20.8 C
Madura
Friday, June 2, 2023

Merawat Alam, Meruwat Kehidupan

SUMENEP – Jika tidak bisa membersihkan yang kotor, setidaknya cukup dengan menjaga kebersihan. Begitulah kalimat bijak yang kerapkali didedahkan para pecinta alam. Namun, keindahan alam, terkadang menjadi kata benda yang tidak beraturan.

Sungai yang pada mulanya menjadi kanal bagi air yang mengalir dari hulu ke hilir, berubah fungsi menjadi tempat pembuangan akhir. Pemandangan ini seperti kumparan molekul yang susah diurai, berserakan, pori-pori bumi tersumbat, dan lahirlah genangan.

Dalam kenyataan paradoks sungai yang kian dangkal dan sesak sampah, PDI Perjuangan  Sumenep hadir. Aksi turun sungai, meminggirkan yang menyesak, membersihkan yang menumpuk, dan melancarkan yang tersumbat, bagi PDI Perjuangan sebentuk narasi kecil untuk perubahan.

Baca Juga :  Bupati dan Wabup Sumenep Gelar Open House

Pasti bukan aksi besar karena hanya membersihkan sungai yang dihelat sejak awal November hingga akhir Desember 2021 mendatang di sepanjang Kali Marengan yang memanjang dari Kota hingga Kecamatan Kalianget. “Ini (membersihkan sungai), salah satu ekspresi kami dalam merawat alam, meruwat kehidupan,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep Achmad Fauzi.

Gotong-royong dalam bersih-bersih sungai sebentuk kursus atas tatalaksana kehidupan. Pepatah Madura lakona lakone, kennenganna kennengnge, asalla ja’ kaloppae (kerjakanlah pekerjaannya, tempatilah posisinya dan tidak lupa asal) membantu menyadarkan siapa saja untuk tidak amnesia.

Terutama, memanfaatkan alam khususnya  sungai yang menjadi lalu lintas air, gemericik kehidupan ikan, plankton, dan habitat lainnya. “Sungai bukan tempat sampah,” imbuh pria yang juga bupati Sumenep ini. 

Baca Juga :  Proyek Jembatan Pasongsongan Molor

Serangkaian kegiatan DPC PDI Perjuangan ini tidak hanya membersihkan sungai. Para kader moncong putih ini juga membangun gardu perjuangan di setiap kecamatan. Gardu (posko) ini digunakan sebagai wahana silaturahmi antarwarga.

Posko tidak hanya tempat duduk, melainkan juga berguna untuk bermusyawarah hal-hal kecil yang berkembang di masyarakat. Lebih dari itu, DPC PDI Perjuangan menjadwal pemasyarakatan hewan ternak kambing yang pilot projectnya untuk internal terlebih dahulu.

“Kami juga melaksanakan bansos, santunan anak yatim, salawatan, dan kegiatan keagamaan lainnya,” ujarnya. (*/luq)

SUMENEP – Jika tidak bisa membersihkan yang kotor, setidaknya cukup dengan menjaga kebersihan. Begitulah kalimat bijak yang kerapkali didedahkan para pecinta alam. Namun, keindahan alam, terkadang menjadi kata benda yang tidak beraturan.

Sungai yang pada mulanya menjadi kanal bagi air yang mengalir dari hulu ke hilir, berubah fungsi menjadi tempat pembuangan akhir. Pemandangan ini seperti kumparan molekul yang susah diurai, berserakan, pori-pori bumi tersumbat, dan lahirlah genangan.

Dalam kenyataan paradoks sungai yang kian dangkal dan sesak sampah, PDI Perjuangan  Sumenep hadir. Aksi turun sungai, meminggirkan yang menyesak, membersihkan yang menumpuk, dan melancarkan yang tersumbat, bagi PDI Perjuangan sebentuk narasi kecil untuk perubahan.

Baca Juga :  4.394 Peserta Gugur Tes SKD


Pasti bukan aksi besar karena hanya membersihkan sungai yang dihelat sejak awal November hingga akhir Desember 2021 mendatang di sepanjang Kali Marengan yang memanjang dari Kota hingga Kecamatan Kalianget. “Ini (membersihkan sungai), salah satu ekspresi kami dalam merawat alam, meruwat kehidupan,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep Achmad Fauzi.

Gotong-royong dalam bersih-bersih sungai sebentuk kursus atas tatalaksana kehidupan. Pepatah Madura lakona lakone, kennenganna kennengnge, asalla ja’ kaloppae (kerjakanlah pekerjaannya, tempatilah posisinya dan tidak lupa asal) membantu menyadarkan siapa saja untuk tidak amnesia.

Terutama, memanfaatkan alam khususnya  sungai yang menjadi lalu lintas air, gemericik kehidupan ikan, plankton, dan habitat lainnya. “Sungai bukan tempat sampah,” imbuh pria yang juga bupati Sumenep ini. 

Baca Juga :  BPRS Bhakti Sumekar Raih Top BUMD 2019

Serangkaian kegiatan DPC PDI Perjuangan ini tidak hanya membersihkan sungai. Para kader moncong putih ini juga membangun gardu perjuangan di setiap kecamatan. Gardu (posko) ini digunakan sebagai wahana silaturahmi antarwarga.

- Advertisement -

Posko tidak hanya tempat duduk, melainkan juga berguna untuk bermusyawarah hal-hal kecil yang berkembang di masyarakat. Lebih dari itu, DPC PDI Perjuangan menjadwal pemasyarakatan hewan ternak kambing yang pilot projectnya untuk internal terlebih dahulu.

“Kami juga melaksanakan bansos, santunan anak yatim, salawatan, dan kegiatan keagamaan lainnya,” ujarnya. (*/luq)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/