21.3 C
Madura
Friday, March 24, 2023

Musim Kemarau Molor, BMKG Minta Warga Tak Waswas

SUMENEP – Musim hujan di Sumenep terlambat. Buktinya, sampai saat ini kabupaten paling timur di Pulau Madura itu belum terguyur hujan. Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim hujan akan tiba pada awal November ini.

Musim kemarau yang dirasakan petani belum juga berakhir. Biasanya pada November, warga sudah menanam padi. Namun, saat ini lahan-lahan pertanian masih kering.

”Sekarang belum ada warga yang menanam padi. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, Oktober atau awal November, petani sudah menggarap lahan padi,” tutur Mufid, warga Kecamatan Lenteng, Minggu (4/11).

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Kalianget Usman Kholid mengatakan bahwa kemarau tahun ini terbilang normal. Meskipun secara hitung-hitungan molor, menurut dia, belum masuk kategori kemarau panjang. Apalagi berdasar prediksi BMKG, bulan ini akan turun hujan di wilayah Kota Keris. ”Prediksi BMKG itu dari dasarian I–III November akan terjadi hujan,” terangnya kepada JPRM.

Baca Juga :  Waduh!!! Ratusan Ribu Calon Pemilih di Sumenep Belum Dilakukan Coklit

Jika tidak terjadi hujan pada dasarian I, kemungkinan baru turun hujan pada dasarian II atau III November. Dasarian I yakni mulai tanggal 1–10, dasarian II mulai tanggal 11–20, dan dasarian III mulai tanggal 21– akhir bulan. Untuk November ini, wilayah yang diprediksi hujan yaitu Kecamatan Arjasa, Gayam, Kangayan, Nonggunong, Raas, Sapeken, Bluto, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, dan Pragaan.

”Kalau di pantauan radar kami, kemarin sudah terjadi hujan di wilayah timur Sumenep,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Abd. Rahman Riadi menyatakan, pihaknya harus menambah frekuensi pengiriman air bersih ke daerah terdampak kekeringan. Di Sumenep saat ini ada 27 desa terdampak kekeringan. Desa-desa tersebut menyebar di beberapa kecamatan.

Baca Juga :  Cuaca Buruk, Susi Air Gagal Mendarat di Pagerungan

Sebenarnya, waktu tanggap darurat bencana kekeringan sudah berakhir pada akhir Oktober. Tapi karena masih ada permintaan warga, pihaknya terus menyuplai air bersih. ”Kami belum memutuskan apakah akan mengajukan perpanjangan darurat kekeringan atau tidak. Kami masih menuggu rilis dari BMKG,” tukasnya.

 

SUMENEP – Musim hujan di Sumenep terlambat. Buktinya, sampai saat ini kabupaten paling timur di Pulau Madura itu belum terguyur hujan. Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim hujan akan tiba pada awal November ini.

Musim kemarau yang dirasakan petani belum juga berakhir. Biasanya pada November, warga sudah menanam padi. Namun, saat ini lahan-lahan pertanian masih kering.

”Sekarang belum ada warga yang menanam padi. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, Oktober atau awal November, petani sudah menggarap lahan padi,” tutur Mufid, warga Kecamatan Lenteng, Minggu (4/11).


Dikonfirmasi terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Kalianget Usman Kholid mengatakan bahwa kemarau tahun ini terbilang normal. Meskipun secara hitung-hitungan molor, menurut dia, belum masuk kategori kemarau panjang. Apalagi berdasar prediksi BMKG, bulan ini akan turun hujan di wilayah Kota Keris. ”Prediksi BMKG itu dari dasarian I–III November akan terjadi hujan,” terangnya kepada JPRM.

Baca Juga :  Pemotor Tewas di Puskesmas, Ditabrak Pengemudi Avanza di Jalan Raya Bluto

Jika tidak terjadi hujan pada dasarian I, kemungkinan baru turun hujan pada dasarian II atau III November. Dasarian I yakni mulai tanggal 1–10, dasarian II mulai tanggal 11–20, dan dasarian III mulai tanggal 21– akhir bulan. Untuk November ini, wilayah yang diprediksi hujan yaitu Kecamatan Arjasa, Gayam, Kangayan, Nonggunong, Raas, Sapeken, Bluto, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, dan Pragaan.

”Kalau di pantauan radar kami, kemarin sudah terjadi hujan di wilayah timur Sumenep,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Abd. Rahman Riadi menyatakan, pihaknya harus menambah frekuensi pengiriman air bersih ke daerah terdampak kekeringan. Di Sumenep saat ini ada 27 desa terdampak kekeringan. Desa-desa tersebut menyebar di beberapa kecamatan.

Baca Juga :  BPRS Bhakti Sumekar Bidik Pelayanan Berbasis Teknologi
- Advertisement -

Sebenarnya, waktu tanggap darurat bencana kekeringan sudah berakhir pada akhir Oktober. Tapi karena masih ada permintaan warga, pihaknya terus menyuplai air bersih. ”Kami belum memutuskan apakah akan mengajukan perpanjangan darurat kekeringan atau tidak. Kami masih menuggu rilis dari BMKG,” tukasnya.

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Kafe Mami Muda Ludes Dilalap Api

/