SUMENEP – Musim kemarau tahun ini di Sumenep berlangsung lebih lama daripada tahun sebelumnya. Tahun lalu pertengahan September hingga Oktober sudah turun hujan di beberapa titik. Tapi, tahun ini hingga pekan terakhir Oktober, belum ada tanda-tanda akan turun hujan.
Surahwi, seorang petani di Desa Panagan, Kecamatan Gapura, mengatakan bahwa kemarau tahun ini cukup lama. Di satu sisi hal itu menguntungkan bagi petani. Sebab tanaman tembakau milik masyarakat bisa berkualitas dan terbeli dengan harga tinggi.
Namun, sebaliknya hal itu juga memiliki risiko, terutama bagi yang punya hewan ternak, khususnya sapi. Sebab, saat ini pakan ternak sangat sulit. Rumput-rumput sudah tidak lagi tumbuh akibat lamanya musim kemarau.
”Sempat terjadi gerimis beberapa minggu lalu, tapi cuma sebentar,” kata Surahwi kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM).
Hal senada juga disampaikan Saleh, petani di Desa Babalan, Kecamatan Batuan. Menurut dia, kemarau tahun ini lebih lama daripada tahun lalu. Bahkan, dia memprediksi kemarau baru turun pada Desember.
”Prediksi saya sebagai petani, hujan baru akan turun pada Desember mendatang,” katanya.
Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG Kelas III Kalianget Usman Kholid mengatakan bahwa awal musim hujan di Sumenep diperkirakan bulan depan. Hal itu sesuai dengan kajian Stasiun Klimatologi Malang. Hujan juga diprediksi tidak bersamaan antara satu kecamatan dengan kecamatan lain.
”Dasarian I–III November diprediksi terjadi hujan di Kecamatan Arjasa, Gayam, Kangayan, Nonggunong, Raas, Sapeken, Bluto, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, dan Pragaan,” jelasnya.
Untuk dasarian I–III Desember, titik hujan akan lebih luas seperti di Kecamatan Ambunten, Batang-Batang, Batuan, Batuputih, Dasuk, dan Dungkek. Kemudian, Kecamatan Ganding, Gapura, Gili Genting, Kalianget, Kota Sumenep, Manding, Pasongsongan, Rubaru, Saronggi, dan Talango. ”Dasarian I itu tanggal 1–10, dasarian II 11–20, dan dasarian III 21–akhir bulan,” tegasnya.
Pihaknya juga mengimbau warga agar mewaspadai datangnya musim pancaroba. Sebab, musim pancaroba berpotensi melahirkan cuaca ekstrem. Mulai angin kencang, puting beliung, hujan lebat berdurasi singkat, hingga sporadis.
”Masyarakat harus waspada, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah yang setiap tahun sering terdampak cuaca ekstrem,” pintanya.