21.6 C
Madura
Sunday, May 28, 2023

Ini Sangat Spesial, Saya Ingin Membuat Kenangan Berkesan

Achmad Fauzan dan Mutmainnah Hadiri Puncak 1 Abad NU dengan Sepeda Motor

Fauzan merupakan satu dari sekian warga nahdliyin yang antusias menghadiri acara puncak Hari Lahir (Harlah) Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU). Di balik kegigihannya itu, ada perempuan yang selalu mendukungnya. Yakni, Mutmainnah, yang mendampinginya menuju lokasi acara hingga kembali ke rumah.

MOH. BUSRI, Sumenep, Jawa Pos Radar Madura

RIBUAN warga di depan Masjid Jamik Sumenep kemarin (6/2) siang memadati kursi armada yang disiapkan untuk berangkat ke acara puncak Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU. Raut muka semua jemaah penuh semangat.

Di sela-sela itu datang seorang pria dengan membonceng istri dan dua anak laki-laki berusia dini. Dia adalah Achmad Fauzan, warga Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep. Dia juga ingin menghadiri acara puncak harlah 1 abad onganisasi Islam terbesar di Indonesia ini.

Berbeda dari yang lain, dia tidak berangkat bersama ribuan jemaah menggunakan armada yang disiapkan panitia. Dia akan berangkat dengan mengendarai sepeda motor bersama kekasih hatinya, Mutmainnah. Sedangkan kedua anaknya akan dititip kepada mertuanya di Kecamatan Ganding.

Sepintas tidak ada yang aneh bagi warga NU yang ingin menghadiri acara spesial tersebut dengan mengendarai sepeda motor. Hanya, untuk yang satu ini unik. Fauzan serius menghiasi Honda Vario-nya dengan aksesori NU.

Pada bagian depan, dia juga memasang banner ukuran kecil bertulis ”Satu Abad NU, Saya Siap Hadir”. Dia juga memasang foto rupawannya di poster itu. Hal tersebut dapat menarik perhatian banyak orang di sepanjang perjalanan.

Baca Juga :  Tingkatkan Kerja Sama, LDII Silaturahmi dengan Wabup Sumenep

”Bagi saya, Harlah 1 Abad NU ini sangat spesial. Untuk itu, saya ingin membuat kenangan yang sangat berkesan,” ucapnya saat dihampiri Jawa Pos Radar Madura (JPRM).

Itu di bagian depan. Di bagian belakang berdiri tegak tiga helai bendera. Yakni, bendera Merah Putih diapit bendera NU dan bendera Pergunu. Sementara di bagian tengah ada bekal makanan dan pakaian.

Pria berkulit kuning langsat itu merupakan anggota Persatuan Guru NU (Pergunu) Kecamatan Rubaru. Sebenarnya dia baru dua tahun masuk sebagai anggota resmi dalam organisasi badan otonom (banom) NU tersebut.

Namun, kecintaan serta totalitasnya sungguh luar biasa. Kata Fauzan, ada banyak alasan yang membuat dia memilih untuk berangkat ke Sidoarjo menggunakan sepeda motor. Salah satunya agar lebih leluasa.

”Saya sudah dapat informasi bahwa lokasi parkir sangat jauh. Jadi, kalau menggunakan sepeda motor bisa mengantisipasi hal itu,” paparnya.

Selain itu, dengan berangkat menggunakan kendaraan pribadi, dia tidak terikat dengan rombongan. Jadi, saat ada momentum tertentu di lokasi acara, dia bisa dengan mudah mendatangi.

Sebelum memutuskan berangkat dengan mengendarai sepeda motor, Fauzan dan Mutmainnah mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang. Mulai dari pembekalan berupa materi, mental, hingga kesehatan fisik.

Fauzan menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Bahkan, peran NU terhadap kemerdekaan Indonesia hingga saat ini dianggap luar biasa. Begitu pula dengan ulama yang ada di dalamnya. Sudah mampu menjadi panutan bagi mayoritas umat muslim.

Baca Juga :  Gerakan Ulama Rebut Kemerdekaan dari Penjajah

”Tujuan besar saya untuk hadir ke acara 1 Abad NU tidak lain adalah untuk ngalap barokah. Sebab, ulama NU merupakan ulama besar yang menjadi panutan bangsa Indonesia,” paparnya. Fauzan benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan momentum ini. Mulai berangkat dari rumah, terus mendokumentasikan aktivitas perjalanannya melalui rekam video.

Tujuan mampir ke Masjid Jamik Sumenep juga untuk mendokumentasikan aktivitas perjalanan tersebut. Dokumentasi itu akan terus dilakukan hingga tiba ke lokasi. Termasuk kegiatan di lokasi akan terus direkam. ”Nanti video itu akan saya satukan dan dijadikan kenang-kenangan,” tuturnya.

Sementara Mutmainnah bukan merupakan anggota atau bahkan pengurus NU. Dia hanya ibu rumah tangga. Ketertarikannya untuk ikut melakukan perjalanan jauh bersama suaminya hanya untuk terus mendampingi dan memberi semangat. Dia akan mendorong semangat lelaki pujaannya itu saat mulai lelah di perjalanan.

”Saya akan selalu mendampingi bapak ke mana pun. Sebab, saya juga ingin merasakan susah senang bersama dia,” katanya.

