SUMENEP, Jawa Pos Radar Madura – Sampai sudah artis musik dangdut asal Kalianget itu ke haribaan Tuhan. Imam S. Arifin, penyanyi yang masyhur dengan album Yang Tersayang bersama mantan kekasihnya, Nana Mardiana, itu meninggal pada Jumat (17/12). Imam dikebumikan di tanah kelahirannya sendiri, yakni di kompleks pemakaman Baringen Tambangan, Desa Kalianget Timur, Kecamatan Kalianget, Sabtu (18/9) setelah duhur.
Duka lara mengiringi pemberangkatan jenazah Imam S. Arifin. Bahkan, ratusan warga Kalianget turut mengiringi upacara penguburannya. Mulai dari sanak famili, tetangga, hingga kawan-kawan lama seperjuangannya.
Imam S. Arifin disemayamkan di dekat kuburan kedua orang tuanya, yakni Arifin Bandu dan Maisunah. Indriawati, adik kandung maestro dangdut itu menuturkan, biar tetap menyatu dengan keluarga, meskipun tidak ada pesan khusus dari almarhum. ”Ini keinginan kami, agar ketika nyekar nanti tidak jauh,” kata perempuan yang akrab disapa Iin itu.
Dia menuturkan, selain stroke ringan, Imam diketahui punya penyakit submandibular, atau lebih dikenal dengan sebutan kelenjar getah bening. Sebelumnya, kata Iin, Imam berencana akan melakukan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Tetapi, siapa sangka, ayah tiga anak dari dua istri itu lebih dulu dipanggil Tuhan. ”Dia semangat untuk sembuh. Dia ingin berkarya lagi,” ungkapnya.
Prosesi pemakaman Imam S. Arifin juga dihadiri langsung oleh mantan kekasih dan buah hatinya. Yakni, Nana Mardiana. Diketahui, mereka resmi bercerai. Dari Nana, lahir buah hati bernama Dinda.
Saat prosesi pemakaman, Nana nyaris pingsan. Dia seolah tidak sanggup ditinggal pergi mantan kekasihnya itu, yang sekaligus partner panggung dalam berkarya. Peristiwa ini seolah representasi dari judul lagu Jangan Tinggalkan Aku, yang dinyanyikan mereka pada 1990 silam.
Selain itu, derai air mata/membasahi pipi pun tak bisa disembunyikan penyanyi asal Medan, Sumatera Utara itu. Nana, meskipun sudah berstatus mantan istri, nampaknya belum bisa melepas kepergian Imam S. Arifin.
Nana menuturkan, pasca bebas dari tahanan, keduanya intens komunikasi, bergurau, dan membicarakan lagu-lagu melalui panggilan video. ”Iya, kami sering komunikasi, dengan anak juga,” terang Nana.
Sebenarnya, Nana berharap Imam pulih dan bisa berkarya lagi. Sebab, fan di Tanah Air merindukan suara dan menunggu lagu-lagunya disenandungkan. Tapi, tanpa disangka, Imam wafat lebih dulu.
”Kami banyak diskusi. Ya, saya beri motivasi. Almarhum semangat, bahkan terlihat sangat bugar. Tapi, kematian kan tidak direncanakan. Semoga almarhum diterima amal baiknya, diampuni dosa-dosanya,” pungkasnya. (c3)