20.9 C
Madura
Friday, June 9, 2023

Warga Kepulauan Terbantu Rumah Sakit Terapung

SUMENEP – Kabupaten Sumenep yang terdiri atas daratan dan kepulauan membutuhkan perhatian lebih. Salah satunya terkait pelayanan kesehatan masyarakat kepulauan. Untuk dapat berobat ke pusat layanan kesehatan, perlu menyeberang antarpulau.

Persoalan layanan kesehatan di kepulauan Sumenep disambut Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk melayani masyarakat. Unair kemudian mengoperasikan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga. Kapal ini berlayar ke pulau-pulau untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Waktu pengobatan sudah terjadwal rutin. Sarana prasarana medis kapal rumah sakit lengkap. Mulai dokter, perawat, obat, dan peralatan medis ada. Kapal rumah sakit juga bisa melakukan operasi.

”Banyak warga melakukan proses persalinan di kapal rumah sakit itu,” terang Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih ketika ditemui RadarMadura.id di kampus C Kamis (18/4).

Pria asal Gresik ini menjelaskan, pihaknya juga memperhatikan Madura melalui kerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Kerja sama itu untuk menyelenggarakan berbagai pengabdian kepada masyarakat. Terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

”Apalagi kita juga bekerja sama dengan pemprov untuk bersama-sama bisa menaikkan IPM Madura, mengurangi kemiskinan di Madura, dan lain-lain,” jelasnya.

Baca Juga :  Petani Sumenep Kurang Tertarik Tanam Kedelai

Unair memiliki program pengentasan kusta di Pulau Mandangin, Sampang. Program itu bekerja sama dengan kampus-kampus lain di Jatim. ”Karena di sana banyak warga terjangkit kusta,” paparnya.

Menurut dia, kesehatan dan pendidikan merupakan unsur penting peningkatam indeks peningkatan manusia (IPM). Pemkab Bangkalan Sampang, Pamekasan, dan Sumenep diharapkan mengirim calon-calon dokter untuk kuliah di Unair. Setelah jadi dokter diproyeksikan kembali ke Madura. ”Kalau ingin berkembang dan maju ke depanya ya dua sektor ini harus mendapat perhatian,” terangnya.

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga terbaru melakukan misi kemanusiaan di kepulauan Sumenep pada Senin–Rabu (8-17/4). Saat itu layanan bertajuk Airlangga mengarungi samudra, menyelamatkan anak bangsa itu melayani masyarakat tiga pulau di dua kecamatan. Yakni, Pulau Pagerungan Besar dan Pulau Sepeken, Kecamatan Sapeken, serta Pulau/Kecamatan Masalembu.

Rumah Sakit Terapung ini melayani penyakit umum. Di dalamnya ada dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan, spesialis mata, spesialis gigi, dan spesialis bedah. ”Animo masyarakat luar biasa,” kata Kepala Puskesmas Pandian Achmad Syamsuri yang terlibat dalam pelayanan tersebut kepada JPRM Minggu (21/4).

Baca Juga :  Upaca di Laut Bersamaan Mentari Terbit

Mantan kepala Puskesmas Sapeken itu mengungkapkan, pada hari pertama melayani sepuluh operasi. Pada hari kedua pukul 09.00 hingga pukul 22.00 menangani 25 operasi pasien. ”Ada hernia, ada sesar, dan lain-lain,” jelas Syamsuri.

Dia mengungkapkan, malam hari dilakukan evaluasi. Pada saat itu, ada harapan dari tokoh masyarakat, pemuka agama agar rumah sakit terapung ini melayani enam bulan sekali. Atau paling tidak setiap tahun. Sebab, rumah sakit terapung ini menjadi alternatif layanan kesehatan masyarakat kepulauan.

Pasien yang butuh rujukan dari Sapeken sering dirujuk ke Bali karena jarak lebih dekat daripada ke Sumenep daratan. Selain itu, waktu tempuh lebih cepat. ”Kalau ke Bali hanya 6–7 jam. Sementara ke Kalianget bisa 13–14 jam,” ungkap Syamsuri.

