28 C
Madura
Monday, May 29, 2023

Pak Guru Untung, Tokoh Berjasa Madura Awards 2022

Tak Ingin Membebani dan Tak Ingin Menyerah

Khoirunnas anfauhum linnas artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.

HADIS Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad ini terucap dari lisan Untung saat berbincang dengan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Rabu (14/12). Warga Desa Batang-Batang Daya, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, ini tidak ingin menunjukkan ada kekurangan dalam hidup, meski lahir dalam kondisi (maaf) tanpa kedua tangan.

Kalimat berbahasa Arab itu yang memotivasi Untung mengejar keberuntungan dalam hidupnya. Meski punya keterbatasan di tubuhnya, hal itu tidak menyurutkan semangat agar bisa bermanfaat kepada orang lain seperti bunyi hadis Nabi. Karena itu, dia mengabdikan diri sebagai guru di MI dan MTs Miftahul Ulum Batang-Batang. Lembaga pendidikan agama itu berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.

Beberapa murid yang pernah diajari Untung waktu masa sekolah bertamu ke rumahnya saat bersamaan dengan kehadiran JPRM. Mereka hendak berziarah ke istri Untung, Sumrati, yang baru datang melaksanakan ibadah umrah. Hubungan antara guru dan murid tetap terjalin meski sudah tidak berada di lingkungan sekolah.

Untung sudah 29 tahun menjadi guru di lembaga yang didirikan KH Abdul Majid Iljas itu. Yakni, terhitung sejak 1993. Dia masih ingat, kali pertama mengajar mata pelajaran bahasa Arab di kelas IX MTs Miftahul Ulum. Dia mengajar setelah boyong dari Pondok Pesantren Al-Usymuni Tarate, Pandian, Sumenep.

Bapak dua anak itu merasa hidupnya lebih bermanfaat dengan mengajar. ”Kalau bekerja tentu saya tidak bisa, mau nyumbang harta tidak punya, agar tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat dengan mendidik anak-anak sekitar,” ujarnya.

Baca Juga :  Ibu Dirujuk ke Puskesmas, Anak Meninggal

Hari pertama mengajar, Untung merasa senang karena diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Dia tidak menyangka dengan keterbatasan yang dimiliki, bisa direspons positif di lingkungan madrasah. Hingga sekarang dia masih mengajar di MI dan MTs Miftahul Ulum tanpa memikirkan besaran honor yang diterima.

”Mengajar di madrasah walaupun honor kecil, tapi ada barokah yang sangat besar. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” tutur pria kelahiran 28 Juni 1970 itu.

BERDEDIKASI: Pak Guru Untung mengajar siswa kelas VI MI Miftahul Ulum Batang-Batang, Sumenep, Rabu (14/12). (Muhammad Erwin Maulidin Maasbach untuk RadarMadura.id)

Meski hidup tanpa kedua tangan, Untung masih bisa beraktivitas seperti orang pada umumnya. Yakni, dengan memanfaatkan kedua kaki. Sewaktu-waktu, Untung memfungsikan kaki sebagai tangan untuk beraktivitas termasuk waktu mengajar, baik di madrasah maupun Musala Rabithah yang dia asuh.

Kegiatan tulis-menulis dilakukan dengan kaki, baik ketika menulis di papan maupun buku. Bahkan, setiap tahun selalu dipercaya menulis ratusan ijazah oleh beberapa lembaga pendidikan. ”Tapi sekarang sudah saya tolak karena telalu banyak,” katanya kepada JPRM yang kembali berkunjung Sabtu (23/12) malam.

Sebagai kepala keluarga, Untung termasuk suami yang bertanggung jawab. Dia bertekad akan memenuhi kebutuhan istri selama masih bisa dikerjakan sendiri. Hal itu yang mendorong dirinya memiliki banyak pengalaman dalam mengerjakan sesuatu.

”Kalau orang yang sempurna bisa mengerjakan, saya juga pasti bisa. Makanya, apa yang dibutuhkan istri selama saya masih bisa, saya akan lakukan,” tegasnya.

