23.9 C
Madura
Sunday, April 2, 2023

Semarak Hari Jadi Perlu Evaluasi

SUMENEP – Pesta Hari Jadi Ke-750 Sumenep Minggu (27/10) semarak. Event spektakuler di depan Masjid Jamik Sumenep itu dihadiri pejabat penting dan undangan dari berbagai daerah di Indonesia. Termasuk anggota Forum Silaturahmi Keraton Nusantara. Namun, kemegahan acara tersebut tak memberikan ruang yang cukup untuk masyarakat Sumenep.

Ribuan pengunjung harus menerima kenyataan jika gelaran pesta tak bisa ditonton leluasa. Mereka hanya bisa melihat pertunjukan dari beberapa sisi yang terbatas. Sekeliling area acara dipagar besi dan terop panggung undangan yang tinggi. Bagian belakang terop undangan juga ditutup menggunakan backdrop hitam.

Meski ada sedikit ruang menonton bagi masyarakat umum di bagian selatan dan utara, pandangan pengunjung terhalang petugas keamanan. Sementara di sisi barat, masyarakat tidak bisa menikmati pertunjukan pesta dengan baik. Sebab, pertunjukan menghadap ke arah terop VIP di sisi timur. Ada juga warga yang harus mengintip di antara terop panggung undangan VIP.

Di sekeliling Taman Pottre Koneng banyak warga memilih duduk di pinggir jalan karena tak bisa menonton pertunjukan. Di Jalan Panglima Sudirman juga terlihat banyak warga yang berharap bisa menyaksikan perayaan pesta ulang tahun kotanya sendiri. Kondisi tersebut membuat banyak pengunjung lebih memilih meninggalkan lokasi acara. Sebab, tak mendapat ruang untuk menjadi saksi perayaan hari jadi tahun ini.

Baca Juga :  Temuan Kompleks Pemakaman Curi Perhatian Warga

Hidayat, 52, warga Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, sangat ingin melihat kemegahan pesta hari jadi. Namun, acara yang digelar tersebut terkesan eksklusif sehingga tak bisa dinikmati masyarakat umum. ”Kami orang Sumenep. Ini hari jadi kota kami. Tapi sesulit ini untuk menikmati pesta kami sendiri,” keluhnya.

Ketua Ngadek Sodek Parjuga (NSP) Science & Culture Januar Herwanto mengatakan, dari tahun ke tahun helatan hari jadi Sumenep selalu menyisakan ketidakberpihakan. Acara yang semestinya sebagai pesta rakyat, hanya dinikmati pejabat. Gelaran acara yang juga menyedot APBD itu hanya dinikmati pejabat dan undangan VIP. Sementara masyarakat yang tumpah ruah dibatasi pagar tinggi.

”Harus ada langkah nyata dari pemkab untuk mementingkan masyarakat. Pejabat sudah berjubel kemudahan dan fasilitas. Kapan masyarakat bisa menikmati hari jadinya sendiri?” kritiknya kemarin (28/10).

Baca Juga :  Guru dan Murid Kompak Berpakaian Adat

Januar mengaku miris melihat deretan pejabat dengan pakaian keraton duduk di deretan VIP. Adanya tempat khusus dan batasan ruang bagi pengunjung menurutnya terkesan sengaja dibentuk disparitas antara pejabat dengan masyarakat.

”Roh eksekutif itu melayani bukan dilayani. Spirit kesetaraan dan kebersamaan gu’-teggu’ sabbu’ sareng song-osong lombung semestinya digaungkan pada acara ini,” kata Januar.

Menurutnya, alangkah lebih baik pemkab tidak mempertontonkan disparitas sosial dalam menyajikan prosesi dan seremonial hari jadi. Pejabat duduk di kursi VIP, sedangkan masyarakat terhalang besi. ”Semoga lebih jeli lagi melihat seremonial hari jadi agar tahun depan betul-betul menjadi pesta rakyat,” ucapnya.

Kepala Disparbudpora Sumenep Carto mengatakan, antusias pengunjung memang luar biasa. Dia mengaku akan mengevaluasi persoalan tersebut. Dia akan mengupayakan pesta hari jadi lebih bisa dinikmati masyarakat umum. ”Kekurangan ini mungkin kesalahan kami. Kami akan koreksi. Tahun depan bisa disediakan videotron agar masyarakat juga bisa menonton pertunjukan,” janjinya. 

