SAMPANG – Koleksi foto-foto sejarah di wisata arsip masyarakat (wamas) tidak bisa dipajang semua. Meski terdiri dari dua lantai, hanya satu ruangan yang bisa ditempati koleksi yang dihimpun dari empat belas kecamatan tersebut. Sementara, ratusan koleksi lainnya masih disimpan.
Arsiparis Ahli Muda Disarpus Sampang Fathor Rosi mengatakan, koleksi yang dipajang di wamas terdiri dari foto-foto benda bersejarah serta buku tentang sejarah yang berkembang di Kota Bahari. Di samping itu, terdapat foto tokoh nasional seperti pahlawan nasional dan bupati yang pernah menjabat di Sampang. Ada juga koleksi uang kuno.
Saat ini foto-foto bersejarah yang terdata 600 koleksi. Namun, yang dipajang hanya 144 koleksi. Sementara 456 koleksi masih disimpan karena ruangannya tidak cukup. ”Kalau yang tidak memakai pigura, seperti foto pahlawan itu ditempel di lemari. Dari 1.100 koleksi, tinggal seratus foto yang belum dipajang karena tempatnya sudah tidak memadai,” katanya kemarin (16/9).
Meski sudah tidak ada tempat untuk menambah koleksi, pihaknya tidak khawatir pigura tidak terpasang. Jika semua sekolah yang terdaftar dalam jadwal sudah berkunjung, koleksi tersebut akan diganti. Begitu seterusnya.
Selama ini masyarakat yang berkunjung bervariasi, mulai tingkat pelajar hingga mahasiswa. Setiap hari pihaknya juga mengundang siswa di daerah perkotaan. Siswa-siswa tersebut dikenalkan dengan sejarah benda-benda dalam foto tersebut.
”Hingga sekarang sekitar sepuluh sekolah yang sudah berkunjung ke wamas. Untuk sementara kami hanya mengundang sekolah di daerah perkotaan. Mungkin nanti akan dikembangkan ke sekolah-sekolah pinggiran kota,” tuturnya.
Pihaknya mengajak siswa ke lokasi keberadaan benda-benda bersejarah. Hal itu untuk mengenalkan siswa tentang sejarah di Sampang. Program tersebut belum maksimal karena terkendala transportasi.
”Beberapa waktu lalu kami hanya uji coba. Alhamdulillah, siswa sangat antusias. Tapi, kami belum melanjutkan program ini karena belum punya transportasi sendiri. Kalau punya bus sendiri kan bisa tiap ke hari ke lokasi agar siswa tidak hanya mengenal foto dan tahu bendanya,” terangnya. (bil)