PAMEKASAN – Rumah gedek menghadap selatan itu ramai kemarin (29/8). Sejumlah warga berbincang di halaman bangunan itu sambil menikmati kopi dan rokok. Perbincangan terlihat begitu hangat. Akrab.
Perempuan berkerudung motif bunga menggendong bayi. Mulutnya komat-kamit merayu anaknya agar diam dari tangisnya. Sementara sesekali perempuan itu masuk rumah yang terbuat dari gedek.
Perempuan bernama Juwairiyah itu tidak hanya menjaga bayinya. Dia juga menjaga anak pertamanya, Moh. Sutrisno. Putra sulungnya itu genap berusia 14 tahun pada 8 Mei 2019.
Perawakan remaja itu sangat tampan. Kulitnya kuning langsat. Rambutnya lurus. Tawa kecil lahir dari bibir yang sulit mengatup sempurna itu. Tidak seperti remaja pada umumnya. Sutrisno tidak bisa bermain.
Dia hanya terbaring lemas di lantai rumah yang dibalut karpet plastik itu. Sutrisno lumpuh sejak usia tujuh bulan. Musibah itu muncul setelah disuntik imunisasi.
Juwairiyah menceritakan, Sutrisno lahir dalam kondisi normal. Wajahnya sangat lucu menggemaskan. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit. Apalagi lumpuh. Sama sekali tidak ada tanda.
Pertumbuhannya sangat baik. Pada usia tiga bulan, tumbuh kembang Sutrisno semakin baik. Tak ayal, setiap orang yang melihatnya merasa gemas dan ingin menggendong. Tetangga rebutan menggendong bayi mungil itu.
Pada usia tujuh bulan, Sutrisno harus disuntik imunisasi. Suntikan itulah yang menjadi mimpi buruk Juwairiyah. Anaknya kejang-kejang. Badannya panas sehingga bayi mungil itu harus dibawa ke bidan desa.
Jawaban bidan, kondisi tersebut biasa. Tenaga medis meminta Juwairiyah tidak khawatir atas kondisi anak mungilnya itu. Khozairi, suami Juwairiyah mewanti-wanti bidan untuk memeriksa bayinya itu.
Sebab, panas dan kejang-kejang yang terjadi dianggap tidak biasa. Tapi, lagi-lagi jawaban bidan sama. Sangat diplomatis. Kondisi Sutrisno dianggap biasa. ”Kami pulang karena katanya biasa,” katanya.
Namun, insting seorang ibu tidak meleset. Kondisi Sutrisno kian mengenaskan. Bayi mungil itu tidak bergerak sebagaimana mestinya. Sejak saat itulah, Sutrisno tidak bisa bergerak. Dia lumpuh.
Sutrisno harus menghabiskan sisa hidupnya tidak bisa beraktivitas normal seperti remaja pada umumnya. Sutrisno tidak pernah mengenyam pendidikan. Selama 14 tahun hanya terbaring lemas. ”Kalau makan ya disuapin. Kalau mau mandi ya harus dimandiin. Dia tidak bisa apa-apa,” kata Juwairiyah.
Sutrisno lahir dari keluarga tidak mampu. Ayahnya bekerja serabutan. Kadang ikut melaut. Penghasilannya tidak tetap. Rumah yang ditempati terbuat dari gedek berlantai tanah.
Yayuk Fauziyah, tenaga medis Puskesmas Bandaran mengatakan, Sutrisno lumpuh bukan karena suntikan imunisasi. Tetapi, karena terserang virus. ”Kebetulan saja virus itu menyerang bersamaan saat imunisasi,” katanya.