21.6 C
Madura
Friday, June 9, 2023

Sumenep Siap Belajar Tatap Muka

SUMENEP – Menyongsong kenormalan baru (new normal), pembelajaran tatap muka (PTM) akan dilakukan di Sumenep. KBM secara langsung kali pertama dilaksanakan jenjang SMP. Namun, keselamatan dan kesehatan warga sekolah tetap menjadi prioritas.

KBM tatap muka kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 mengubah cara mengajar dan capaian kurikulum. Pembelajaran tidak dilihat sampai mana lembaga pendidikan melaksanakan kurikulum. Hasil pendidikan saat ini dilihat dari keberhasilan peserta didik memahami materi pembelajaran.

KBM yang akan dilaksanakan di setiap kecamatan tidak sama. Bergantung pada warna zona wilayah masing-masing. Meningkatnya pasien positif mengakibatkan gagalnya penyelenggaraan PTM zona hijau di daratan. Yakni, di Kecamatan Ambunten dan Gapura.

Awalnya, delapan kecamatan bisa melakukan PTM. ”Saat ini mengerucut ke tujuh kecamatan karena warga Kecamatan Sapeken ada yang reaktif dan saat ini menunggu hasil swab,” terang Kabid Pembinaan SMP Disdik Sumenep Edy Suprayitno.

Pelaksanaan pembelajaran zona hijau dibagi menjadi dua metode. Yakni, masa transisi dan new normal. PTM pada masa transisi diselenggarakan dengan siklus selama dua minggu. ”Tiga hari pembelajaran tatap muka dengan maksimal waktu 4 jam. Setiap kelas diisi maksimal 18 siswa,” terangnya.

Kemudian, dilanjut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama tujuh hari dengan maksimal waktu 4 jam. Siswa juga diliburkan selama empat hari. Masa transisi ini dilangsungkan selama dua bulan. Tujuannya, melihat dan mengevaluasi hasil dan dampak diberlakukannya PTM.

Pada masa new normal, pihaknya menggunakan siklus mingguan tuga hari PTM dengan waktu maksimal 7 jam. Kegiatan PJJ juga dilakukan maksimal 7 jam dan dua hari libur. ”PTM di tingkat SMP dimulai 13 Juli yang menggunakan model masa transisi. Model new normal akan dilakukan pada 14 September,” jelasnya.

Pihaknya meminta semua lembaga pendidikan menyiapkan protokol kesehatan serta mengikuti pedoman PJJ dan PTM. Instansinya sudah mendata guru SMP di tujuh kepulauan yang berdomisili di daratan. Sedangkan KBM di zona merah dan kuning tetap melangsungkan pembelajaran jarak jauh.

Baca Juga :  Hari Terakhir April, Pasien Covid-19 Madura Jadi 26 Orang

Pihaknya berkoordinasi dengan dinas kesehatan. Koordinasi juga dilaksanakan bersama Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur dan Kantor Kemenag Sumenep untuk penyamaan persepsi. Kesehatan dan keselamatan warga sekolah wajib menjadi prioritas. Guru diharapkan kreatif dan inovatif untuk pembangunan karakter. ”Karena tidak maksimal kalau pembelajaran hanya jarak jauh,” ucapnya.

Kepala SMPN 2 Giligenting Abbul Khair menyampaikan, lembaganya sudah mendapat izin untuk melangsungakan PTM. Semua siswa juga telah mendapat izin dari wali murid untuk melakukan pembelajaran secara langsung. ”100 persen diizinkan masuk,” tukasnya.

Persiapan menyambut pemulihan kegiatan sekolah sudah dilakukan. Mulai dari penyediaan masker, tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, dan alat kelengkapan lainnya. Pada H-1 PTM, pihaknya akan melakukan penyemprotan disenfektan ke semua ruangan. Selain itu, guru bakal dites cepat.

