SAMPANG, Jawa Pos Radar Madura – Pekerja migran Indonesia (PMI) datang secara bergelombang dalam tiga hari terakhir. Kemarin (2/5) jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dua hari sebelumnya. PMI yang tiba di kantor Balai Pelatihan Kerja (BLK) Sampang sebanyak 32 orang. Informasinya, jumlah PMI asal Kota Bahari yang akan dipulangkan sekitar puluhan ribu.
Plt Kabid Penempatan Tenaga Kerja DPMPTSP Naker Sampang Agus Sumarso menyampaikan, hampir semua negara memulangkan PMI, termasuk Malaysia. Karena itu, pemulangan PMI tahun ini dilakukan secara besar-besaran. Diperkirakan jumlah PMI asal Jawa Timur mencapai 30 ribu.
”Kita belum tahu jumlah total PMI asal Sampang. Kita masih menunggu konfirmasi dari provinsi,” ujarnya.
Menurut Agus, pemulangan PMI akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Hingga saat ini, jumlah total PMI yang tiba di Kota Bahari sebanyak 179 orang. Perinciannya, pada Jumat (30/4) sebanyak 106 orang, Sabtu (1/5) sebanyak 41 orang, dan Minggu (2/5) sebanyak 32 orang. ”Besok kita jemput lagi di Surabaya dan jumlahnya sekitar 22 orang,” katanya.
Agus mengungkapkan, mayoritas PMI yang dipulangkan berangkat secara ilegal. Hal itu diketahui setelah dilakukan pendataan. Seharusnya jika berangkat resmi, PMI mengantongi BPJS Ketenagakerjaan. Ketika terjadi kecelakaan, mereka tidak mendapat tunjangan apa pun.
Meski berangkatnya tidak resmi, setelah tiba di Malaysia, PMI memiliki permit. ”Yang jelas, kalau administrasinya tidak lengkap, tidak akan dapat tunjangan meski punya permit,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Sampang Asroni menegaskan, proses pemulangan PMI sudah menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat. Institusinya membawa pulang PMI asal Kota Bahari setelah hasil swab PCR menyatakan mereka negatif. Setibanya di Sampang, jajarannya mendata tempat tinggal PMI. ”Data PMI ini menjadi acuan kami untuk memantau mereka,” ungkapnya.
Asroni menuturkan, PMI yang dipulangkan sudah menjalani karantina selama lima hari. Dua hari di Asrama Haji Sukolilo dan tiga hari di daerahnya masing-masing. Dia tidak memaksa semua PMI dikarantina di kantor BLK Sampang. Sementara kesehatan PMI dipantau melalui bhabinkamtibmas, babinsa, dan puskesmas setempat. ”Setiba di rumah, PMI harus membatasi interaksi dengan keluarga dan masyarakat sekitar,” tuturnya.
Jumali, PMI asal Desa Nepa, Kecamatan Banyuates, kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) mengaku sudah 8 tahun tinggal di negeri jiran. Selama itu pula dia tidak pernah bertemu dengan keluarganya. Dia bekerja banting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga di kampung halaman. ”Saya pulang karena kangen sudah lama tidak bertemu keluarga. Alhamdulillah, tahun ini bisa berlebaran dengan keluarga,” ungkap pria 56 tahun tersebut.
Meski usia sudah sepuh, Jumali menyatakan tidak kapok kembali ke Malaysia. Buktinya, dia tetap memiliki keinginan kembali ke Malaysia untuk berburu ringgit. Namun, dia pesimistis bisa berangkat lagi. ”Seusia saya sepertinya sudah tidak bisa berangkat lagi,” tandasnya. (bil)