PAMEKASAN – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Pamekasan diterpa isu miring. Petugas diduga biasa mendatangkan pemandu lagu (PL). Para lady companion (LC) itu sengaja didatangkan untuk menghibur orang-orang tertentu di dalam lapas.
Dugaan tersebut bermula dari kecurigaan masyarakat akan kondisi tak wajar di lingkungan tersebut. Para perempuan pengiring lagu itu dibawa masuk hingga batas waktu yang tak wajar. ”Ini sering kita temui,” ujar salah satu warga yang namanya enggan dikorankan kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) kemarin (26/1).
Perempuan berinisial M itu berpendapat, status seseorang ketika berkunjung ke lapas adalah sebagai tamu. Tentunya, ada mekanisme tertentu dan batasan waktu dalam kunjungan tersebut. ”Masak ini masuk pagi, keluarnya malah di sore hari,” timpalnya.
Menurut perempuan berhijab itu, aksi bawa perempuan ke dalam lapas tak hanya sekali dua kali. Dia mengaku sering berpapasan dengan mobil pengangkut LC itu. Yaitu, Honda Jazz warna putih salju dengan pelat nomor luar Madura.
”Ini infonya valid. Saya tanya rekan saya yang ada di dalam lapas juga seperti itu. Biasanya, para perempuan itu ditugaskan untuk menghibur para narapidana yang berpengaruh atau memiliki uang,” terangnya melalui sambungan telepon.
Sumber itu mengaku terakhir melihat para perempuan itu pekan terkahir Desember 2022. Tepatnya, Sabtu, 24 Desember 2022. Dia melihat para perempuan itu keluar dari lapas pukul 15.00.
”Sebelumnya teman saya lihat, dengan mobil yang sama, jumlahnya juga 4 orang perempuan berpakaian seksi ala penyanyi. Kata teman saya yang di dalam lapas memang LC,” ungkap sumber itu.
Sementara itu, Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Lapas Kelas II-A Pamekasan Novan Laksono menepis isu yang ditujukan pada lembaganya. Dia menegaskan yang disampaikan masyarakat tidak benar.
Namun, dia mengakui bahwa pernah mendatangkan penyanyi ke dalam lapas. ”Itu hanya penyanyi biasa yang kami undang untuk kegiatan-kegiatan tertentu,” katanya.
Novan mengakui para perempuan itu memang diundang untuk menghibur para warga binaan. ”Sesekali memang ada musik lengkap dengan penyanyinya yang notabene adalah seorang perempuan,” ungkapnya.
Para penyanyi yang masuk umumnya terdiri dari tiga sampai empat orang untuk mengisi sebuah acara. Novan menegaskan, fasilitas tersebut tak hanya dinikmati oleh segelintir warga binaan. Tapi, seluruh penghuni lapas yang terletak di Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan, itu.
Sementara untuk rentang waktu yang disediakan, Novan mengakui pernah menggelar acara hingga sore. Indikasinya, kegiatan yang semula dijadwalkan pagi molor hingga siang dengan alasan tertentu.
”Waktu itu memang molor kegiatannya. Kan tidak mungkin setelah selesai kegiatan mereka (penyanyi, Red) langsung pulang. Pasti makan dan minum dulu sembari santai. Intinya, kabar itu tidak benar dan harus diluruskan agar tidak menjadi informasi liar,” pungkas mantan petugas Lapas Kelas II-B Probolinggo itu. (afg/luq)