SAMPANG – Pasar Srimangunan Sampang memiliki 852 kios. Dari ratusan kios tersebut, ternyata 127 kios mubazir. Ratusan kios di pasar tradisional terbesar di Kota Bahari itu tidak menghasilkan retribusi karena tidak ditempati pedagang. Perinciannya, 53 kios di Blok A-II, 40 kios di Blok C-II, dan 34 kios di Blok B-II.
Selain nihil retribusi, kios kosong membuat penataan pedagang semrawut. Banyak pedagang berjualan di tempat yang tidak semestinya. Misalnya, di bawah tangga dan di beberapa lokasi yang merupakan akses jalan bagi pengunjung. Sebagian pedagang membuat lapak semipermanen dan ada juga yang menggelar tikar.
Hal itu membuat jalan bagi pengunjung menjadi sempit. Nurul Komariyah, 32, seorang pengunjung Pasar Srimangunan menuturkan, pasar sebenarnya ramai karena jumlah pedagang bertambah. Namun, hal itu tidak disertai dengan penataan yang baik.
Seharusnya, kata dia, pedagang ditempatkan di kios yang kosong. Bukan menggelar dagangan di pinggir jalan dan beberapa titik lain di areal pasar. Dia berharap, pengelola Pasar Srimangunan bijak dalam melakukan penataan pedagang.
Kepala Pasar Srimangunan Sampang Misnaki Suroso mengatakan, ratusan kios kosong murni karena pedagang enggan menempati. Pedagang menilai, lokasi kios kurang strategis. ”Dulu kios itu ditempati pedagang pakaian dan peralatan rumah tangga. Namun karena pengunjung jarang belanja di situ, pedagang pindah ke lokasi lain,” ujarnya.
Pihaknya mengklaim sudah berupaya menata pedagang dengan menyosialisasikan dan mengimbau agar pindah ke kios. Terutama, bagi pedagang yang berjualan di jalan dan menggunakan lapak semipermanen. ”Kami sering memberikan teguran dan meminta agar pedagang menaati peraturan, tapi upaya itu belum berhasil. Kami tidak bisa melakukan tindakan penertiban karena faktor kemanusiaan,” urainya.
Ratusan kios yang tak ditempati itu sebenarnya sudah ada yang memiliki atau berstatus hak sewa. Dengan demikian, klaimnya, retribusi tetap jalan meski kios kosong. ”Kami mencarikan solusi. Salah satunya dengan membuat tangga akses khusus menuju kios di Blok II. Tapi, pengunjung tetap sepi. Alhasil, pedagang keluar lagi dari kios itu,” terang dia.
Terpisah, Pj Bupati Sampang Jonathan Judianto meminta dinas perdagangan dan perindustrian (disperdagprin) melakukan evaluasi pengelolaan kios pasar tersebut. Apabila pedagang yang menempati sebelumnya sudah tidak mau, sebaiknya dialihkan kepada pedagang lain. ”Dinas harus bisa mencari solusi bagaimana caranya supaya kios-kios itu ditempati pedagang,” tukasnya.