BANGKALAN – Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia berkumpul di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Mereka tergabung dalam Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman). Acara silaturahmi nasional itu resmi dibuka Kamis (3/8).
Mahasiswa dari berbagai kampus itu akan menampilkan beragam kesenian dari segala penjuru Indonesia sesuai asal daerahnya. Sementara mahasiswa Madura menampilkan kesenian khas Pulau Garam.
Sejumlah acara akan dilangsungkan. Di antaranya, talk show budaya nasional, kajian teater pesantren, dan tiga workshop. Kemudian penutupan dan ada temu wicara. Kesenian tradisional Madura yang ditampilkan pada saat pembukaan yakni uldaul, saronen, sape sono’, tari muang sangkal dan rokat tase’.
Bagi Zada Sawaty, salah satu peserta dari Sanggar Black Room Universitas Negeri Makassar (UNM) Sulawesi Selatan, kesenian tradisional Madura mengagumkan. Di lain sisi, jika dibenturkan dengan zaman sekarang, pertunjukan seni tradisi tersebut masih sangat layak dan menarik banyak perhatian masyarakat umum. Beberapa kesenian yang dia kagumi yakni musik uldaul.
”Terus sama sapinya (sape sono’, Red) itu keren. Yang main gendang di belakang itu juga enak,” ungkapnya.
Dia menambahkan, kesenian Madura memang khas. Tidak ada seni tradisi yang menyerupai kesenian Madura di daerahnya. ”Kagak dapet yang kayak gitu. Kagak ada di Makassar,” ucapnya dengan dialek ala Makassar.
Ketua Pelaksana Temu Teman Ke-15 Jailani Muhtady menjelaskan, Temu Teman rutin diselenggarakan setiap tahun. Pada 2016 lalu dilaksanakan di Banjarmasin dan digelar di Palu pada 2015.
Pelaksanaan Temu Teman bekerja sama dengan sejumlah komunitas seni di Madura. Ada seratus lebih perguruan tinggi se-Indonesia yang ikut andil pada kegiatan itu. 800 lebih peserta dari berbagai penjuru nusantara, yakni sari Sabang sampai Merauke.
”Dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua, ada semua perwakilannya,” ucap mahasiswa yang aktif di Teater Seni Nanggala UTM itu.
Masing-masing daerah menampilkan kesenian khasnya. Kegiatan akan berlangsung selama 10 hari ke depan. Mulai 3–12 Agustus. ”Tujuannya, bagaimana teman-teman senusantara bisa memperkenalkan seni tradisi masing-masing. Kemudian melestarikan budaya luhur yang rentan punah,” ungkap Jailani kepada koran ini.