SUMENEP – Ananda Jibril Maulana, bocah penderita leukemia, asal Sumenep, masih terbaring di RSUD dr Soetomo, Surabaya, hingga kemarin (15/1). Dia sudah menjalani pengobatan dan perawatan sebelas pekan. Anak berumur enam tahun itu belum bisa menelan obat kemoterapi. Sebab, fungsi hatinya meningkat.
Moh. Ramdan menjelaskan, kondisi anaknya itu belum bisa banyak beraktivitas. Rambutnya mulai rontok akibat efek obat yang harus ditelan. Kemoterapi ke-11 harus ditunda sementara. Menunggu hingga fungsi hati bocah yang masih duduk di bangku TK itu kembali normal.
Jibril harus menjalani rawat inap selama 17 kali proses kemoterapi. Karena adanya penundaan, rawat inap dipastikan lebih lama. ”Tinggal enam kali kemoterapi untuk rawat. Setelah itu cukup di poli,” terang warga Desa Pamolokan, Kecamatan Kota Sumenep, itu kemarin (15/1).
Pengobatan yang harus dijalani Jibril agar lepas dari kanker darah itu masih panjang. Sekitar 2,5 tahun. Sampai saat ini, biaya yang dihabiskan sudah sekitar Rp 18 juta. Dia tidak tahu lagi berapa rupiah yang akan dikeluarkan lagi. Mengingat, obat yang harus dibeli terkadang tidak ditanggung BPJS Kesehatan.
Perlu diketahui, pada Juli 2019 Jibril terpaksa berhenti sekolah. Sebab, leukemia kembali menggerogoti tubuh mungilnya. Menurut Ramdan, anaknya merupakan sosok yang tegar. Pantang menyerah dan tetap semangat melawan penyakit yang diderita. Masuk rumah sakit dan melalui berbagai rangkaian pengobatan juga pernah dilalui Jibril 2016 lalu.
Anak kelahiran 18 Agustus 2013 tersebut kembali mengidap kanker darah dan harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit selama empat bulan. Sulung dua bersaudara itu kini harus bergantung pada obat-obatan kemoterapi untuk menghilangkan sel kanker. Anak pertama pasangan Ramdan dan Khotimah Sari itu sempat dinyatakan sembuh.
Selama 16 bulan, Jibril kembali beraktivitas. Termasuk kembali belajar sebagai siswa TK. Namun, sel kanker darah kembali dinyatakan aktif oleh dokter pada Juli 2019. Jibril mengeluh dan menangis kesakitan. Sakit perut, nyeri di bagian sendi tulang belakang, lelah, dan wajah pucat. Setelah diambil sumsum tulang belakangnya, sel kanker darah di tubuh Jibril kembali menggerogoti dan sudah mencapai 80 persen.
Perawatan yang harus dilalui Jibril kali ini tergolong berisiko tinggi. Sebab, dosis yang diberikan juga lebih tinggi daripada sebelumnya. Perjuangan Ramdan untuk menyembuhkan anaknya saat ini semakin berat. Sebab, Jibril tak ingin ditinggal sang ayah. Terpaksa, Ramdan berhenti bekerja menjadi kernet pengiriman barang.
Tak bisa memeras keringat untuk biaya perawatan Jibril, Ramdan kini berharap uluran tangan dermawan. Mengingat, biaya pengobatan dan kebutuhan hidup di Kota Pahlawan butuh uang besar. Biaya pengobatan sebelumnya Rp 45 juta hingga Jibril dinyatakan bebas obat kemoterapi.
Untuk perawatan kali ini, Ramdan tak tahu berapa biaya yang akan dihabiskan. Bapak dua anak ini akan berjuang untuk memastikan kesembuhan buah hatinya. Di sisi lain, dia juga berharap bantuan untuk biaya pengobatan Jibril.
”Donasi dari Peduli Sehat sudah tidak ada lagi. Sekitar dua bulan lalu juga ada donasi dari bapak bupati dan wakil bupati,” tutur alumnus MAN Sumenep 2006 itu.