Seorang Guru telah dibunuh muridnya
Dunia Pendidikan digenangi darah dan air mata
Guru bukan cuma pahlawan tanpa tanda jasa
Guru telah berjasa dan harus diberi tanda jasa
Tanpa Guru alam ini akan gelap gulita
Meskipun ada bulan dan matahari
DEMIKIAN petikan puisi D. Zawawi Imron tentang Achmad Budi Cahyanto. Menurut budayawan asal Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, itu almarhum guru sekaligus seniman tersebut akan terus dikenang. Semasa hidup, Budi telah melakukan sesuatu yang cukup berarti.
”Seperti kata Chairil Anwar dalam puisinya, ’sekali berarti, sesudah itu mati’. Achmad Budi Cahyanto telah melakukan itu. Dia akan diingat sejarah. Selama-lamanya,” ucap Zawawi saat takziah Selasa (6/2).
Menurut Zawawi, Budi tidak pergi atau pulang meninggalkan keluarga dan masyarakat yang memiliki hati nurani. Budi berangkat menuju ”rumah” Allah. Dia berangkat karena tahu akan mendapat tempat terbaik. Meninggalnya Budi disebut Zawawi mati yang sahid.
”Karena almarhum tengah melaksanakan tugas sebagai guru untuk mencerdaskan anak-anak didik, mencerdaskan bangsa dan negara,” imbuh Zawawi.
Zawawi menuturkan, almarhum yang populer dengan nama ABC itu merupakan bibit unggul. Tetapi karena takdir Allah memanggil lebih dulu, almarhum tidak dapat melanjutkan kembali kerja-kerja kebudayaan. ”Dari sudut kemanusiaan, kasus ini merupakan tragedi kemanusiaan yang cukup tragis bagi orang Madura. Andai Budi masih hidup, dia bisa menjadi seniman Sampang yang menasional. Sampang untuk Indonesia,” katanya.
Sebelum meninggal, Budi telah meninggalkan tanda dan pesan. Itu melalui karya-karya yang dibuat. Salah satu karya Budi, kata Zawawi, ada beberapa tangan yang berusaha menggenggam tulisan Arab Fafirru Illallah. Artinya, semua hijrah menuju Allah. Ternyata Budi lebih dulu berangkat menuju Allah. ”Itu tugas kita semua untuk melanjutkan kesenimanan Budi di masa-masa mendatang,” katanya.
Peristiwa meninggalnya Budi harus menjadi renungan.Bahwa kesenimanan dan kesantunan Budi sebagai pendidik telah meninggalkan nama harum bagi Indonesia.”Di balik peristiwa ini,Allah punya maksud dan tujuan yang kita tidak tahu. Karena itu, relakan Budi agar dia mendapat tempat terbaik di sisi Allah,” ucapnya.
Kasus penganiayaan siswa kelas XII SMAN 1 Torjun berinisial HZF terhadap Achmad Budi Cahyanto terjadi Kamis (1/2) saat jam pelajaran terakhir dengan materi seni lukis. HZF tidak mengikuti arahan guru dan justru mengganggu teman-temannya. Remaja 17 tahun itu malah mencoret-coret lukisan milik teman-temannya.
Saat ditegur, anak kepala pasar itu tak menghiraukan. Budi menyanksi dengan memoleskan cat ke pipinya sesuai penjanjian awal. HZF tidak terima dan memukul gurunya. Budi kemudian mengambil kertas presensi dan memukul ke arah korban.
HZF menangkis dan memukul sang guru. Pukulan itu terkena pelipis kanan dan mengakibatkan guru yang juga musisi itu terjatuh. Korban meninggal dunia di rumah sakit. HZF telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Kelas II-B Sampang.