28 C
Madura
Monday, May 29, 2023

6 Desa Ajukan Tambahan Dropping Air Bersih

SUMENEP – Kekeringan terus melanda beberapa daerah di Sumenep. Namun, bantuan dropping air bersih dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dihentikan sementara karena anggaran tahap pertama habis. Kini, ada enam desa yang kembali mengajukan penambahan penyaluran air bersih tahap dua.

 Kepala BPBD Sumenep Abd. Rahman Riadi menyampaikan, saat ini pihaknya sedang proses pengajuan kepada bupati untuk penambahan dropping air bersih. Pasalnya, sejumlah daerah kategori kering kritis kembali mengajukan penambahan. Di antaranya, Desa Montorna, Desa Prancak, Desa Badur, Desa Larangan Barma, Desa Langsar, dan Desa Kombang.

Menurutnya, musim kemarau tahun ini terjadi di luar perkiraan. Prediksi sebelumnya,  pertengahan September sudah memasuki musim penghujan. Sementara hingga pertengahan Oktober belum juga turun hujan.

Baca Juga :  Dilanda Cuaca Ekstrem, Warga Masalembu Sumenep Kesulitan Sembako

Waktu musim kemarau yang panjang berdampak pada kekeringan di sejumlah daerah. Baik yang tergolong kering langka maupun kering kritis. Oleh karenanya, BPBD Sumenep harus merespons cepat bencana kekeringan yang terjadi.

Rahman berharap proses pengajuan bisa lebih cepat agar kekeringan segera ditangani. Pihaknya tidak menampik bahwa saat ini pendistribusian air masih dihentikan.

Namun, instansinya selalu memfasilitasi apabila ada relawan yang ingin membantu desa terdampak bencana kekeringan. ”Seperti kemarin, NU Sumenep kerja sama dengan BPBD menyalurkan bantuan air bersih di Desa Montorna dan Desa Prancak. Dua desa itu tergolong kering kritis,” terangnya.

Perlu diketahui, penanggulangan bencana kekeringan tahap pertama menghabiskan dana sekitar Rp 80 juta. Jumlah air yang diterima masyarakat sesuai jumlah kepala keluarga (KK) di desa tersebut. Jadi, antara desa satu dengan yang lain tidak sama, bergantung jumlah penduduknya.

Baca Juga :  Diskop Layani Konsultasi Pembentukan Koperasi

Sebelumnya, BPBD Sumenep memetakan bencana kekeringan terjadi di 10 kecamatan. Ada 30 desa mengalami kekeringan.  Yakni,  11 desa kering kritis dan 19 desa kering langka. Desa yang menjadi prioritas adalah desa kering kritis.

Air diberikan secara gratis yang didistribusikan dengan mobil tangki. Setiap tangki berisi 6 ribu liter. Saat ini, BPBD hanya memiliki dua armada tangki. Untuk menjangkau luas wilayah Kabupaten Sumenep pihaknya bekerja sama dengan PDAM Sumenep. (c3)

SUMENEP – Kekeringan terus melanda beberapa daerah di Sumenep. Namun, bantuan dropping air bersih dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dihentikan sementara karena anggaran tahap pertama habis. Kini, ada enam desa yang kembali mengajukan penambahan penyaluran air bersih tahap dua.

 Kepala BPBD Sumenep Abd. Rahman Riadi menyampaikan, saat ini pihaknya sedang proses pengajuan kepada bupati untuk penambahan dropping air bersih. Pasalnya, sejumlah daerah kategori kering kritis kembali mengajukan penambahan. Di antaranya, Desa Montorna, Desa Prancak, Desa Badur, Desa Larangan Barma, Desa Langsar, dan Desa Kombang.

Menurutnya, musim kemarau tahun ini terjadi di luar perkiraan. Prediksi sebelumnya,  pertengahan September sudah memasuki musim penghujan. Sementara hingga pertengahan Oktober belum juga turun hujan.

Baca Juga :  Tolak Klaim Yerusalem Ibu Kota Israel


Waktu musim kemarau yang panjang berdampak pada kekeringan di sejumlah daerah. Baik yang tergolong kering langka maupun kering kritis. Oleh karenanya, BPBD Sumenep harus merespons cepat bencana kekeringan yang terjadi.

Rahman berharap proses pengajuan bisa lebih cepat agar kekeringan segera ditangani. Pihaknya tidak menampik bahwa saat ini pendistribusian air masih dihentikan.

Namun, instansinya selalu memfasilitasi apabila ada relawan yang ingin membantu desa terdampak bencana kekeringan. ”Seperti kemarin, NU Sumenep kerja sama dengan BPBD menyalurkan bantuan air bersih di Desa Montorna dan Desa Prancak. Dua desa itu tergolong kering kritis,” terangnya.

Perlu diketahui, penanggulangan bencana kekeringan tahap pertama menghabiskan dana sekitar Rp 80 juta. Jumlah air yang diterima masyarakat sesuai jumlah kepala keluarga (KK) di desa tersebut. Jadi, antara desa satu dengan yang lain tidak sama, bergantung jumlah penduduknya.

Baca Juga :  Dilanda Cuaca Ekstrem, Warga Masalembu Sumenep Kesulitan Sembako

- Advertisement -

Sebelumnya, BPBD Sumenep memetakan bencana kekeringan terjadi di 10 kecamatan. Ada 30 desa mengalami kekeringan.  Yakni,  11 desa kering kritis dan 19 desa kering langka. Desa yang menjadi prioritas adalah desa kering kritis.

Air diberikan secara gratis yang didistribusikan dengan mobil tangki. Setiap tangki berisi 6 ribu liter. Saat ini, BPBD hanya memiliki dua armada tangki. Untuk menjangkau luas wilayah Kabupaten Sumenep pihaknya bekerja sama dengan PDAM Sumenep. (c3)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/