SUMENEP – Kabupaten Sumenep yang terdiri atas daratan dan kepulauan membutuhkan perhatian lebih. Salah satunya terkait pelayanan kesehatan masyarakat kepulauan. Untuk dapat berobat ke pusat layanan kesehatan, perlu menyeberang antarpulau.

Persoalan layanan kesehatan di kepulauan Sumenep disambut Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk melayani masyarakat. Unair kemudian mengoperasikan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga. Kapal ini berlayar ke pulau-pulau untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Waktu pengobatan sudah terjadwal rutin. Sarana prasarana medis kapal rumah sakit lengkap. Mulai dokter, perawat, obat, dan peralatan medis ada. Kapal rumah sakit juga bisa melakukan operasi.


”Banyak warga melakukan proses persalinan di kapal rumah sakit itu,” terang Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih ketika ditemui RadarMadura.id di kampus C Kamis (18/4).

Pria asal Gresik ini menjelaskan, pihaknya juga memperhatikan Madura melalui kerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Kerja sama itu untuk menyelenggarakan berbagai pengabdian kepada masyarakat. Terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

”Apalagi kita juga bekerja sama dengan pemprov untuk bersama-sama bisa menaikkan IPM Madura, mengurangi kemiskinan di Madura, dan lain-lain,” jelasnya.

Baca Juga :  Perbaiki SDN Sendir, Pemkab Anggarkan Dana Rp 525 Juta

Unair memiliki program pengentasan kusta di Pulau Mandangin, Sampang. Program itu bekerja sama dengan kampus-kampus lain di Jatim. ”Karena di sana banyak warga terjangkit kusta,” paparnya.

- Advertisement -

Menurut dia, kesehatan dan pendidikan merupakan unsur penting peningkatam indeks peningkatan manusia (IPM). Pemkab Bangkalan Sampang, Pamekasan, dan Sumenep diharapkan mengirim calon-calon dokter untuk kuliah di Unair. Setelah jadi dokter diproyeksikan kembali ke Madura. ”Kalau ingin berkembang dan maju ke depanya ya dua sektor ini harus mendapat perhatian,” terangnya.

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga terbaru melakukan misi kemanusiaan di kepulauan Sumenep pada Senin–Rabu (8-17/4). Saat itu layanan bertajuk Airlangga mengarungi samudra, menyelamatkan anak bangsa itu melayani masyarakat tiga pulau di dua kecamatan. Yakni, Pulau Pagerungan Besar dan Pulau Sepeken, Kecamatan Sapeken, serta Pulau/Kecamatan Masalembu.

Rumah Sakit Terapung ini melayani penyakit umum. Di dalamnya ada dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan, spesialis mata, spesialis gigi, dan spesialis bedah. ”Animo masyarakat luar biasa,” kata Kepala Puskesmas Pandian Achmad Syamsuri yang terlibat dalam pelayanan tersebut kepada JPRM Minggu (21/4).

Baca Juga :  Petani Sumenep Kurang Tertarik Tanam Kedelai

Mantan kepala Puskesmas Sapeken itu mengungkapkan, pada hari pertama melayani sepuluh operasi. Pada hari kedua pukul 09.00 hingga pukul 22.00 menangani 25 operasi pasien. ”Ada hernia, ada sesar, dan lain-lain,” jelas Syamsuri.

Dia mengungkapkan, malam hari dilakukan evaluasi. Pada saat itu, ada harapan dari tokoh masyarakat, pemuka agama agar rumah sakit terapung ini melayani enam bulan sekali. Atau paling tidak setiap tahun. Sebab, rumah sakit terapung ini menjadi alternatif layanan kesehatan masyarakat kepulauan.

Pasien yang butuh rujukan dari Sapeken sering dirujuk ke Bali karena jarak lebih dekat daripada ke Sumenep daratan. Selain itu, waktu tempuh lebih cepat. ”Kalau ke Bali hanya 6–7 jam. Sementara ke Kalianget bisa 13–14 jam,” ungkap Syamsuri.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/