SUMENEP – Kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sumenep terletak di Desa Pamolokan, Kecamatan Kota. Saat koran ini mengunjungi kantor para pejuang itu, suasana terlihat sepi Rabu (9/8).
Tak ada orang di sana. Baru setelah menoleh ke timur atau ke ruangan di sisi timur halaman terdapat beberapa orang di dalam. Dua orang keluar ke tempat parkir di sisi utara kantor. Mereka kemudian memanggil seseorang dari dalam kantor.
Bergegaslah seorang pria dengan kulit mulai keriput menghampiri. Koran ini diajak ke ruangan veteran benama Abdul Mutollib ini. Pensiunan TNI AD ini sudah berumur 80 tahun. Pria yang kini menetap di Desa Kolor, Kecamatan Kota ini,hampir setiap hari berkantor di DPC LVRI.
Di ruangan yang lumayan luas ini terdapat kursi karet yang sudah lapuk. Puluhan kursi itu digunakan tempat duduk ketika rapat.
Di meja terdapat taplak dari kain yang di bagian pinggir mulai sobek. Asbes di bagian atap terlihat lapuk. Gorden dengan kain seadanya. Tetapi, Abdul Mutollib bagitu bersemangat menceritakan perjalanan hidupnya.
”Generasi saat ini berjuang untuk melawan kemiskinan. Jadi harus bekerja dan jangan korupsi. Kalau dulu pejuang secara fisik dengan mengusir penjajah,” katanya.
Dia berpesan supaya penerus untuk terus berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa. Jiwanya harus patriotik. Mengisi kemerdekaan dengan penuh tanggung jawab. Kini, kata dia, tinggal mengisi saja.
Perjuangan mengusir penjajah sudah selesai. ”Saat ini penjajahan kemiskinan yang harus diusir secara bersama-sama,” katanya menegaskan.
Selain itu, Abdul Mutollib menceritakan tentang macam-macam veteran. Ada veteran pejuang dan veteran pembela. Veteran pejuang adalah mereka yang berjuang 1945–1949. Veteran pejuang di Sumenep dulu sekitar 1.000 orang. Kini tinggal sekitar 50 orang.
Veteran pembela adalah mereka yang berjuang pada 1962. Mereka berjuang pada pembebasan Irian Barat. Ini disebut pembela Trikora. Lalu, veteran Dwikora, yang berjuang pada 1964 saat konfrontasi dengan Malaysia di Kalimantan Utara.
Selanjutnya veteran pembela Timor Timur. Yakni, pasukan yang pernah berjuang pada 1970 ketika mengusir penjajahan di Timor Timur. Terakhir, veteran perdamaian. Mereka yang pernah tugas ke luar negeri.
”Di Sumenep hanya veteran perdamaian yang tidak ada. Selebihnya, semua veteran ada. Untuk jumlahnya sekitar 25 orang,” tuturnya sambil mengingat-ingat.
Tunjangan setiap bulan variatif. Ada yang mendapat Rp 1 juta. Ada pula yang lebih. Tergantung golongan. Para veteran terus didata dan jumlahnya bisa bertambah. ”Kalau veteran tertua ada, tapi datanya saya lupa. Ada di sekretaris,” katanya ketika ditanya veteran tertua.