21.2 C
Madura
Wednesday, June 7, 2023

Gara – Gara Impor Ratusan Ribu Ton Garam Tak Terjual

SUMENEP – Banyaknya produksi PT Garam (Persero) tidak sebanding dengan penjualan. Ribuan ton garam masih menumpuk di gudang penyimpanan. Salah satunya di Gudang 1A milik PT Garam di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Sumenep.

Setiap gudang penyimpanan di areal tersebut penuh dengan kristal putih. Tumpukan garam yang menggunung itu merupakan hasil produksi 2018. Penumpukan diakibatkan minimnya penjualan.

Penanggung jawab Gudang 1A PT Garam Arif Rahman menuturkan, banyaknya hasil produksi yang belum terjual membuat gudang penyimpanan tertutup yang dimiliki overload. Sehingga pihaknya membuat gudang olo. Gudang ini berupa lahan terbuka yang ditumpuk hasil produksi garam dan ditutup terpal.

Di lokasi tersebut terdapat 10 gudang penyimpanan tertutup. Kemudian gudang olo 10 unit. Rata-rata per gudang menampung 6 ribu ton garam. Sesuai dengan daya tampung masing-masing gudang penyimpanan. ”Sekitar 90 ribu ton produksi 2018 belum terjual. Ditaruh di luar, karena yang gudang tertutup sudah tidak muat. (Produksi) 2017 ada juga yang belum terjual. Tidak sampai seribu ton,” terangnya kemarin (24/7).

Baca Juga :  Tegaskan Ponpes DDI Labusadak Tak Ada

Puluhan ribu ton garam hanya di gudang 1A saja. Belum di gudang-gudang penyimpanan milik PT Garam lain di Sumenep. Arif menjelaskan, total garam sebelumnya yang tersimpan di gudang 1A sebanyak 96 ribu ton. Artinya baru terserap 6 ribu ton untuk produksi 2018. ”Gudang tidak hanya di sini. Ada juga di Saronggi, di PGK juga,” jelasnya saat ditemui di areal gudang.

Saat ini pasar tidak terlalu banyak melakukan pembelian. Minimnya pembelian merupakan dampak dari impor. Karenanya, produksi garam dalam negeri tersaingi dengan garam luar negeri. ”Kalau tidak laku, produksi tahun ini juga harus ditumpuk. Kami sudah siapkan lokasinya. Tapi harapannya bisa terjual,” kata Arif.

Baca Juga :  Peringati Hari Diabetes, Ribuan Warga Sumekar Senam Massal

Sekretaris PT Garam Hario Junianto memaparkan, stok garam rakyat yang tersimpan masih tersisa sekitar 120 ribu ton. Kemudian hasil produksi milik PT Garam 2018 masih sekitar 100 ribu ton. Ditambah hasil produksi 2019 sekitar 30 ribu ton.

Tidak hanya persoalan impor, minimnya penjualan juga dikarenakan harga garam yang sangat murah. Dia menuturkan, pada 2018 harga garam masih berkisar Rp 1,5 juta per ton. ”Tidak bergerak, salah satu pemicunya karena harga di pasaran saat ini terlalu murah. Jadi wajar banyak sisa produksi yang belum terjual,” tukasnya.

SUMENEP – Banyaknya produksi PT Garam (Persero) tidak sebanding dengan penjualan. Ribuan ton garam masih menumpuk di gudang penyimpanan. Salah satunya di Gudang 1A milik PT Garam di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Sumenep.

Setiap gudang penyimpanan di areal tersebut penuh dengan kristal putih. Tumpukan garam yang menggunung itu merupakan hasil produksi 2018. Penumpukan diakibatkan minimnya penjualan.

Penanggung jawab Gudang 1A PT Garam Arif Rahman menuturkan, banyaknya hasil produksi yang belum terjual membuat gudang penyimpanan tertutup yang dimiliki overload. Sehingga pihaknya membuat gudang olo. Gudang ini berupa lahan terbuka yang ditumpuk hasil produksi garam dan ditutup terpal.


Di lokasi tersebut terdapat 10 gudang penyimpanan tertutup. Kemudian gudang olo 10 unit. Rata-rata per gudang menampung 6 ribu ton garam. Sesuai dengan daya tampung masing-masing gudang penyimpanan. ”Sekitar 90 ribu ton produksi 2018 belum terjual. Ditaruh di luar, karena yang gudang tertutup sudah tidak muat. (Produksi) 2017 ada juga yang belum terjual. Tidak sampai seribu ton,” terangnya kemarin (24/7).

Baca Juga :  Peringati Hari Diabetes, Ribuan Warga Sumekar Senam Massal

Puluhan ribu ton garam hanya di gudang 1A saja. Belum di gudang-gudang penyimpanan milik PT Garam lain di Sumenep. Arif menjelaskan, total garam sebelumnya yang tersimpan di gudang 1A sebanyak 96 ribu ton. Artinya baru terserap 6 ribu ton untuk produksi 2018. ”Gudang tidak hanya di sini. Ada juga di Saronggi, di PGK juga,” jelasnya saat ditemui di areal gudang.

Saat ini pasar tidak terlalu banyak melakukan pembelian. Minimnya pembelian merupakan dampak dari impor. Karenanya, produksi garam dalam negeri tersaingi dengan garam luar negeri. ”Kalau tidak laku, produksi tahun ini juga harus ditumpuk. Kami sudah siapkan lokasinya. Tapi harapannya bisa terjual,” kata Arif.

Baca Juga :  Tujuh Investor Siap Berinvestasi di Sumenep

Sekretaris PT Garam Hario Junianto memaparkan, stok garam rakyat yang tersimpan masih tersisa sekitar 120 ribu ton. Kemudian hasil produksi milik PT Garam 2018 masih sekitar 100 ribu ton. Ditambah hasil produksi 2019 sekitar 30 ribu ton.

- Advertisement -

Tidak hanya persoalan impor, minimnya penjualan juga dikarenakan harga garam yang sangat murah. Dia menuturkan, pada 2018 harga garam masih berkisar Rp 1,5 juta per ton. ”Tidak bergerak, salah satu pemicunya karena harga di pasaran saat ini terlalu murah. Jadi wajar banyak sisa produksi yang belum terjual,” tukasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/