SUMENEP – Para pelaku pariwisata di Sumenep perlu mendapatkan pembinaan khusus dari instansi terkait. Sebab, masih banyak pelaku pariwisata belum mengerti Sapta Pesona. Padahal, Sapta Pesona merupakan kondisi yang mesti diwujudkan demi menarik wisatawan datang.
Ada tujuh hal yang tercantum dalam Sapta Pesona Pariwisata. Yaitu, unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. Semua unsur tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Dosen Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep Mohamad Harun mengatakan, beberapa pelaku wisata belum mengerti penerapan konsep Sapta Pesona itu. Dia mencontohkan, sering kali ada penjual makanan dan minuman yang menaikkan harga manakala ada wisatawan datang. Lebih-lebih jika yang datang merupakan warga luar Madura.
”Saya pernah menemani wisatawan ke Giliyang. Saat beli es degan ternyata lebih mahal dari biasanya,” kata Harun kemarin (7/12). ”Harganya sampai Rp 50 ribu per buah,” tambahnya.
Kejadian tersebut, menurut dia, bisa saja bersifat insidental alias hanya saat dirinya ke Giliyang. Akan tetapi, fakta tersebut cukup merugikan bagi pengembangan pariwisata di Sumenep. Orang-orang yang datang kemudian akan waswas manakala hendak belanja.
”Kalau hanya untung sekali dan berikutnya tidak ada yang beli, kan rugi juga pedagangnya,” paparnya. ”Makanya, yang seperti ini perlu pembinaan,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Disparbudpora Sumenep Ahmad Khalili mengaku bahwa perlu tahap untuk memajukan pariwisata. Termasuk, dengan memberikan pembinaan dan penyadaran bagi pelaku wisata. Dia juga tidak setuju manakala ada pedagang yang tiba-tiba menaikkan harga dagangannya ketika ada wisatawan dari luar.
”Ini perlu pembinaan setahap demi setahap,” jelasnya. ”Makanya, perlu keterlibatan para akademisi dan media untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat pelaku wisata,” tukasnya.