20.7 C
Madura
Tuesday, May 30, 2023

Gula Merah seperti Meleleh di Lidah

SUMENEP – Madura kaya makanan tradisional. Mulai ujung barat Bangkalan hingga ujung timur Sumenep, banyak aneka makanan yang sanggup bertahan dari zaman ke zaman. Salah satunya kue jalabiya.

Kue khas Dungkek, Sumenep, yang satu ini masih tetap dipertahankan kelestariannya. Tidak banyak warga yang bisa membikin jalabiya. Bahkan, Jawa Pos Radar Madura (JPRM) perlu datang langsung ke Desa Lapa Taman, Kecamatan Dungkek, untuk mendapatkan kue ini.

Di desa tersebut, koran ini menjumpai Ahrima. Perempuan 60 tahun ini memang mahir membuat kue jalabiya. Menurut Ahrima, kue jalabiya sudah ada sejak zaman dahulu. Dia tidak tahu pasti kapan kue itu dibikin kali pertama.

Yang jelas, saat dia masih kanak-kanak, kue ini telah menjadi menu pelengkap di masyarakat. Kue jalabiya biasanya dihidangkan pada acara-acara keluarga atau acara besar di masyarakat.

Kue berbentuk lingkaran ini juga bisa didapat kala ada hajatan-hajatan warga. Baik dalam bentuk hidangan atau dijual oleh pedagang asongan. ”Saya sudah menjual jalabiya sejak puluhan tahun yang lalu,” kata Ahrima dengan penuh semangat.

Baca Juga :  Dilanda Cuaca Ekstrem, Warga Masalembu Sumenep Kesulitan Sembako

Untuk membuat jalabiya gampang-gampang susah. Bahan yang dibutuhkan juga sederhana. Yakni, tepung beras dan tepung tapioka. Kedua tepung tersebut dicampur dengan perbandingan tiga banding satu. ”Lebih banyak tepung berasnya,” katanya.

Setelah dicampur, tepung tersebut diberi air secukupnya. Adonan ini kemudian digoreng ke minyak yang sudah panas. ”Setelah digoreng, diangkat, dan dimasukkan ke tangguli (larutan gula siwalan),” jelasnya.

Tak heran bila kue jalabiya terasa sangat manis. Sebab, larutan gula merah sangat dominan pada kue ini. Begitu dimakan, gula siwalan seperti meleleh di lidah. Sebab, gula tersebut meresap ke dalam kue jalabiya.

Kue jalabiya boleh saja disebut makanan tradisional. Tetapi, pencinta kue ini beragam. Mulai dari generasi tua hingga generasi muda.

Baca Juga :  SPj Telat, Realisasi BOS Terhambat

Sebab, cita rasa kue ini cukup cocok untuk seluruh lapisan masyarakat. Khususnya lidah Madura yang memang identik dengan makanan manis gula merah atau asin garam.

Salah seorang warga Desa Panagan, Kecamatan Gapura, Sumenep, Ainur Khalis, salah satu orang yang suka kue jalabiya. Dia mengatakan, kue jalabiya sangat nikmat dimakan. Terutama saat cuaca sedang dingin.

Sebab, makanan ini bisa menciptakan suasana kehangatan. ”Rasanya cukup nikmat. Apalagi bagi orang Madura, kue ini sangat cocok,” kata Ainur Khalis.

Jalabiya sebenarnya tidak hanya dinikmati warga Sumenep. Menurut Ahrima, kue ini juga kerap dikirimkan ke Pulau Jawa. Tetapi, pengiriman itu bukan dalam kepentingan bisnis, melainkan sebagai oleh-oleh khas Sumenep.

”Kalau ada orang yang mau bepergian ke Jawa atau ke Jakarta, biasanya bawa kue jalabiya,” jelasnya. ”Kue ini bisa bertahan hingga satu minggu lamanya,” tukasnya.

SUMENEP – Madura kaya makanan tradisional. Mulai ujung barat Bangkalan hingga ujung timur Sumenep, banyak aneka makanan yang sanggup bertahan dari zaman ke zaman. Salah satunya kue jalabiya.

Kue khas Dungkek, Sumenep, yang satu ini masih tetap dipertahankan kelestariannya. Tidak banyak warga yang bisa membikin jalabiya. Bahkan, Jawa Pos Radar Madura (JPRM) perlu datang langsung ke Desa Lapa Taman, Kecamatan Dungkek, untuk mendapatkan kue ini.

Di desa tersebut, koran ini menjumpai Ahrima. Perempuan 60 tahun ini memang mahir membuat kue jalabiya. Menurut Ahrima, kue jalabiya sudah ada sejak zaman dahulu. Dia tidak tahu pasti kapan kue itu dibikin kali pertama.


Yang jelas, saat dia masih kanak-kanak, kue ini telah menjadi menu pelengkap di masyarakat. Kue jalabiya biasanya dihidangkan pada acara-acara keluarga atau acara besar di masyarakat.

Kue berbentuk lingkaran ini juga bisa didapat kala ada hajatan-hajatan warga. Baik dalam bentuk hidangan atau dijual oleh pedagang asongan. ”Saya sudah menjual jalabiya sejak puluhan tahun yang lalu,” kata Ahrima dengan penuh semangat.

Baca Juga :  Separo Jamaah Haji Masuk Lansia

Untuk membuat jalabiya gampang-gampang susah. Bahan yang dibutuhkan juga sederhana. Yakni, tepung beras dan tepung tapioka. Kedua tepung tersebut dicampur dengan perbandingan tiga banding satu. ”Lebih banyak tepung berasnya,” katanya.

Setelah dicampur, tepung tersebut diberi air secukupnya. Adonan ini kemudian digoreng ke minyak yang sudah panas. ”Setelah digoreng, diangkat, dan dimasukkan ke tangguli (larutan gula siwalan),” jelasnya.

- Advertisement -

Tak heran bila kue jalabiya terasa sangat manis. Sebab, larutan gula merah sangat dominan pada kue ini. Begitu dimakan, gula siwalan seperti meleleh di lidah. Sebab, gula tersebut meresap ke dalam kue jalabiya.

Kue jalabiya boleh saja disebut makanan tradisional. Tetapi, pencinta kue ini beragam. Mulai dari generasi tua hingga generasi muda.

Baca Juga :  Disdik: Jangan Ada Kekerasan dalam MPLS

Sebab, cita rasa kue ini cukup cocok untuk seluruh lapisan masyarakat. Khususnya lidah Madura yang memang identik dengan makanan manis gula merah atau asin garam.

Salah seorang warga Desa Panagan, Kecamatan Gapura, Sumenep, Ainur Khalis, salah satu orang yang suka kue jalabiya. Dia mengatakan, kue jalabiya sangat nikmat dimakan. Terutama saat cuaca sedang dingin.

Sebab, makanan ini bisa menciptakan suasana kehangatan. ”Rasanya cukup nikmat. Apalagi bagi orang Madura, kue ini sangat cocok,” kata Ainur Khalis.

Jalabiya sebenarnya tidak hanya dinikmati warga Sumenep. Menurut Ahrima, kue ini juga kerap dikirimkan ke Pulau Jawa. Tetapi, pengiriman itu bukan dalam kepentingan bisnis, melainkan sebagai oleh-oleh khas Sumenep.

”Kalau ada orang yang mau bepergian ke Jawa atau ke Jakarta, biasanya bawa kue jalabiya,” jelasnya. ”Kue ini bisa bertahan hingga satu minggu lamanya,” tukasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/