SAMPANG – Setiap hari Minggu Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Sampang mengoperasikan dua unit mobil perpustakaan keliling (perpusling) di sejumlah lokasi perkotaan. Salah satunya di area car free day di Jalan Wijaya Kusuma.
Mobil tersebut stand by di lokasi sejak pukul 06.00–08.00. Tetapi, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan fasilitas tersebut untuk membaca buku. Warga hanya melihat koleksi buku yang dipajang dan tidak lama kemudian pergi.
Ismawati, warga Jalan Kusuma Bangsa menuturkan, koleksi buku yang disediakan di mobil perpusling cukup banyak. Namun, rata-rata merupakan buku terbitan lama dan kurang menarik dibaca.
”Kalau koleksi buku yang ada sudah cukup, mulai dari buku bacaan, cerita, tata boga, dan yang lain. Tapi, banyak buku terbitan lama,” ungkap dia Minggu (18/11).
Perempuan berusia 35 tahun itu berharap agar dinas terkait segera mengganti atau memperbarui koleksi buku di perpusling. ”Semua buku terbitan lama harus diganti dengan yang baru. Apalagi, buku yang sudah kusam. Supaya warga lebih berminat membaca buku di perpusling,” pintanya.
Menanggapi itu, Kepala Disarpus Sampang Sudarmanto mengatakan, pengoperasian perpusling merupakan program pengembangan budaya baca di masyarakat. Tahun ini program tersebut dianggarkan Rp 720.536.450.
Sejauh ini, kata dia, program perpusling berjalan dengan baik. Dalam sebulan mobil itu aktif datang ke sekolah, balai desa, dan kantor kecamatan. Ada dua unit mobil yang digunakan dengan delapan operator yang merupakan PNS.
”Selama 14 hari mobil itu datang ke tiap kecamatan, dan selama ini antusias masyarakat cukup baik,” tegasnya.
”Perpusling juga membantu sekolah dalam hal membuat struktur pengelolaan, penataan buku, dan pemasangan nomor buku,” sambungnya.
Pihaknya mengakui bahwa koleksi buku di perpusling lebih banyak terbitan lama. Namun, bukan berarti tahun ini pihaknya tidak melakukan pengadaan buku. Setiap tahun rutin melakukan pengadaan buku.
Dalam satu tahun anggaran, ada sekitar 400 judul buku yang dibeli. Dijelaskan, jumlah judul buku di perpusling sekitar 900 judul. Kualifikasi buku meliputi buku keagamaan, pengetahuan umum, buku sejarah, fiksi, dan lain sebagainya. Buku-buku itu saat ini sedang diinput guna menyiapkan layanan komputerisasi.
”Input pengadaan buku tahun ini akan dimasukkan di perpusling pada tahun berikutnya. Begitu juga buku di perpustakaan. Tapi, buku-buku di sana tidak lama-lama banget kok,” klaimnya.
Menurut dia, anggaran untuk pengadaan buku minim, dan setiap tahun Rp 140 juta. Dengan begitu, pihaknya tidak bisa membeli buku dengan maksimal. ”Anggaran pengadaan buku perlu dinaikkan. Karena kebutuhan masyarakat terhadap buku semakin meningkat,” terangnya.
Pihaknya membeli buku yang banyak dibutuhkan masyarakat. Terutama bagi siswa atau santri yang butuh referensi. Selama ini instansinya berkoordinasi dengan semua lembaga pendidikan di Sampang untuk mengetahui buku yang sering dibutuhkan siswa.
Menurut dia, minimnya warga yang membaca buku di perpusling bukan hanya karena koleksi buku sedikit. Tetapi, membaca belum menjadi kebutuhan masyarakat. Mereka datang ke perpus hanya ketika butuh referensi.
”Sebenarnya kami ingin menambah jumlah mobil perpusling. Tapi anggaran yang ada tidak cukup. Kami harap minat masyarakat untuk membaca buku di perpus dan perpusling meningkat,” tukasnya.