SAMPANG – Tim Gugus Tugas Covid-19 Sampang menggelar rapid test masal dalam sepekan. Gugus Tugas Covid-19 Sampang menargetkan 1.200 alat terpakai di beberapa lokasi.
Anggota Tim Kesehatan Gugus Tugas Covid-19 Sampang Agus Mulyadi mengatakan, rapid test masal mendapat dukungan bantuan alat dari pemerintah provinsi. Sebagian juga bantuan corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan.
Pihaknya menargetkan 1.200 alat rapid test untuk tes cepat pedagang dan pengunjung pasar. Rapid test juga digunakan kepada aparatur sipil negara (ASN). ”Targetnya, 1.200 rapid test. Yang digunakan sudah lebih 1.028,” terangnya kemarin (18/6).
Dia menyayangkan rapid test masal tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, terutama pedagang di pasar. Banyak pedagang tidak melakukan rapid test. Padahal, tes cepat tersebut sangat membantu terhadap kesehatan mereka.
Menurutnya, rapid test tidak perlu ditakuti. Tes itu hanya untuk mengecek keberadaan virus yang belum tentu Covid-19. Jika dibiarkan, bisa mengganggu terhadap kesehatan. ”Jangan sampai semuanya jadi korban,” ujarnya.
Agus mengakui ada konsekuensi dari pelaksanaan rapid test masal tersebut. Yakni, kemungkinan jumlah pasien yang terkonfirmasi Covid-19 akan melonjak. Apalagi, dari beberapa hasil rapid test diketahui ada yang reaktif.
Namun, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Semakin banyak masyarakat yang diketahui terkonfirmasi, menunjukkan proses deteksi berjalan maksimal. Dengan begitu, pihaknya dapat mengantisipasi dan mengobati.
”Sebenarnya, semakin banyak pemeriksaan rapid atau swab menunjukkan perhatian dari pemerintah untuk memutus mata rantai persebaran. Tidak perlu ditakuti atau dikhawatirkan,” tuturnya.
Pihaknya menyiapkan langkah antisipasi jika terjadi lonjakan pasien yang terkonfirmasi. Gugus tugas sudah melakukan kerja sama dengan rumah sakit darurat di Surabaya. Hal itu untuk menampung pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan.
Rumah perawatan BLK dikhususkan merawat pasien dengan gejala ringan dan sedang. Sementara untuk RSUD Sampang dikhususkan untuk merawat pasien dengan gejala berat. ”Jadi yang tidak perlu ada perawatan khusus bisa di rumah sakit darurat Surabaya,” jelasnya. (bil)