25.9 C
Madura
Monday, June 5, 2023

Budayawan D. Zawawi Imron: Pemuda Harus Kreatif Biar Tak Kalah Saing

         Tal-ontalan maenan bato

Ngenom la’ang lama’ kaen

Abakalan gi’ ta’ tanto

Mon tapalang ngala’ reng laen

 

PANTUN menggelitik itu menjadi pembuka perbincangan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) dengan D. Zawawi Imron, Kamis (26/10). Penyair asal Batang-Batang, Sumenep, berbicara seputar generasi muda Pulau Garam.

Tongkat, peci, sepatu sandal hitam dikenakan. Setiap nada bicara seperti orang membaca puisi. Sesekali ada intonasi yang dikeraskan, dilembutkan, bahkan bersuara dada.

Zawawi mengatakan, banyak potensi yang bisa diangkat. Salah satunya seni budaya Banyak kisah inspiratif, kesenian dan kebudayaan bisa dikemas menjadi produk menghasilkan. Salah satunya, film.

Film dokumenter sangat mudah digarap dengan tema tokoh Madura. Bahkan, kehidupan sehari-hari juga bisa dikemas menjadi film ciamik dan digemari masyarakat. ”Kalau potensi yang bisa digarap, tentu sangat banyak,” katanya.

Baca Juga :  Ahmad Faisal, Angkat Tradisi Remo dalam Film Dokumenter

Produk film generasi muda Madura masih sedikit. Padahal, masyarakat Pulau Garam yang bergelut di industri film tidak sedikit. Permasalahannya di kreativitas dan inovasi.

Kreativitas pemuda Madura harus ditingkatkan. Kemudian, perlu inovasi agar produk yang dihasilkan semakin berkualitas. ”Yang paling dibutuhkan adalah daya kreatif putra-putra Madura,” katanya.

Zawawi menyampaikan, dari sisi materi, sangat mumpuni menumbuhkan budaya kreatif perfilman. Asal ada kemauan dan kreativitas. Dia mencontohkan film tentang sepatu asal Iran.

Film itu  keluar sebagai film terbaik dunia karena dikemas sangat menarik. Jika potensi di Madura juga dikemas baik oleh tangan kreatif, diyakini mampu melahirkan produksi film berkualitas. Yang tidak kalah penting, masyarakat jangan tergantung pada pemerintah.

Baca Juga :  Paddhang Bulan Bangun Kesadaran Budaya dari Pinggiran

Jika sebuah produk kreatif menunggu peran pemerintah akan kembangan lamban. Sebab, banyak tahapan pembahasan yang harus dilalui pemerintah dalam mengambil keputusan. Sementara perkembangan industri kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi.

”Berbicara film, di Madura sebenarnya sudah ada sejak tahun 60-an,” kata pria kelahiran 1 Januari 1945 itu. Seniman yang namanya tenar sejak 1982 itu berharap, ekonomi kreatif yang menjunjung tinggi kearifan lokal semakin berkembang. Seni budaya Madura juga kian digemari orang-orang modern.

”Ngaceleng bigina duwak. Nompa’ jaran labu napang. Ja’ neng-senneng abine dhuwa’. Panas barang raja otang,” ucap Zawawi menutup perbincangan dengan pantun Madura. 

         Tal-ontalan maenan bato

Ngenom la’ang lama’ kaen

Abakalan gi’ ta’ tanto


Mon tapalang ngala’ reng laen

 

PANTUN menggelitik itu menjadi pembuka perbincangan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) dengan D. Zawawi Imron, Kamis (26/10). Penyair asal Batang-Batang, Sumenep, berbicara seputar generasi muda Pulau Garam.

Tongkat, peci, sepatu sandal hitam dikenakan. Setiap nada bicara seperti orang membaca puisi. Sesekali ada intonasi yang dikeraskan, dilembutkan, bahkan bersuara dada.

- Advertisement -

Zawawi mengatakan, banyak potensi yang bisa diangkat. Salah satunya seni budaya Banyak kisah inspiratif, kesenian dan kebudayaan bisa dikemas menjadi produk menghasilkan. Salah satunya, film.

Film dokumenter sangat mudah digarap dengan tema tokoh Madura. Bahkan, kehidupan sehari-hari juga bisa dikemas menjadi film ciamik dan digemari masyarakat. ”Kalau potensi yang bisa digarap, tentu sangat banyak,” katanya.

Baca Juga :  Belajar Tatak dari Mbah Mahfud MD

Produk film generasi muda Madura masih sedikit. Padahal, masyarakat Pulau Garam yang bergelut di industri film tidak sedikit. Permasalahannya di kreativitas dan inovasi.

Kreativitas pemuda Madura harus ditingkatkan. Kemudian, perlu inovasi agar produk yang dihasilkan semakin berkualitas. ”Yang paling dibutuhkan adalah daya kreatif putra-putra Madura,” katanya.

Zawawi menyampaikan, dari sisi materi, sangat mumpuni menumbuhkan budaya kreatif perfilman. Asal ada kemauan dan kreativitas. Dia mencontohkan film tentang sepatu asal Iran.

Film itu  keluar sebagai film terbaik dunia karena dikemas sangat menarik. Jika potensi di Madura juga dikemas baik oleh tangan kreatif, diyakini mampu melahirkan produksi film berkualitas. Yang tidak kalah penting, masyarakat jangan tergantung pada pemerintah.

Baca Juga :  Sumenep Batik on The Sea 2018 Meriah

Jika sebuah produk kreatif menunggu peran pemerintah akan kembangan lamban. Sebab, banyak tahapan pembahasan yang harus dilalui pemerintah dalam mengambil keputusan. Sementara perkembangan industri kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi.

”Berbicara film, di Madura sebenarnya sudah ada sejak tahun 60-an,” kata pria kelahiran 1 Januari 1945 itu. Seniman yang namanya tenar sejak 1982 itu berharap, ekonomi kreatif yang menjunjung tinggi kearifan lokal semakin berkembang. Seni budaya Madura juga kian digemari orang-orang modern.

”Ngaceleng bigina duwak. Nompa’ jaran labu napang. Ja’ neng-senneng abine dhuwa’. Panas barang raja otang,” ucap Zawawi menutup perbincangan dengan pantun Madura. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/