22.6 C
Madura
Tuesday, June 6, 2023

Jaga di Perbatasan, Begini Curahan Petugas Kesehatan

SUMENEP – Coronavirus disease 2019 (Covid-19) menjadi persoalan dunia. Semua pihak bahu-membahu memutus penyebaran wabah ini. Petugas kesehatan juga kini sibuk melaksanakan pengabdian di daerah masing-masing.

Tak terkecuali mereka yang bertugas di perbatasan Sumenep-Pamekasan, tepatnya di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan. Mereka harus berjaga secara bergilir selama 24 jam.

Khotibatul Ummah, seorang perawat di Puskesmas Pragaan mencurahkan isi hatinya melalui jejaring media sosial Facebook.

Sabtu (28/3) pukul 22.00, dia mengunggah sebuah catatan berjudul ”Apa Yang Anda Pikirkan Saat Melihat Foto-Foto Ini?” dengan disertai lima foto pos jaga di perbatasan. Satu diantaranya gambar tiga perawat bernama Mulyadi, Badrussyamsi, dan Sucipto.

Berikut curahan lengkap lulusan Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab, Sampang, pemilik akun Facebook bernama Ummah El Kamil itu. Dalam dunia tulis-menulis dikenal dengan nama Hammu Lutabitahk.

APA YANG ANDA PIKIRKAN SAAT MELIHAT FOTO-FOTO INI?

Apakah Anda juga seperti kebanyakan teman-teman saya yang menganggap bahwa ini semacam operasi zebra? Atau bila Anda melihat beberapa foto orang dengan pakaian seperti astronot ini Anda bertanya-tanya mereka ini siapa dan sedang apa?

Bagi Anda yang akan dan sedang melintas di pintu perbatasan kabupaten Pamekasan-Sumenep atau di pintu gerbang ”Selamat Datang Di Kabupaten Sumenep” mendapati pemandangan seperti ini, jangan kaget!.

Baca Juga :  Jembatan Antar Desa Ambruk

Karena pemandangan seperti ini akan sering Anda lihat untuk beberapa waktu ke depan (dan semoga saja segera berakhir).

Yup, disana ada teman sejawat kami dari puskesmas-puskesmas di Sumenep (Pragaan, Bluto, Batuan, Saronggi, juga dari beberapa puskesmas lain di Sumenep) sedang siaga.

Beberapa pihak lintas sektor seperti kepolisian, TNI, germas, BNPB, dishub, kepala desa, aparat desa, dll. Kebetulan kemarin juga Bapak Bupati Sumenep sedang di lokasi.

Sebenarnya kami terbiasa bergantian shift seperti ini, bukan sesuatu hal yang baru juga saat yang lain libur kami tetap bekerja. Namun suasana kali ini berbeda, kami dibayang-bayang suasana sebagaimana kita semua tahu.

Saat di suatu keadaan kami biasanya bisa shift dengan santai, bercanda, kali ini suasana berbeda. Satu keadaan telah membuat cerita yang tak lagi sama.

Kami akan bergantian shift tiga kali selama 24 jam dengan teman sejawat yang lain. Dengan balutan APD di badan. Entah sesuai standart atau tidak. Inilah adanya. Bila malam maka kami akan shift dari jam 9 malam hingga jam 7 pagi.

Bayangkan bagaimana kami berkeringat berada di dalam kostum ini. Gerah, tidak enak. Coba saja pakai masker di rumah, sehari saja, tidak, tidak usah sehari, beberapa jam saja, pasti tidak akan betah. Apalagi berada di dalam kungkungan APD.

Baca Juga :  Terdaftar di Poktan, Petani Tak Pernah Terima Bantuan

Semalam sejawat kami ada yang mengalami dehidrasi. Bahkan hampir pingsan dan muntah-muntah. Bisakah dalam keadaan sekarang kita masih berkomentar ”orang kesehatan kok sakit?”

Kami juga manusia. Kami bukan robot. Andai jika kita diberi keluasaan untuk berdiam diri di rumah, maka kami akan dengan senang hati, tanpa perlu berjibaku menaruhkan nyawa sendiri demi orang lain dalam situasi ini.

Bukan lagi sekadar cerita beberapa nakes seperti dokter dan perawat di negeri ini yang berpulang saat berjuang menangani pasien covid. Semoga tidak ada cerita lagi yang serupa.

Ayo bantu kami meringankan keadaan ini. Bantu kami untuk mematuhi kebijakan demi kemashlahatan bersama ini. Bantu kami untuk memutus rantai penyebaran virus yang seharusnya dan semoga tak akan pernah menghuni Madura kita ini.

Bantu kami untuk menyelesaikan keadaan ini. Karena bila sendiri kami tak akan bisa tanpa menjadi kita. Kita yang saling menyadari, kita yang saling mendukung, kita yang saling mengingatkan, kita yang bersama berusaha, kita yang saling mendoakan. Sesekali bayangkan kami adalah sanak-keluarga yang sedang mengemban tugas. (*)

Sumenep, 28032020

Cmiiw,

[Hammu Lutabitahk]

SUMENEP – Coronavirus disease 2019 (Covid-19) menjadi persoalan dunia. Semua pihak bahu-membahu memutus penyebaran wabah ini. Petugas kesehatan juga kini sibuk melaksanakan pengabdian di daerah masing-masing.

