SAMPANG, Jawa Pos Radar Madura – Parkir elektronik yang berada di Pasar Srimangunan Sampang sudah satu bulan rusak. Ironisnya, sejauh ini belum ada upaya perbaikan dari dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan (diskopindag) setempat.
Akibatnya, penanganan parkir pasar terbesar di Kota Bahari itu menggunakan sistem manual. Padahal, menggunakan sistem manual rawan memicu kebocoran retribusi parkir.
Anggota Komisi II DPRD Sampang Agus Husnul Yakin menyampaikan, pengelolaan parkir menggunakan sistem elektronik sangat penting. Tujuannya, mencegah terjadinya kebocoran pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor parkir.
”Kalau alatnya dibiarkan rusak, capaian dari retribusi parkir di Pasar Srimangunan tidak akan transparan. Kalau pakai manual, bisa saja uangnya diminta, tapi karcisnya tidak diberikan kepada pengunjung pasar,” katanya.
Karena itu, persoalan tersebut jangan dibiarkan terus berlarut tanpa penanganan. Apalagi, berkaitan dengan raihan PAD. Seharusnya segera mendapatkan penanganan khusus dari dinas terkait. ”Saya harap segera diperbaiki,” tutup politikus dari Partai Bulan Bintang (PBB) itu.
Dikonfirmasi di tempat terpisah, Kepala Pasar Srimangunan Sampang Misnaki Suroso mengatakan, parkir elektronik sudah satu bulan tidak diterapkan. Sebab, sistem pada alat tersebut bermasalah. ”Rusak sudah satu bulanan. Saat tombolnya ditekan, kertas tidak keluar,” katanya.
Karena rusak, dia memutuskan menggunakan sistem manual. Sistem tersebut jelas menyita waktu petugas pasar. Sebab, harus mencatat satu per satu masyarakat yang masuk ke pasar. Sementara pengunjung pasar setiap hari mencapai ratusan orang. ”Terpaksa kita memakai cara manual,” ucap Misnaki.
Misnaki mengaku sudah melaporkan permasalahan tersebut ke institusinya. Tapi, sampai saat ini belum direspons. ”Saya sudah laporkan. Saya kan tidak memiliki kewenangan untuk pengadaan. Itu tanggung jawab dinas (diskopindag, Red),” tutupnya.
Sementara itu, Sekretaris Diskopindag Sampang Barrul Alim mengatakan, perbaikan belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Sebab ketika dicek, membutuhkan biaya yang cukup besar.
Ditambahkkan, anggaran yang dimiliki institusinya tidak cukup bila memperbaiki peralatan tersebut. Untuk mengoptimalkan pelayanan, terpaksa menggunakan sistem manual. ”Sudah kami cek. Perbaikan butuh dana besar,” katanya. (iqb)