Sekalipun bukan anggota atau pengurus NU secara struktural, Mutmainnah berdarah NU secara kultural. Sebab, setiap tradisi dan tuntunan keagamaan yang dia lakukan berguru kepada ulama-ulama NU. ”Semoga dengan ini, kami bisa mendapat banyak barokah dari para ulama NU,” harapnya. (*/luq)

Fauzan merupakan satu dari sekian warga nahdliyin yang antusias menghadiri acara puncak Hari Lahir (Harlah) Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU). Di balik kegigihannya itu, ada perempuan yang selalu mendukungnya. Yakni, Mutmainnah, yang mendampinginya menuju lokasi acara hingga kembali ke rumah.

MOH. BUSRI, Sumenep, Jawa Pos Radar Madura

RIBUAN warga di depan Masjid Jamik Sumenep kemarin (6/2) siang memadati kursi armada yang disiapkan untuk berangkat ke acara puncak Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU. Raut muka semua jemaah penuh semangat.


Di sela-sela itu datang seorang pria dengan membonceng istri dan dua anak laki-laki berusia dini. Dia adalah Achmad Fauzan, warga Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep. Dia juga ingin menghadiri acara puncak harlah 1 abad onganisasi Islam terbesar di Indonesia ini.

Berbeda dari yang lain, dia tidak berangkat bersama ribuan jemaah menggunakan armada yang disiapkan panitia. Dia akan berangkat dengan mengendarai sepeda motor bersama kekasih hatinya, Mutmainnah. Sedangkan kedua anaknya akan dititip kepada mertuanya di Kecamatan Ganding.

Sepintas tidak ada yang aneh bagi warga NU yang ingin menghadiri acara spesial tersebut dengan mengendarai sepeda motor. Hanya, untuk yang satu ini unik. Fauzan serius menghiasi Honda Vario-nya dengan aksesori NU.

Pada bagian depan, dia juga memasang banner ukuran kecil bertulis ”Satu Abad NU, Saya Siap Hadir”. Dia juga memasang foto rupawannya di poster itu. Hal tersebut dapat menarik perhatian banyak orang di sepanjang perjalanan.

- Advertisement -
Baca Juga :  Bawa Bekal Sendiri, Diniatkan untuk Ibadah

”Bagi saya, Harlah 1 Abad NU ini sangat spesial. Untuk itu, saya ingin membuat kenangan yang sangat berkesan,” ucapnya saat dihampiri Jawa Pos Radar Madura (JPRM).

Itu di bagian depan. Di bagian belakang berdiri tegak tiga helai bendera. Yakni, bendera Merah Putih diapit bendera NU dan bendera Pergunu. Sementara di bagian tengah ada bekal makanan dan pakaian.

Pria berkulit kuning langsat itu merupakan anggota Persatuan Guru NU (Pergunu) Kecamatan Rubaru. Sebenarnya dia baru dua tahun masuk sebagai anggota resmi dalam organisasi badan otonom (banom) NU tersebut.

Namun, kecintaan serta totalitasnya sungguh luar biasa. Kata Fauzan, ada banyak alasan yang membuat dia memilih untuk berangkat ke Sidoarjo menggunakan sepeda motor. Salah satunya agar lebih leluasa.

”Saya sudah dapat informasi bahwa lokasi parkir sangat jauh. Jadi, kalau menggunakan sepeda motor bisa mengantisipasi hal itu,” paparnya.

Selain itu, dengan berangkat menggunakan kendaraan pribadi, dia tidak terikat dengan rombongan. Jadi, saat ada momentum tertentu di lokasi acara, dia bisa dengan mudah mendatangi.

Sebelum memutuskan berangkat dengan mengendarai sepeda motor, Fauzan dan Mutmainnah mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang. Mulai dari pembekalan berupa materi, mental, hingga kesehatan fisik.

Fauzan menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Bahkan, peran NU terhadap kemerdekaan Indonesia hingga saat ini dianggap luar biasa. Begitu pula dengan ulama yang ada di dalamnya. Sudah mampu menjadi panutan bagi mayoritas umat muslim.

Baca Juga :  Pemkab Gelar Gema Takbir untuk Hari Kemenangan

”Tujuan besar saya untuk hadir ke acara 1 Abad NU tidak lain adalah untuk ngalap barokah. Sebab, ulama NU merupakan ulama besar yang menjadi panutan bangsa Indonesia,” paparnya. Fauzan benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan momentum ini. Mulai berangkat dari rumah, terus mendokumentasikan aktivitas perjalanannya melalui rekam video.

Tujuan mampir ke Masjid Jamik Sumenep juga untuk mendokumentasikan aktivitas perjalanan tersebut. Dokumentasi itu akan terus dilakukan hingga tiba ke lokasi. Termasuk kegiatan di lokasi akan terus direkam. ”Nanti video itu akan saya satukan dan dijadikan kenang-kenangan,” tuturnya.

Sementara Mutmainnah bukan merupakan anggota atau bahkan pengurus NU. Dia hanya ibu rumah tangga. Ketertarikannya untuk ikut melakukan perjalanan jauh bersama suaminya hanya untuk terus mendampingi dan memberi semangat. Dia akan mendorong semangat lelaki pujaannya itu saat mulai lelah di perjalanan.

”Saya akan selalu mendampingi bapak ke mana pun. Sebab, saya juga ingin merasakan susah senang bersama dia,” katanya.

Sekalipun bukan anggota atau pengurus NU secara struktural, Mutmainnah berdarah NU secara kultural. Sebab, setiap tradisi dan tuntunan keagamaan yang dia lakukan berguru kepada ulama-ulama NU. ”Semoga dengan ini, kami bisa mendapat banyak barokah dari para ulama NU,” harapnya. (*/luq)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/