20.9 C
Madura
Friday, June 9, 2023

Disdik Sumenep Perkuat Karakter melalui Budaya Lokal

SUMENEP – Budaya lokal dan permainan tradisional di Kota Keris dikhawatirkan semakin punah. Supaya generasi bangsa tidak lupa kekayaan itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep melakukan tindakan. Yakni, mengembalikan dan menghidupkan kembali budaya lokal dan permainan tradisional itu.

Tema Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan. Upaya Disdik Sumenep selaras dengan tema tersebut. Momen Hardikas 2018 dijadikan titik untuk mengangkat kembali budaya lokal. Jumlah permainan tradisional ada 15 jenis.

Belasan jenis permainan tradisional, di antaranya, pal-kapalan (bendan), tan-pangantanan, dhako, rap-kerraban, bekel, salodur, bal budhi atau bal kotap, dan tenjak. Sedangkan budaya lokal meliputi, dungngeng Madura, pidato Madura, puisi bahasa Madura, dan careta pandha’ (carpan) bahasa Madura.

Baca Juga :  Disdik Sumenep Canangkan Gotong Royong Bulanan

Kepala Disdik Sumenep A. Shadik mengatakan, budaya lokal dan permainan tradisional akan dihidupkan kembali melalui pelajar. Mulai TK, SD, SMP, dan SMA sederajat. Selanjutnya, setelah momentum Hardiknas akan diberlakukan setiap Selasa. Semua siswa diwajibkan berbahasa Madura. Baik kepada pelajar TK, SMP, dan SMA sederajat.

”Untuk Jumat dan Sabtu wajib berbahasa Inggris. Untuk pelajar tingkat SMP dan SMA sederajat,” terangnya Selasa (1/5).

Shadik menambahkan, pada hari Senin–Kamis sebelum jam pelajaran dimulai semua siswa wajib membaca salawat nabi.  Khusus Jumat dan Sabtu sebelum jam pelajaran dimulai membaca asmaul husna dan Surat Yasin. Kecuali sekolah nonmuslim atau kepada siswa nonmuslim.

”Budaya lokal dan permainan tradisional kembali dihidupkan karena menguatkan nilai-nilai karakter,” tegasnya. ”Dari beberapa permainan akan dilombakan nantinya,” imbuhnya.

Baca Juga :  Kota Tua, Salah Satu Bangunan Bersejarah di Sumenep Harus Dilestarikan

Budaya lokal dan permainan tradisional dihidupkan kembali diharapkan agar karakter siswa dan mutu pendidikan berjalan. Jadi harus linier antara kualitas pendidikan dan kualitas diri. ”Makanya kita harus memelihara. Dan itu (budaya dan permainan lokal, Red) menjadi tanggung jawab kami,” tegasnya. 

 

SUMENEP – Budaya lokal dan permainan tradisional di Kota Keris dikhawatirkan semakin punah. Supaya generasi bangsa tidak lupa kekayaan itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep melakukan tindakan. Yakni, mengembalikan dan menghidupkan kembali budaya lokal dan permainan tradisional itu.

Tema Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan. Upaya Disdik Sumenep selaras dengan tema tersebut. Momen Hardikas 2018 dijadikan titik untuk mengangkat kembali budaya lokal. Jumlah permainan tradisional ada 15 jenis.

Belasan jenis permainan tradisional, di antaranya, pal-kapalan (bendan), tan-pangantanan, dhako, rap-kerraban, bekel, salodur, bal budhi atau bal kotap, dan tenjak. Sedangkan budaya lokal meliputi, dungngeng Madura, pidato Madura, puisi bahasa Madura, dan careta pandha’ (carpan) bahasa Madura.


Baca Juga :  Dari 25 Objek Wisata, Disparbudpora Baru Mengelola 3 Destinasi

Kepala Disdik Sumenep A. Shadik mengatakan, budaya lokal dan permainan tradisional akan dihidupkan kembali melalui pelajar. Mulai TK, SD, SMP, dan SMA sederajat. Selanjutnya, setelah momentum Hardiknas akan diberlakukan setiap Selasa. Semua siswa diwajibkan berbahasa Madura. Baik kepada pelajar TK, SMP, dan SMA sederajat.

”Untuk Jumat dan Sabtu wajib berbahasa Inggris. Untuk pelajar tingkat SMP dan SMA sederajat,” terangnya Selasa (1/5).

Shadik menambahkan, pada hari Senin–Kamis sebelum jam pelajaran dimulai semua siswa wajib membaca salawat nabi.  Khusus Jumat dan Sabtu sebelum jam pelajaran dimulai membaca asmaul husna dan Surat Yasin. Kecuali sekolah nonmuslim atau kepada siswa nonmuslim.

”Budaya lokal dan permainan tradisional kembali dihidupkan karena menguatkan nilai-nilai karakter,” tegasnya. ”Dari beberapa permainan akan dilombakan nantinya,” imbuhnya.

- Advertisement -
Baca Juga :  Bangun Semangat Kerja ASN dengan Halalbihalal

Budaya lokal dan permainan tradisional dihidupkan kembali diharapkan agar karakter siswa dan mutu pendidikan berjalan. Jadi harus linier antara kualitas pendidikan dan kualitas diri. ”Makanya kita harus memelihara. Dan itu (budaya dan permainan lokal, Red) menjadi tanggung jawab kami,” tegasnya. 

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/