SUMENEP – Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) perlu dimaknai lebih mendalam dan kontekstual. Sebab, tantangan bangsa Indonesia saat ini jauh berbeda dengan era Boedi Oetomo yang didirikan 1908.
Indonesia saat ini tidak sedang berperang melawan penjajah. Akan tetapi, ancaman terhadap keutuhan bangsa datang dari berbagai sudut. Bahkan dari tubuh negeri ini sendiri muncul duri-duri yang bisa merongrong kesatuan dan persatuan bangsa.
Salah satu yang paling tampak, munculnya kelompok-kelompok fundamentalisme agama yang menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan. Aksi teror yang terjadi di Surabaya beberapa hari lalu menjadi cermin betapa seriusnya ancaman fundamentalisme agama tersebut.
Fundamentalisme agama terwujud dalam aksi teror atau tindakan-tindakan radikal lainnya. ”Oleh karena itu, dalam momentum Harkitnas ini, perlu ada penguatan kembali nilai-nilai keagamaan yang moderat. Agama yang bersinergi dengan spirit kebangsaan,” kata Ketua (Demisioner) PC PMII Sumenep Alif Rofiqi, Senin (21/5).
Menurut Alif, Harkitnas juga perlu dijadikan momentum untuk menguatkan budaya dan tradisi lokal. Pemuda harus bersinergi dengan tokoh-tokoh agama. Sinergi antarorganisasi kepemudaan juga perlu diperkuat demi terwujudnya masa depan bangsa yang hebat.
”Para pemuda mestinya menjadi solusi atas terwujudnya bangsa yang damai dengan menyosialisasikan pemahaman keagamaan yang moderat,” tegasnya.
Mengenai aksi terorisme beberapa waktu lalu di Surabaya, pria yang menempuh pendidikan di Universitas Wiraraja Sumenep itu mengecam keras. Terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan yang dapat menghancurkan masa depan Indonesia.
Dia berharap aparat kepolisian membasmi seluruh sel-sel teroris di negeri ini. Nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) wajib diperkuat. Dengan penguatan empat hal itu, seluruh elemen bangsa diharapkan sadar bahwa Indonesia lahir bukan dari ruang kosong.
Melainkan dari perjuangan seluruh komponen bangsa dengan latar belakang berbeda-beda. Baik berbeda dari segi agama, suku, budaya, dan lainnya. ”Sekali lagi, pemuda harus menjadi pelopor keutuhan NKRI, bukan malah menjadi pemecah belah bangsa,” tandas Alif.