SUMENEP – Karya sastra setidaknya memuat dua pesan. Yakni pendidikan dan hiburan. Pernyataan itu disampaikan cerpenis Suhairi Rahmad ketika menjadi narasumber sarasehan budaya Minggu (19/12). Paparan itu merupakan bagian dari materi sarasehan bertajuk Membincang Budaya dan Sastra, Membangun Bangsa dengan Budaya dan Sastra.
Setelah pemaparan materi, salah seorang peserta saresehan mengajukan pertanyaan terkait perilaku sastrawan. Katanya, bagaimana jika ada sastrawan yang perilakunya tidak mencerminkan karya sastranya yang mengandung pendidikan?
Mendengar pertanyaan itu, Suhairi menyarankan agar melihat karya dan pesan seseorang. Bukan siapa pengarangnya. ”Meski maling jika pesannya bagus ambil,” katanya.
Tanya jawab itu hanya bagian kecil dari jalannya sarasehan yang digelar Organisasi Terpadu Siswa Darun Najah (Ortida) Kapedi dalam rangka Darun Najah Short Course (Danashco) 2021. Selain Suhairi, panitia juga menghadirkan Pemred JPRM Lukman Hakim AG sebagai narasumber.
Pada kesempatan itu Lukman lebih banyak bicara terkait khazanah kebudayaan Madura dalam membentuk karakter manusia. Lukman juga mencontohkan dua sosok putra Madura yang dalam hidupnya berprinsip peribahasa Madura.
Dua sosok itu M. Tabrani dan Imam S. Arifin. Tabrani, yang menggagas bahasa persatuan itu selalu berpegang pada bali’ poteya tolang etembang pote mata. Sedangkan Imam punya prinsip asel ta’ adina asal.
”Dua putra Madura ini berpijak pada akar kebudayaan Madura. Bahkan, berkat jasa M. Tabrani, bangsa Indonesia punya bahasa persatuan,” ungkap Lukman.
Sementara itu, sehari sebelumnya panitia mendatangkan Speciality Manager JPRM Moh. Ali Muhsin dan Suhartatik. Mereka didapuk bicara tentang jurnalistik. Pada hari terakhir (20/12) agenda pelatihan menulis yang diisi oleh Rumah Literasi Sumenep. (luq)
SUMENEP – Karya sastra setidaknya memuat dua pesan. Yakni pendidikan dan hiburan. Pernyataan itu disampaikan cerpenis Suhairi Rahmad ketika menjadi narasumber sarasehan budaya Minggu (19/12). Paparan itu merupakan bagian dari materi sarasehan bertajuk Membincang Budaya dan Sastra, Membangun Bangsa dengan Budaya dan Sastra.
Setelah pemaparan materi, salah seorang peserta saresehan mengajukan pertanyaan terkait perilaku sastrawan. Katanya, bagaimana jika ada sastrawan yang perilakunya tidak mencerminkan karya sastranya yang mengandung pendidikan?
Mendengar pertanyaan itu, Suhairi menyarankan agar melihat karya dan pesan seseorang. Bukan siapa pengarangnya. ”Meski maling jika pesannya bagus ambil,” katanya.
Tanya jawab itu hanya bagian kecil dari jalannya sarasehan yang digelar Organisasi Terpadu Siswa Darun Najah (Ortida) Kapedi dalam rangka Darun Najah Short Course (Danashco) 2021. Selain Suhairi, panitia juga menghadirkan Pemred JPRM Lukman Hakim AG sebagai narasumber.
Pada kesempatan itu Lukman lebih banyak bicara terkait khazanah kebudayaan Madura dalam membentuk karakter manusia. Lukman juga mencontohkan dua sosok putra Madura yang dalam hidupnya berprinsip peribahasa Madura.
Dua sosok itu M. Tabrani dan Imam S. Arifin. Tabrani, yang menggagas bahasa persatuan itu selalu berpegang pada bali’ poteya tolang etembang pote mata. Sedangkan Imam punya prinsip asel ta’ adina asal.
”Dua putra Madura ini berpijak pada akar kebudayaan Madura. Bahkan, berkat jasa M. Tabrani, bangsa Indonesia punya bahasa persatuan,” ungkap Lukman.
- Advertisement -
Sementara itu, sehari sebelumnya panitia mendatangkan Speciality Manager JPRM Moh. Ali Muhsin dan Suhartatik. Mereka didapuk bicara tentang jurnalistik. Pada hari terakhir (20/12) agenda pelatihan menulis yang diisi oleh Rumah Literasi Sumenep. (luq)