SUMENEP – Warisan budaya atau heritage tourism memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Baik wisatawan regional, nasional, ataupun mancanegara. Tidak hanya menjadi jujukan wisatawan, warisan budaya juga berpotensi menopang perekonomian masyarakat sekitar.
Direktur Eksekutif Pusat Dokumentasi Arsitektur Nadia Purwesti menyatakan, ada banyak kelebihan dari heritage tourirsm. Yang paling dirasakan dampaknya yakni dapat menjadi lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Hal itu terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Dia mencontohkan, pemulihan dan revitalisasi lingkungan kota tua Darb al-Ahmar di Kairo memberikan pekerjaan dan peluang kerja yang signifikan. Bahkan, pembukaan kota tua itu bisa mempekerjakan 400 orang setiap hari.
”Di Inggris diperkirakan 86 ribu orang dipekerjakan untuk melestarikan hampir 4,5 juta rumah bersejarah dan 550 ribu bangunan komersial bersejarah lainnya,” ungkap Nadia Purwesti.
Di dalam negeri, pelestarian Kota Lama Semarang telah membuka kesempatan investasi bisnis pengusaha lokal dengan mengalihfungsikan bangunan cagar budaya. Pelestarian Kota Tua Jakarta, selain membuka kesempatan investasi, juga menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka yang kreatif.
”Beberapa penelitian yang mengevaluasi wisata warisan budaya di seluruh dunia menunjukkan bahwa wisatawan warisan budaya membelanjakan uangnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis wisatawan lainnya,” jelasnya.
Fakta tersebut, kata dia, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Sumenep yang sudah masuk menjadi anggota Kota Pusaka. Apalagi, saat ini Sumenep memiliki program Visit 2018. Berbagai warisan budaya, termasuk cagar budaya di Kota Tua Kalianget, bisa dikelola sehingga menjadi daya tarik wisatawan.
Di Sumenep, destinasi wisata cagar budaya juga menjadi daya pikat bagi wisatawan. Kabid Pariwisata Disparbudpora Sumenep Imam Buchari mengatakan, Asta Tinggi merupakan lokasi yang paling banyak diminati. Mulai Januari–Agustus lalu, pengunjung Asta Tinggi mencapai 176.705 wisatawan.
Museum dan Keraton Sumenep juga memiliki daya pikat tersendiri bagi wisatawan. Warisan sejarah di dalamnya menjadi magnet sehingga orang datang berkunjung. Wisatawan tidak hanya bisa berwisata, tapi juga mempelajari sejarah peradaban Sumenep melalui benda-benda di dalamnya.
”Pengunjung museum dan Keraton Sumenep sejak Januari sampai Agustus sebanyak 30.802 orang untuk wisatawan Nusantara dan 145 wisatawan mancanegara,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya Bambang Irianto mengatakan bahwa Sumenep layak menjadi jujukan heritage tourism karena bangunan bersejarah di Kota Keris ini. Tak heran bila pada 2017 Kementerian PUPR menjadikan Sumenep sebagai salah satu anggota Kota Pusaka.
”Setelah saya tanya ke disparbudpora, ternyata ada sekitar 200 lebih bangunan cagar budaya yang masih utuh di Sumenep,” katanya. ”Ini kalau dikelola dengan baik akan menumbuhkan perekonomian masyarakat,” tukasnya.