SUMENEP – Dampak hujan deras yang turun selama dua hari berturut-turut di wilayah Sumenep mulai dirasakan para petani garam. Akibatnya, puluhan ton garam gagal panen. Garam yang sudah tua kembali muda akibat terkena air tawar.
Suryani, 40, petani garam di Desa Nambakor, Kecamatan Saronggi, mengaku punya tiga petak garam yang siap panen. Setiap petak biasanya menghasilkan tiga hingga lima ton. Dengan demikian, dia seharusnya bisa memanen 9–15 ton garam.
”Tapi karena hujan, garam tersebut tidak bisa dipanen,” katanya saat ditemui di tambak garam Nambakor Jumat (9/11). ”Akibatnya, saya mengalami kerugian jutaan rupiah,” tambahnya.
Untungnya, sebagian besar garam-garam miliknya sudah dipanen. Kristal-kristal putih itu masih bertumpuk di pinggir tambak. Demi menghindari kerusakan, Suryani menutupi garam tersebut dengan terpal besar. ”Kalau tidak ditutupi bisa habis terkena hujan. Makanya, garam-garam di sini semuanya diberi tutup,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Mattasan, 43, petani garam yang juga tinggal di Desa Nambakor. Pria asal Kecamatan Dasuk itu mengaku memiliki lahan yang sudah siap panen. Tapi karena hujan, dia juga terpaksa mengelus dada.
”Tapi mau bagaimana lagi, hujan kan juga rezeki. Mudah-mudahan saya bisa mendapat gantinya,” ujar pria yang mengaku sudah menjadi petani garam sejak 2000 silam itu.
Dia belum memutuskan apakah akan mengakhiri pembuatan garam atau melanjutkan. Sebab, garam sangat bergantung pada cuaca. Ketika intensitas hujan tinggi, otomatis garam tidak bisa diproduksi.
”Kalau cuacanya terus-terusan hujan, saya tidak akan memproduksi lagi. Sebab, akan rugi juga akhirnya kalau gagal panen,” tegasnya.