SAMPANG – Kasus dugaan penyelewengan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Indonesia pintar (PIP) 2017 di SMAN 1 Banyuates berlanjut. Terbaru, Penyidik Polres Sampang sudah memeriksa Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan sekolah tersebut.
Hal itu diungkapkan Kasatreskrim Polres Sampang AKP Hery Kusnanto Minggu (13/5). Menurut dia, pemeriksaan kepada Waka SMAN 1 Banyuates pada Jumat (11/5).
Sebelumnya, secara bergiliran polisi telah memeriksa staf dan siswa serta guru SMAN 1 Banyuates. Bendahara dan operator BSM-PIP juga sudah dimintai keterangan.
Pemeriksaan dan pemanggilan itu dilakukan dalam rangka pengumpulan bukti. Jika alat bukti dan keterangan sudah lengkap, penyidik segera menaikkan status kasus tersebut ke penyidikan.
Sementara ini, terlapor belum ditetapkan sebagai tersangka. ”Terakhir yang kami panggil dan diperiksa adalah wakil kepala sekolah,” ungkap dia.
Hari ini (14/5), penyidik akan memanggil lagi staf di SMAN 1 Bantuates untuk dimintai keterangan. Hery mengungkapan. pekan ini kasus tersebut sudah dinaikkan ke penyidikan.
”Pekan ini insya Allah tersangkanya sudah ditetapkan. Kami tinggal mengumpulkan sejumlah bukti lagi,” tegasnya.
Pihaknya juga menegaskan bahwa kasus dugaan penyelewengan di SMAN 1 Banyuates akan ditangani serius. Sebab, itu berkaitan dengan kondisi pendidikan di Sampang. ”Kami pasti tuntaskan kasus ini,” janjinya.
Menanggapi hal itu, anggota Dewan Pendidikan Sampang Moh. Salim mengatakan, pihaknya sangat mendukung pengungkapan kasus dugaan penyelewengan dana BSM-PIP. Dia meminta polisi tidak main mata dalam kasus tersebut.
”Segera tetapkan tersangka, jangan sampai diulur pengungkapan kasus itu,” pintanya.
Salim juga meminta kepada sekolah lainnya supaya mengambil pelajaran dari kasus tersebut. Bisa lebih waspada dalam mengelola dana BSM dan PIP.
”Jika ada indikasi sekolah lain juga melakukan penyelewengan, maka segera usut tuntas,” tegasnya.
Salim berharap, pendidikan di Sampang ke depan lebih baik. Terutama, menghilangkan kebiasaan tilap-menilap dana bantuan terhadap hak siswa kurang mampu.
”Saya berkeyakinan, ini kasus nyata. Karena yang mengungkap siswa dan penerima itu sendiri yang teriak. Semoga ini jadi pelajaran berharga,” harapnya.