SUMENEP – Hari Bidan Nasional diperingati tiap 24 Juni. Peringatan itu diharapkan meningkatkan rasa pengabdian bidan membantu keselamatan ibu hamil. Bupati Sumenep A. Busyro Karim meminta, bidan hendaknya melayani ibu hamil sepenuh hati.
”Harus tumbuh rasa pengabdian. Karena rasa pengabdian menimbulkan militansi untuk melayani masyarakat sepenuh hati,” kata bupati Sumenep dua periode itu Minggu (24/6).
Busyro menyampaikan, bidan yang ada di Sumenep berbeda dengan di kabupaten lain yang tidak ada kepulauannya. Bidan di Sumenep dituntut melayani ibu hamil di pelosok desa hingga kepulauan terpencil.
”Itu membutuhkan rasa pengabdian dari bidan. Tanpa rasa pengabdian, sulit bidan mau membantu ibu hamil di pelosok desa dan pulau-pulau terpencil,” ucapnya.
Demi keselamatan dan kelancaran ibu hamil saat akan melahirkan, Busyro menyarankan kepada bidan agar senantiasa berkoordinasi dengan puskesmas serta rumah sakit. ”Koordinasi dengan aparat desa, puskesmas, dan rumah sakit perlu diintensifkan,” pesannya.
Apakah di setiap desa di Sumenep sudah ada bidan? Bupati mengaku belum mengetahui secara detail di lapangan. Namun berdasar data, diketahui masih ada desa yang tidak ada bidannya. ”Karena ada bidan yang pindah tugas ke luar Madura. Ada juga bidan yang cuti melahirkan,” sebutnya.
Terhadap bidan yang pindah tugas, bupati memerintah Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep segera mencari pengganti. Tujuannya, agar pelayan terhadap ibu hamil tidak terganggu. ”Ada bidan yang melayani dua desa. Itu hanya sementara. Kami minta tidak ada lagi alasan. Satu desa harus satu bidan,” tegas Busyro.
Kepala Dinkes Sumenep A. Fatoni menjelaskan, jumlah bidan sudah cukup. Dari 330 desa dan kelurahan se-Sumenep, ada 500 bidan yang bertugas. Itu berdasar data Ikatan Bidan Indonesia (IBI). ”Mulai yang pensiun hingga yang baru lulus ada sekitar 500 bidan,” terangnya.
Fatoni menambahkan, di kecamatan yang luas dan jumlah penduduknya banyak, sampai ada 25 bidan yang bertugas. ”Demi pelayanan yang baik di daratan maupun di kepulauan,” tukasnya.