Sebagai pemain profesional, Muhammad Ridho Djasulie dituntut merumput secara total. Dia tidak hanya lihai menjaga gawang agar tidak kebobolan. Pemain kelahiran 21 Agustus 1992 itu juga pintar menjaga istri dengan baik.
BANGKALAN, Jawa Pos Radar Madura – Madura United (MU) mimiliki kiper tanggguh di bawah mistar gawang bernama Muhammad Ridho Djasulie. Eks penjaga gawang timnas Indonesia itu bergabung dengan Laskar Sape Kerrap sejak 2018.
Dari sekian banyak pemain MU, eks punggawa Borneo FC tersebut dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat mencintai Pulau Garam. Di tengah libur kompetisi, pemain bernomor punggung 20 tersebut memilih untuk tetap berada di Bangkalan.
Dia juga pemain yang sadar bahwa pesepakbola memiliki usia emas. Karena itu, pemain kelahiran 1992 tersebut mempersiapkan masa tua ketika tidak lagi aktif menjadi pesepak bola. Yakni dengan berbisnis dan bercita-cita memiliki pekerjaan tetap.
Ridho mengutarakan, manajemen MU memberikan jatah libur kepada seluruh pemain Senin (28/6). Namun setelah ada keputusan penundaan kompetisi, jatah libur diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditentukan. Meski begitu, dia memilih untuk tetap berada di Pulau Garam dibandingkan harus pulang ke kampung halaman di Pekalongan.
Keputusan itu karena istri tercintanya, Teny Farlish, sedang hamil tua. Sehingga, dirinya tidak ingin kekasihnya itu kelelahan karena perjalanan jauh. Karena itu, Ridho memutuskan kelahiran buah hati pertamanya di Kota Zikir dan Salawat. ”Istri sudah mau lahiran,” ucapnya kemarin (9/7).
Ridho mengakui, keluarganya di Pekalongan lebih menginginkan Teny melahirkan di Kota Batik. Namun, dia memtuskan istrinya untuk melahirkan di Kota Salak. ”Kasihan kalau kelelahan. Saya tidak mau ambil risiko, biar keluarga yang ke sini,” imbuhnya.
Sebagai pemain profesional, Ridho tetap berlatih secara mandiri. Yaitu, jogging dan nge-gym agar kondisi fisik tetap prima. Terlebih, tim pelatih juga memberikan menu latihan khusus kepada pemain untuk diterapkan selama libur.
Saat ini Ridho juga memiliki kesibukan menuntaskan kegiatan akademik. Pemain dengan nilai pasaran Rp 2,6 miliar tersebut tengah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP). Saat ini Ridho tengah menjalani ujian akhir semester (UAS).
”Ujiannya melalui online. Ternyata pusing juga,” kelekar mahasiswa semester II program studi (prodi) pendidikan jasmani tersebut.
Meski dirinya sebagai pemain sepak bola profesional, Ridho menilai pendidikan sangat penting. Terutama untuk persiapan masa depan. Sebab, banyak mantan pemain sepak bola yang nasibnya kurang beruntung pada masa tua.
”Sekarang syarat untuk mendapatkan pekerjaan tetap macam PNS atau yang lain minimal lulus S-1. Makanya saya kejar untuk bisa sarjana,” katanya.
Sementara Teny Farlish memiliki jiwa enterpreneur. Pada penundaan kompetisi 2020 lalu Ridho selalu menemani istrinya berjualan risoles di Jalan Soekarno-Hatta, Bangkalan. Saat ini kembali membuat rombong untuk berjualan. ”Rombong sudah mau jadi di Surabaya, tetapi ada PPKM darurat,” tandasnya. (jup)