”Saat mengajar pun wajib memakai APD lengkap. Termasuk mengggunakan face shield,” tegasnya. Pihaknya berharap pemberlakuan PTM ini tidak meningkatkan jumlah pasien terkonfirmasi.

Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMP memasuki tahap daftar ulang kemarin (7/7). Selama empat hari hingga 10 Juli, seluruh siswa baru harus melakukan heregistrasi.

SMP di Bangkalan berjumlah 232 lembaga. Terdiri atas 52 SMP negeri dan 180 SMP swasta. Pagu PPDB SMPN tahun ini 7.808 siswa. Namun, yang terisi hanya 5.460 siswa.

Kasi Kurikulum dan Penilaian SMP Disdik Bangkalan Risman Iriyanto mengutarakan, selama tiga tahun terakhir selalu tidak memenuhi pagu PPDB. Tahun ajaran baru 2020 kekurangan 2.348 siswa untuk SMP negeri. ”Kalau yang swasta belum dilaporkan,” katanya kemarin (7/7).

Risman menambahkan, sekolah yang belum mencapai pagu diperkenakan membuka pendaftaran siswa baru hingga Agustus. Sebab, pendataan di data pokok pendidikan (dapodik) berakhir Agustus.

Dari 52 SMPN di Kota Salak, hanya tiga sekolah yang memenuhi pagu. Yakni, SMPN 1 Bangkalan, SMPN 2 Bangkalan, dan SMPN 1 Kamal. Sedangkan 49 sekolah belum mencapai pagu. ”PPDB memang sudah berakhir. Tetapi, lagi-lagi bagi sekolah yang belum memenuhi pagu masih bisa menerima siswa baru,” terangnya.

Baca Juga :  KPU Jatim: PSU Harus Sesuai Regulasi

Model pembelajaran untuk siswa baru maupun siswa lama tetap melalui media dalam jaringan (daring). Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka belum bisa dilaksanakan. Sebab, Bangkalan belum zona hijau dalam peta sebaran Covid-19. ”Itu sudah keputusan empat menteri,” ucapnya.

Kepala SMPN 1 Bangkalan Anwari Anwar mengungkapkan, ada 288 siswa yang diterima pada ajaran baru 2020. Sebab, pagu sekolah yang dipimpinnya hanya 288 siswa. Karena itu, 76 pendaftar tidak diterima. ”Tetap 9 kelas. Tiap kelas itu terisi 32 siswa. Kami nggak menambah pagu,” jelasnya.

Sementara itu, sistem pembelajaran di Sampang masih sulit untuk menerapkan tatap muka. Karena itu, sekolah menyiapkan skenario pembelajaran. Di antaranya, memberlakukan pembelajaran tatap muka ke rumah siswa.

SMPN 1 Sampang kemungkinan tetap menjalankan pembelajaran dalam jaringan (daring). Namun, pembelajaran tatap muka juga memungkinkan. ”Kami akan persiapkan dengan dua jalur. Bisa dengan daring dan tatap muka,” kata Kepala SMPN 1 Sampang Teguh Suparyanto.

Menurut Teguh, jika melihat kondisi sekolah, tidak mungkin dilakukan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka bisa direalisasikan dengan skenario guru mendatangi rumah siswa. Namun, lebih aman tetap pembelajaran secara daring demi kesehatan siswa, guru, dan penduduk sekolah.

”Kalau kami 90 persen sistem pembelajaran bisa menggunakan Android. Tapi bagi siswa yang terkendala, misalnya belum menyelesaikan materi, maka kami harus hadir,” terangnya. Kendati demikian, Teguh menunggu keputusan Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang.

Plt Kepala Disdik Sampang Nur Alam menyampaikan, pihaknya belum memutuskan pembelajaran tahun ajaran baru. Pihaknya masih membahas dengan gugus tugas Covid-19 berkaitan dengan keamanan dan kesehatan jika menerapkan pembelajaran tatap muka. ”Sementara, mungkin menerapkan online,” ucapnya. (mi/bil)

SUMENEP – Menyongsong kenormalan baru (new normal), pembelajaran tatap muka (PTM) akan dilakukan di Sumenep. KBM secara langsung kali pertama dilaksanakan jenjang SMP. Namun, keselamatan dan kesehatan warga sekolah tetap menjadi prioritas.

