarkan mangkrak tidak jelas.
”Kan eman, habis anggaran besar, tapi tak dimanfaatkan, jelas mubazir dong,” katanya.
Padahal, proyek SPAM di Dungkek itu menelan dana cukup besar. Program tersebut dari BPWS sebelum dibubarkan. ”Kalau tidak keliru, habis dana Rp 54 miliar,” tandasnya.