SUMENEP – Pesta Hari Jadi Ke-750 Sumenep Minggu (27/10) semarak. Event spektakuler di depan Masjid Jamik Sumenep itu dihadiri pejabat penting dan undangan dari berbagai daerah di Indonesia. Termasuk anggota Forum Silaturahmi Keraton Nusantara. Namun, kemegahan acara tersebut tak memberikan ruang yang cukup untuk masyarakat Sumenep.

Ribuan pengunjung harus menerima kenyataan jika gelaran pesta tak bisa ditonton leluasa. Mereka hanya bisa melihat pertunjukan dari beberapa sisi yang terbatas. Sekeliling area acara dipagar besi dan terop panggung undangan yang tinggi. Bagian belakang terop undangan juga ditutup menggunakan backdrop hitam.

Meski ada sedikit ruang menonton bagi masyarakat umum di bagian selatan dan utara, pandangan pengunjung terhalang petugas keamanan. Sementara di sisi barat, masyarakat tidak bisa menikmati pertunjukan pesta dengan baik. Sebab, pertunjukan menghadap ke arah terop VIP di sisi timur. Ada juga warga yang harus mengintip di antara terop panggung undangan VIP.


Di sekeliling Taman Pottre Koneng banyak warga memilih duduk di pinggir jalan karena tak bisa menonton pertunjukan. Di Jalan Panglima Sudirman juga terlihat banyak warga yang berharap bisa menyaksikan perayaan pesta ulang tahun kotanya sendiri. Kondisi tersebut membuat banyak pengunjung lebih memilih meninggalkan lokasi acara. Sebab, tak mendapat ruang untuk menjadi saksi perayaan hari jadi tahun ini.

Baca Juga :  Hari Jadi Bangkalan Kembalikan Ingatan tentang Salak

Hidayat, 52, warga Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, sangat ingin melihat kemegahan pesta hari jadi. Namun, acara yang digelar tersebut terkesan eksklusif sehingga tak bisa dinikmati masyarakat umum. ”Kami orang Sumenep. Ini hari jadi kota kami. Tapi sesulit ini untuk menikmati pesta kami sendiri,” keluhnya.

Ketua Ngadek Sodek Parjuga (NSP) Science & Culture Januar Herwanto mengatakan, dari tahun ke tahun helatan hari jadi Sumenep selalu menyisakan ketidakberpihakan. Acara yang semestinya sebagai pesta rakyat, hanya dinikmati pejabat. Gelaran acara yang juga menyedot APBD itu hanya dinikmati pejabat dan undangan VIP. Sementara masyarakat yang tumpah ruah dibatasi pagar tinggi.

”Harus ada langkah nyata dari pemkab untuk mementingkan masyarakat. Pejabat sudah berjubel kemudahan dan fasilitas. Kapan masyarakat bisa menikmati hari jadinya sendiri?” kritiknya kemarin (28/10).

Baca Juga :  Guru dan Murid Kompak Berpakaian Adat
- Advertisement -

Januar mengaku miris melihat deretan pejabat dengan pakaian keraton duduk di deretan VIP. Adanya tempat khusus dan batasan ruang bagi pengunjung menurutnya terkesan sengaja dibentuk disparitas antara pejabat dengan masyarakat.

”Roh eksekutif itu melayani bukan dilayani. Spirit kesetaraan dan kebersamaan gu’-teggu’ sabbu’ sareng song-osong lombung semestinya digaungkan pada acara ini,” kata Januar.

Menurutnya, alangkah lebih baik pemkab tidak mempertontonkan disparitas sosial dalam menyajikan prosesi dan seremonial hari jadi. Pejabat duduk di kursi VIP, sedangkan masyarakat terhalang besi. ”Semoga lebih jeli lagi melihat seremonial hari jadi agar tahun depan betul-betul menjadi pesta rakyat,” ucapnya.

Kepala Disparbudpora Sumenep Carto mengatakan, antusias pengunjung memang luar biasa. Dia mengaku akan mengevaluasi persoalan tersebut. Dia akan mengupayakan pesta hari jadi lebih bisa dinikmati masyarakat umum. ”Kekurangan ini mungkin kesalahan kami. Kami akan koreksi. Tahun depan bisa disediakan videotron agar masyarakat juga bisa menonton pertunjukan,” janjinya. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/