KBM tatap muka kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 mengubah cara mengajar dan capaian kurikulum. Pembelajaran tidak dilihat sampai mana lembaga pendidikan melaksanakan kurikulum. Hasil pendidikan saat ini dilihat dari keberhasilan peserta didik memahami materi pembelajaran.

KBM yang akan dilaksanakan di setiap kecamatan tidak sama. Bergantung pada warna zona wilayah masing-masing. Meningkatnya pasien positif mengakibatkan gagalnya penyelenggaraan PTM zona hijau di daratan. Yakni, di Kecamatan Ambunten dan Gapura.


Awalnya, delapan kecamatan bisa melakukan PTM. ”Saat ini mengerucut ke tujuh kecamatan karena warga Kecamatan Sapeken ada yang reaktif dan saat ini menunggu hasil swab,” terang Kabid Pembinaan SMP Disdik Sumenep Edy Suprayitno.

Pelaksanaan pembelajaran zona hijau dibagi menjadi dua metode. Yakni, masa transisi dan new normal. PTM pada masa transisi diselenggarakan dengan siklus selama dua minggu. ”Tiga hari pembelajaran tatap muka dengan maksimal waktu 4 jam. Setiap kelas diisi maksimal 18 siswa,” terangnya.

Kemudian, dilanjut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama tujuh hari dengan maksimal waktu 4 jam. Siswa juga diliburkan selama empat hari. Masa transisi ini dilangsungkan selama dua bulan. Tujuannya, melihat dan mengevaluasi hasil dan dampak diberlakukannya PTM.

Pada masa new normal, pihaknya menggunakan siklus mingguan tuga hari PTM dengan waktu maksimal 7 jam. Kegiatan PJJ juga dilakukan maksimal 7 jam dan dua hari libur. ”PTM di tingkat SMP dimulai 13 Juli yang menggunakan model masa transisi. Model new normal akan dilakukan pada 14 September,” jelasnya.

- Advertisement -

Pihaknya meminta semua lembaga pendidikan menyiapkan protokol kesehatan serta mengikuti pedoman PJJ dan PTM. Instansinya sudah mendata guru SMP di tujuh kepulauan yang berdomisili di daratan. Sedangkan KBM di zona merah dan kuning tetap melangsungkan pembelajaran jarak jauh.

Baca Juga :  Polres Sumenep Belum Bisa Tangkap Bandar

Pihaknya berkoordinasi dengan dinas kesehatan. Koordinasi juga dilaksanakan bersama Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur dan Kantor Kemenag Sumenep untuk penyamaan persepsi. Kesehatan dan keselamatan warga sekolah wajib menjadi prioritas. Guru diharapkan kreatif dan inovatif untuk pembangunan karakter. ”Karena tidak maksimal kalau pembelajaran hanya jarak jauh,” ucapnya.

Kepala SMPN 2 Giligenting Abbul Khair menyampaikan, lembaganya sudah mendapat izin untuk melangsungakan PTM. Semua siswa juga telah mendapat izin dari wali murid untuk melakukan pembelajaran secara langsung. ”100 persen diizinkan masuk,” tukasnya.

Persiapan menyambut pemulihan kegiatan sekolah sudah dilakukan. Mulai dari penyediaan masker, tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, dan alat kelengkapan lainnya. Pada H-1 PTM, pihaknya akan melakukan penyemprotan disenfektan ke semua ruangan. Selain itu, guru bakal dites cepat.

”Saat mengajar pun wajib memakai APD lengkap. Termasuk mengggunakan face shield,” tegasnya. Pihaknya berharap pemberlakuan PTM ini tidak meningkatkan jumlah pasien terkonfirmasi.

Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMP memasuki tahap daftar ulang kemarin (7/7). Selama empat hari hingga 10 Juli, seluruh siswa baru harus melakukan heregistrasi.

SMP di Bangkalan berjumlah 232 lembaga. Terdiri atas 52 SMP negeri dan 180 SMP swasta. Pagu PPDB SMPN tahun ini 7.808 siswa. Namun, yang terisi hanya 5.460 siswa.

Kasi Kurikulum dan Penilaian SMP Disdik Bangkalan Risman Iriyanto mengutarakan, selama tiga tahun terakhir selalu tidak memenuhi pagu PPDB. Tahun ajaran baru 2020 kekurangan 2.348 siswa untuk SMP negeri. ”Kalau yang swasta belum dilaporkan,” katanya kemarin (7/7).

Risman menambahkan, sekolah yang belum mencapai pagu diperkenakan membuka pendaftaran siswa baru hingga Agustus. Sebab, pendataan di data pokok pendidikan (dapodik) berakhir Agustus.

Dari 52 SMPN di Kota Salak, hanya tiga sekolah yang memenuhi pagu. Yakni, SMPN 1 Bangkalan, SMPN 2 Bangkalan, dan SMPN 1 Kamal. Sedangkan 49 sekolah belum mencapai pagu. ”PPDB memang sudah berakhir. Tetapi, lagi-lagi bagi sekolah yang belum memenuhi pagu masih bisa menerima siswa baru,” terangnya.

Baca Juga :  Renovasi Fasilitas Pantai Lombang, Pemerintah Anggarkan Rp 2,2 Miliar

Model pembelajaran untuk siswa baru maupun siswa lama tetap melalui media dalam jaringan (daring). Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka belum bisa dilaksanakan. Sebab, Bangkalan belum zona hijau dalam peta sebaran Covid-19. ”Itu sudah keputusan empat menteri,” ucapnya.

Kepala SMPN 1 Bangkalan Anwari Anwar mengungkapkan, ada 288 siswa yang diterima pada ajaran baru 2020. Sebab, pagu sekolah yang dipimpinnya hanya 288 siswa. Karena itu, 76 pendaftar tidak diterima. ”Tetap 9 kelas. Tiap kelas itu terisi 32 siswa. Kami nggak menambah pagu,” jelasnya.

Sementara itu, sistem pembelajaran di Sampang masih sulit untuk menerapkan tatap muka. Karena itu, sekolah menyiapkan skenario pembelajaran. Di antaranya, memberlakukan pembelajaran tatap muka ke rumah siswa.

SMPN 1 Sampang kemungkinan tetap menjalankan pembelajaran dalam jaringan (daring). Namun, pembelajaran tatap muka juga memungkinkan. ”Kami akan persiapkan dengan dua jalur. Bisa dengan daring dan tatap muka,” kata Kepala SMPN 1 Sampang Teguh Suparyanto.

Menurut Teguh, jika melihat kondisi sekolah, tidak mungkin dilakukan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka bisa direalisasikan dengan skenario guru mendatangi rumah siswa. Namun, lebih aman tetap pembelajaran secara daring demi kesehatan siswa, guru, dan penduduk sekolah.

”Kalau kami 90 persen sistem pembelajaran bisa menggunakan Android. Tapi bagi siswa yang terkendala, misalnya belum menyelesaikan materi, maka kami harus hadir,” terangnya. Kendati demikian, Teguh menunggu keputusan Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang.

Plt Kepala Disdik Sampang Nur Alam menyampaikan, pihaknya belum memutuskan pembelajaran tahun ajaran baru. Pihaknya masih membahas dengan gugus tugas Covid-19 berkaitan dengan keamanan dan kesehatan jika menerapkan pembelajaran tatap muka. ”Sementara, mungkin menerapkan online,” ucapnya. (mi/bil)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/