21.4 C
Madura
Sunday, June 4, 2023

Sepekan 8 Anak Terjangkit DBD

SAMPANG – Demam berdarah dengue (DBD) mulai menghantui masyarakat. Dalam sepekan, delapan anak warga Desa Marparan, Kecamatan Sreseh, Sampang, terjangkit. Satu di antaranya saat ini tengah menjalani perawatan medis di rumah sakit.

Moh. Sirat, 46, warga Dusun Soroan, Desa Marparan menuturkan, sejak awal Januari banyak warga yang demam. Mayoritas merupakan anak usai 9–10 tahun. Setelah diperiksa ke puskesmas mereka terkena DBD dan harus dirawat inap. ”Ada yang dirawat di puskemas. Ada juga yang langusung dibawa ke rumah sakit, seperti anak saya,” tuturnya kepada RadarMadura.id.

Setiap tahun selalu ada warga di desanya yang terkena penyakit tersebut. Terutama, kalangan anak-anak. Karena itu, dirinya berharap puskesmas segera melakukan fogging atau penyemprotan obat pembasmi jentik nyamuk. Tujuannya, agar penyebaran penyakit bisa dicegah dan jumlah pasien tidak bertambah.

”Puskesmas sudah melakukan fogging. Tapi tidak merata ke rumah-rumah warga. Hanya fokus di pinggir jalan,” ucapnya.

Plt Kepala Dinkes Sampang Asrul Sani mengatakan, setiap tahun kasus DBD selalu ada. Terutama saat musim hujan, genangan air, dan lingkungan kotor menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. ”Kami sudah menerima laporan dari semua puskesmas terkait dengan jumlah warga yang terjangkit DBD. Kami perintahkan agar pasien ditangani dengan baik,” katanya.

Baca Juga :  Gerebek Judi Balap Merpati dan Bali

Pihaknya sudah membuat jadwal penyemprotan di semua kecamatan. Terutama, wilayah endemis DBD. Misalnya, di Kecamatan Kota, Camplong, Kedungdung, Sreseh, Omben, dan Ketapang. Puskesmas yang sudah ditetapkan sebagai pos unit pelaksanaan fogging sudah memiliki alat semprot dan petugas khusus.

”Kami sudah meminta puskesmas untuk melakukan fogging dan penaburan serbuk abate di saluran drainase, selokan, dan lokasi-lokasi yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak,” ujarnya.

Menurut Asrul, sejauh ini pasien DBD masih di dalam batas standar. Kendati demikian, pihaknya terus maksimal melakukan upaya pencegahan, pemberantasan, dan penanganan terhadap pasien DBD. Warga yang terjangkit penyakit itu akan diobati hingga sembuh total.

Pencegahan DBD bisa dilakukan dengan mudah. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Misalkan, menguras dan menutup bak mandi serta mengubur sampah plastik yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

Fogging bukan cara efektif untuk mencegah dan memberantas penyebaran DBD. Penyakit ini identik dengan kondisi lingkungan kotor. Warga harus aktif dan giat menjaga kebersihan lingkungan. ”Lingkungan yang bersih dan sehat akan jauh dari penyakit,” terangnya.

Baca Juga :  Madura Awards 2021, Madura Bangkit!

Anggota Komisi IV DPRD Sampang Maniri mengatakan, DBD bisa terjadi di mana pun dan menyerang siapa saja. Karena itu, dinas terkait harus bisa maksimal melakukan upaya pencegahan dengan melakukan penyemprotan obat secara merata.

Politikus PKB itu meminta agar pasien DBD bisa mendapat penanganan maksimal. Pelayanan di puskesmas harus ditingkatkan. Pasien diharapkan bisa sembuh tanpa harus dirujuk ke rumah sakit. ”Kami tidak ingin sampai ada pasien yang meninggal dunia seperti tahun lalu,” pintanya.

Sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan pencegahan dan penanganan pertama yang harus dilakukan ketika ada keluarga yang terkena DBD perlu digalakkan. Puskesmas harus bisa menjadi motivator bagi warga untuk bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Puskesmas tidak hanya mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat. Tapi, harus bisa memberikan edukasi kepada warga terkait dengan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan,” tukasnya.

