SUMENEP-Karakter manusia dan nilai kemanusiaan menjadi topik bahasan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Aula Asy-Syarqawi, Kamis (28/2). Tema tersebut diangkat dalam bedah buku Beauty & The Bis karya M. Faizi.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama UKM Teater Al-Fatihah dan LPM Dinamika Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk. Selain M. Faizi selaku penulis, panitia menghadirkan Redaktur Budaya Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Lukman Hakim AG. Acara dipandu pegiat teater,Mahendra Cipta.
Noer Hamima selaku ketua panitia menjelaskan, kegiatan ini digelar untuk memahami karakter manusia dan kemanusiaan di atas roda. Terutama, dalam perjalanan dengan moda transportasi bus. Lewat buku yang ditulis M. Faizi, pembaca diharapkan bisa memahami perilaku manusia.
“Tujuan umum kegiatan ini untuk memberi tahu atau menginspirasi bahwa menulis tidak perlu muluk-muluk. Hal-hal sederhana juga bisa ditulis dengan baik. Salah satunya, menulis catatan perjalanan seperti yang dilakukan Kiai Faizi,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Faizi menyampaikan cerita perjalanannya bersama bis. Dikatakan, orang naik bis itu biasa. Tapi, banyak yang lupa nilai-nilai kemanusiaan di bis. “Misalnya, tidak sedikit penumpang sibuk dengan HP-nya tanpa berkomunikasi dengan penumpang lain,” katanya.
Sementara Lukman menilai, buku Beauty & The Bis tidak hanya mendedahkan cerita perjalanan semata. Ada banyak sisi kemanusiaan yang dibahas. Misalkan, benih-korupsi di jalan raya yang disaksikan dan dialami terkait retribusi. Termasuk, transaksi jual beli bahan bakar di SPBU.
Salah satu nilai kemanusiaan yang diungkap Faizi adalah, ketakziman seorang anak kepada ibu ketika dititipi enam kelapa kering dalam perjalanan silaturahmi keluarga. Juga tentang karakter sopir religius yang disaksikan membaca Yasin saat mengemudi hingga naik haji.
“Dalam buku ini, Kiai Faizi menceritakan sopir Mila Sejahtera ‘Dona-Doni’ Pak Paiman,” ungkap Lukman.
Bedah buku memperingati HPN 2019 itu dipungkasi dengan pembacaan puisi oleh Lukman Hakim AG dan Mahendra Cipta. Lukman membacakan tiga puisi Madura. Mahendra membaca satu puisi bahasa Indonesia.