SUMENEP – Meski usianya sudah kepala lima, Hasan Basri, sastrawan pinggiran asal Desa/Kecamatan Bluto sehari-hari sibuk menulis puisi. Ia tinggal bersama istri dan empat anaknya.
Salah satu puisi Hasan Basri yang menarik adalah, tentang kebhinekaan. Itu bentuk kecintaannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dilakukan atas keinginannya sendiri.
“Saya menulis mengalir saja. Sejak awal, tidak berpikir mau menulis tentang apa. Tapi, saya selalu miris ketika kehilangan makna Bhinneka Tunggal Ika. Mungkin itu alasan saya menulis puisi,” tuturnya.
Sebelum sibuk menulis, Hasan Basri berjualan oli dan bensin. Bahkan, pernah aktif dalam komunitas LDSM. “Saat ini, saya hanya ingin menulis tanpa berpikir karya tersebut berakhir di mana,” pungkasnya. (Aminatus Suhra)