SAMPANG – Demam berdarah dengue (DBD) mulai menghantui masyarakat. Dalam sepekan, delapan anak warga Desa Marparan, Kecamatan Sreseh, Sampang, terjangkit. Satu di antaranya saat ini tengah menjalani perawatan medis di rumah sakit.

Moh. Sirat, 46, warga Dusun Soroan, Desa Marparan menuturkan, sejak awal Januari banyak warga yang demam. Mayoritas merupakan anak usai 9–10 tahun. Setelah diperiksa ke puskesmas mereka terkena DBD dan harus dirawat inap. ”Ada yang dirawat di puskemas. Ada juga yang langusung dibawa ke rumah sakit, seperti anak saya,” tuturnya kepada RadarMadura.id.

Setiap tahun selalu ada warga di desanya yang terkena penyakit tersebut. Terutama, kalangan anak-anak. Karena itu, dirinya berharap puskesmas segera melakukan fogging atau penyemprotan obat pembasmi jentik nyamuk. Tujuannya, agar penyebaran penyakit bisa dicegah dan jumlah pasien tidak bertambah.


”Puskesmas sudah melakukan fogging. Tapi tidak merata ke rumah-rumah warga. Hanya fokus di pinggir jalan,” ucapnya.

Plt Kepala Dinkes Sampang Asrul Sani mengatakan, setiap tahun kasus DBD selalu ada. Terutama saat musim hujan, genangan air, dan lingkungan kotor menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. ”Kami sudah menerima laporan dari semua puskesmas terkait dengan jumlah warga yang terjangkit DBD. Kami perintahkan agar pasien ditangani dengan baik,” katanya.

Baca Juga :  Blangko e-KTP Kosong, Dispendukcapil Sampang Terbitkan 18 Ribu Suket

Pihaknya sudah membuat jadwal penyemprotan di semua kecamatan. Terutama, wilayah endemis DBD. Misalnya, di Kecamatan Kota, Camplong, Kedungdung, Sreseh, Omben, dan Ketapang. Puskesmas yang sudah ditetapkan sebagai pos unit pelaksanaan fogging sudah memiliki alat semprot dan petugas khusus.

”Kami sudah meminta puskesmas untuk melakukan fogging dan penaburan serbuk abate di saluran drainase, selokan, dan lokasi-lokasi yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak,” ujarnya.

- Advertisement -

Menurut Asrul, sejauh ini pasien DBD masih di dalam batas standar. Kendati demikian, pihaknya terus maksimal melakukan upaya pencegahan, pemberantasan, dan penanganan terhadap pasien DBD. Warga yang terjangkit penyakit itu akan diobati hingga sembuh total.

Pencegahan DBD bisa dilakukan dengan mudah. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Misalkan, menguras dan menutup bak mandi serta mengubur sampah plastik yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

Fogging bukan cara efektif untuk mencegah dan memberantas penyebaran DBD. Penyakit ini identik dengan kondisi lingkungan kotor. Warga harus aktif dan giat menjaga kebersihan lingkungan. ”Lingkungan yang bersih dan sehat akan jauh dari penyakit,” terangnya.

Baca Juga :  Gerebek Judi Balap Merpati dan Bali

Anggota Komisi IV DPRD Sampang Maniri mengatakan, DBD bisa terjadi di mana pun dan menyerang siapa saja. Karena itu, dinas terkait harus bisa maksimal melakukan upaya pencegahan dengan melakukan penyemprotan obat secara merata.

Politikus PKB itu meminta agar pasien DBD bisa mendapat penanganan maksimal. Pelayanan di puskesmas harus ditingkatkan. Pasien diharapkan bisa sembuh tanpa harus dirujuk ke rumah sakit. ”Kami tidak ingin sampai ada pasien yang meninggal dunia seperti tahun lalu,” pintanya.

Sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan pencegahan dan penanganan pertama yang harus dilakukan ketika ada keluarga yang terkena DBD perlu digalakkan. Puskesmas harus bisa menjadi motivator bagi warga untuk bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Puskesmas tidak hanya mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat. Tapi, harus bisa memberikan edukasi kepada warga terkait dengan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan,” tukasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/