Tak terkecuali mereka yang bertugas di perbatasan Sumenep-Pamekasan, tepatnya di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan. Mereka harus berjaga secara bergilir selama 24 jam.

Khotibatul Ummah, seorang perawat di Puskesmas Pragaan mencurahkan isi hatinya melalui jejaring media sosial Facebook.


Sabtu (28/3) pukul 22.00, dia mengunggah sebuah catatan berjudul ”Apa Yang Anda Pikirkan Saat Melihat Foto-Foto Ini?” dengan disertai lima foto pos jaga di perbatasan. Satu diantaranya gambar tiga perawat bernama Mulyadi, Badrussyamsi, dan Sucipto.

Berikut curahan lengkap lulusan Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab, Sampang, pemilik akun Facebook bernama Ummah El Kamil itu. Dalam dunia tulis-menulis dikenal dengan nama Hammu Lutabitahk.

APA YANG ANDA PIKIRKAN SAAT MELIHAT FOTO-FOTO INI?

Apakah Anda juga seperti kebanyakan teman-teman saya yang menganggap bahwa ini semacam operasi zebra? Atau bila Anda melihat beberapa foto orang dengan pakaian seperti astronot ini Anda bertanya-tanya mereka ini siapa dan sedang apa?

- Advertisement -

Bagi Anda yang akan dan sedang melintas di pintu perbatasan kabupaten Pamekasan-Sumenep atau di pintu gerbang ”Selamat Datang Di Kabupaten Sumenep” mendapati pemandangan seperti ini, jangan kaget!.

Baca Juga :  Lebaran Tetap Jadi

Karena pemandangan seperti ini akan sering Anda lihat untuk beberapa waktu ke depan (dan semoga saja segera berakhir).

Yup, disana ada teman sejawat kami dari puskesmas-puskesmas di Sumenep (Pragaan, Bluto, Batuan, Saronggi, juga dari beberapa puskesmas lain di Sumenep) sedang siaga.

Beberapa pihak lintas sektor seperti kepolisian, TNI, germas, BNPB, dishub, kepala desa, aparat desa, dll. Kebetulan kemarin juga Bapak Bupati Sumenep sedang di lokasi.

Sebenarnya kami terbiasa bergantian shift seperti ini, bukan sesuatu hal yang baru juga saat yang lain libur kami tetap bekerja. Namun suasana kali ini berbeda, kami dibayang-bayang suasana sebagaimana kita semua tahu.

Saat di suatu keadaan kami biasanya bisa shift dengan santai, bercanda, kali ini suasana berbeda. Satu keadaan telah membuat cerita yang tak lagi sama.

Kami akan bergantian shift tiga kali selama 24 jam dengan teman sejawat yang lain. Dengan balutan APD di badan. Entah sesuai standart atau tidak. Inilah adanya. Bila malam maka kami akan shift dari jam 9 malam hingga jam 7 pagi.

Bayangkan bagaimana kami berkeringat berada di dalam kostum ini. Gerah, tidak enak. Coba saja pakai masker di rumah, sehari saja, tidak, tidak usah sehari, beberapa jam saja, pasti tidak akan betah. Apalagi berada di dalam kungkungan APD.

Baca Juga :  Marak MPU Jadi Media Kampanye

Semalam sejawat kami ada yang mengalami dehidrasi. Bahkan hampir pingsan dan muntah-muntah. Bisakah dalam keadaan sekarang kita masih berkomentar ”orang kesehatan kok sakit?”

Kami juga manusia. Kami bukan robot. Andai jika kita diberi keluasaan untuk berdiam diri di rumah, maka kami akan dengan senang hati, tanpa perlu berjibaku menaruhkan nyawa sendiri demi orang lain dalam situasi ini.

Bukan lagi sekadar cerita beberapa nakes seperti dokter dan perawat di negeri ini yang berpulang saat berjuang menangani pasien covid. Semoga tidak ada cerita lagi yang serupa.

Ayo bantu kami meringankan keadaan ini. Bantu kami untuk mematuhi kebijakan demi kemashlahatan bersama ini. Bantu kami untuk memutus rantai penyebaran virus yang seharusnya dan semoga tak akan pernah menghuni Madura kita ini.

Bantu kami untuk menyelesaikan keadaan ini. Karena bila sendiri kami tak akan bisa tanpa menjadi kita. Kita yang saling menyadari, kita yang saling mendukung, kita yang saling mengingatkan, kita yang bersama berusaha, kita yang saling mendoakan. Sesekali bayangkan kami adalah sanak-keluarga yang sedang mengemban tugas. (*)

Sumenep, 28032020

Cmiiw,

[Hammu Lutabitahk]

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/