SUMENEP – Bangunan yang rusak akibat gempa berkekuatan 5 Skala Richter pada Selasa (2/4) terus bertambah. Jika pada tiga hari pertama yang terdata hanya sekitar 20 rumah rusak, sekarang naik tiga kali lipat. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, data terakhir tercatat 60 bangunan rusak.
Kepala BPBD Sumenep Abd. Rahman Riadi mengatakan, bangunan yang rusak terdiri dari tiga jenis. Yakni, 50 unit rumah, 2 unit bangunan sarana ibadah, dan 8 unit sarana pendidikan. Data tesebut sesuai dengan pemutakhiran data yang dilakukan oleh BPBD Sumenep.
”Itu ada yang rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan,” kata Rahman kemarin (7/4). ”Kalau yang sarana pendidikan, ada diniyah, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas,” tambahnya.
Rahman tidak bisa menghitung total kerugian akibat gempa. Sebab, kerugian akibat gempa tidak bisa ditaksasi sebagaimana bencana lainnya. ”Kita tidak bisa menaksir karena kalau kerusakan yang bersifat masif tidak bisa kita lihat kerugiannya. Kecuali hanya bangunan satu,” tegasnya.
Pihaknya sudah menyalurkan bantuan untuk para korban gempa pada Jumat (5/4). Bantuan yang didistribusikan berupa selimut, terpal, sembilan bahan pokok (sembako), dan pakaian layak pakai. Bantuan rehabilitasi rumah atau bangunan yang rusak belum dilakukan.
”Jadi informasinya untuk rehabilitasinya itu provinsi akan turun tangan. Jadi kita hanya bantu dalam bentuk sembako. Mulai beras, minyak goreng, gula pasir, mi instan, terpal, selimut, pakaian,” paparnya.
Pemerintah provinsi akan menggelontorkan bantuan keuangan (BK) untuk korban gempa. Namun, menurut Rahman, bantuan ini lazimnya tidak bersifat uang tunai. Tetapi, langsung dalam bentuk program perbaikan rumah.
”Pengalaman kami yang gempa Sapudi itu biasanya kerja sama dengan TNI. Jadi masyarakat tidak menerima uang, mungkin menerima perbaikan rumahnya,” imbuhnya.