Selama menikah dengan Sumrati, Untung sudah melakukan banyak hal. Misalnya membuat lencak (Madura), mengelas, dan lainnya. Bahkan, sejumlah pekerjaan sampingan juga pernah dia digeluti. Di antaranya, Untung pernah memelihara sapi. Sumrati yang menyabit rumput, Untung yang memberi makan dan merawat sapi di kandang.

Baca Juga :  Mekanisasi Pertanian Bisa Tarik Generasi Muda

Selain itu, memelihara dan berdagang burung cinta (lovebird), bahkan membuat tikar dari daun siwalan. ”Bukannya mau sombong, hasil anyaman saya lebih bagus dibandingkan punya istri,” candanya.

Tamu yang bertandang ke rumahnya disambut suara burung. Juga ikan-ikan dalam akuarium di pojok teras. Meja tempat akuarium itu juga karya Untung sendiri.

Ayah Farwatun Nimah dan Fatimatuz Zahroh itu tidak pernah putus asa meski lahir tidak normal. Dia tetap berusaha meniti kehidupan, berkarya, dan berusaha untuk bermanfaat kepada orang lain di balik keterbatasan.

”Walaupun Allah menakdirkan saya seperti ini, tapi saya tidak diberi kebuntuan akal untuk melakukan sesuatu. Di balik kekurangan ada kelebihan. Mungkin kelebihan yang ada di saya tidak ada di orang lain dan yang ada di orang lain tidak ada pada diri saya,” paparnya penuh semangat.

Karena itu, Untung merasa kekurangan yang ada pada dirinya bukan menjadi alasan untuk pasrah pada nasib. Dia merasa hidup memang penuh dengan perjuangan dan tantangan. Dia selalu yakin Allah akan memberikan jalan selama ada niat untuk berusaha.

”Meski difabel, jangan sampai berpikiran untuk menjadi orang yang meminta-minta. Bagi saya itu perbuatan pemalas. Saya ingin difabel terus berkarya, jangan menjadi beban orang lain dan jangan menyerah pada nasib,” pesannya. (bil/luq)

Khoirunnas anfauhum linnas artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.

HADIS Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad ini terucap dari lisan Untung saat berbincang dengan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Rabu (14/12). Warga Desa Batang-Batang Daya, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, ini tidak ingin menunjukkan ada kekurangan dalam hidup, meski lahir dalam kondisi (maaf) tanpa kedua tangan.

Kalimat berbahasa Arab itu yang memotivasi Untung mengejar keberuntungan dalam hidupnya. Meski punya keterbatasan di tubuhnya, hal itu tidak menyurutkan semangat agar bisa bermanfaat kepada orang lain seperti bunyi hadis Nabi. Karena itu, dia mengabdikan diri sebagai guru di MI dan MTs Miftahul Ulum Batang-Batang. Lembaga pendidikan agama itu berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.


Beberapa murid yang pernah diajari Untung waktu masa sekolah bertamu ke rumahnya saat bersamaan dengan kehadiran JPRM. Mereka hendak berziarah ke istri Untung, Sumrati, yang baru datang melaksanakan ibadah umrah. Hubungan antara guru dan murid tetap terjalin meski sudah tidak berada di lingkungan sekolah.

Untung sudah 29 tahun menjadi guru di lembaga yang didirikan KH Abdul Majid Iljas itu. Yakni, terhitung sejak 1993. Dia masih ingat, kali pertama mengajar mata pelajaran bahasa Arab di kelas IX MTs Miftahul Ulum. Dia mengajar setelah boyong dari Pondok Pesantren Al-Usymuni Tarate, Pandian, Sumenep.

Bapak dua anak itu merasa hidupnya lebih bermanfaat dengan mengajar. ”Kalau bekerja tentu saya tidak bisa, mau nyumbang harta tidak punya, agar tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat dengan mendidik anak-anak sekitar,” ujarnya.

Baca Juga :  Basarnas untuk Mencari 3 Penumpang KM Berhasil II

Hari pertama mengajar, Untung merasa senang karena diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Dia tidak menyangka dengan keterbatasan yang dimiliki, bisa direspons positif di lingkungan madrasah. Hingga sekarang dia masih mengajar di MI dan MTs Miftahul Ulum tanpa memikirkan besaran honor yang diterima.

- Advertisement -

”Mengajar di madrasah walaupun honor kecil, tapi ada barokah yang sangat besar. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” tutur pria kelahiran 28 Juni 1970 itu.

BERDEDIKASI: Pak Guru Untung mengajar siswa kelas VI MI Miftahul Ulum Batang-Batang, Sumenep, Rabu (14/12). (Muhammad Erwin Maulidin Maasbach untuk RadarMadura.id)

Meski hidup tanpa kedua tangan, Untung masih bisa beraktivitas seperti orang pada umumnya. Yakni, dengan memanfaatkan kedua kaki. Sewaktu-waktu, Untung memfungsikan kaki sebagai tangan untuk beraktivitas termasuk waktu mengajar, baik di madrasah maupun Musala Rabithah yang dia asuh.

Kegiatan tulis-menulis dilakukan dengan kaki, baik ketika menulis di papan maupun buku. Bahkan, setiap tahun selalu dipercaya menulis ratusan ijazah oleh beberapa lembaga pendidikan. ”Tapi sekarang sudah saya tolak karena telalu banyak,” katanya kepada JPRM yang kembali berkunjung Sabtu (23/12) malam.

Sebagai kepala keluarga, Untung termasuk suami yang bertanggung jawab. Dia bertekad akan memenuhi kebutuhan istri selama masih bisa dikerjakan sendiri. Hal itu yang mendorong dirinya memiliki banyak pengalaman dalam mengerjakan sesuatu.

”Kalau orang yang sempurna bisa mengerjakan, saya juga pasti bisa. Makanya, apa yang dibutuhkan istri selama saya masih bisa, saya akan lakukan,” tegasnya.

Selama menikah dengan Sumrati, Untung sudah melakukan banyak hal. Misalnya membuat lencak (Madura), mengelas, dan lainnya. Bahkan, sejumlah pekerjaan sampingan juga pernah dia digeluti. Di antaranya, Untung pernah memelihara sapi. Sumrati yang menyabit rumput, Untung yang memberi makan dan merawat sapi di kandang.

Baca Juga :  Jika Mujur, Penonton Launching Taman Tajamara Berpeluang Raih Hadiah

Selain itu, memelihara dan berdagang burung cinta (lovebird), bahkan membuat tikar dari daun siwalan. ”Bukannya mau sombong, hasil anyaman saya lebih bagus dibandingkan punya istri,” candanya.

Tamu yang bertandang ke rumahnya disambut suara burung. Juga ikan-ikan dalam akuarium di pojok teras. Meja tempat akuarium itu juga karya Untung sendiri.

Ayah Farwatun Nimah dan Fatimatuz Zahroh itu tidak pernah putus asa meski lahir tidak normal. Dia tetap berusaha meniti kehidupan, berkarya, dan berusaha untuk bermanfaat kepada orang lain di balik keterbatasan.

”Walaupun Allah menakdirkan saya seperti ini, tapi saya tidak diberi kebuntuan akal untuk melakukan sesuatu. Di balik kekurangan ada kelebihan. Mungkin kelebihan yang ada di saya tidak ada di orang lain dan yang ada di orang lain tidak ada pada diri saya,” paparnya penuh semangat.

Karena itu, Untung merasa kekurangan yang ada pada dirinya bukan menjadi alasan untuk pasrah pada nasib. Dia merasa hidup memang penuh dengan perjuangan dan tantangan. Dia selalu yakin Allah akan memberikan jalan selama ada niat untuk berusaha.

”Meski difabel, jangan sampai berpikiran untuk menjadi orang yang meminta-minta. Bagi saya itu perbuatan pemalas. Saya ingin difabel terus berkarya, jangan menjadi beban orang lain dan jangan menyerah pada nasib,” pesannya. (bil/luq)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/