PAMEKASAN – Musik tradisional ul-daul cukup erat kaitannya dengan Ramadan. Sebab, seni pertunjukan tersebut berawal dari kegiatan patrol sahur. Dengan alat sederhana, sekelompok penabuh membangunkan masyakarakat untuk bersahur.
Dari zaman ke zaman, musik tradisional tersebut kini menjadi hiburan yang dinanti oleh berbagai kalangan. Dari yang muda hingga yang tua. ”Tak hanya bagi masyarakat Madura, tapi juga masyarakat luar daerah,” ujar Penanggung Jawab Lanceng Tresna Suhendarto Isnan.
Musik tradisional yang dipimpinnya itu sering mendapat undangan bermain ke berbagai daerah. Misalnya, menjadi perwakilan Kabupaten Pamekasan atau diundang sebagai pengiring lembaga tertentu di beberapa wilayah. Khususnya, di daerah Tapal Kuda.
Dalam perkembangannya, ul-daul menjadi parade karnaval dan festival rutin yang dipertontonkan kepada masyarakat. Misalnya, dalam kegiatan pawai budaya hingga acara pernikahan. Karena itu, kesenian ini cukup popular hingga ke seluk-beluk wilayah Madura.
Selama Ramadan, timnya memang tak banyak agenda ke luar daerah. Karena itu, Lanceng Sakera fokus dalam kegiatan patroli sahur. Termasuk, kegiatan malam minggu di sekitar Pamekasan. Biasanya, rutinitas tersebut juga diikuti oleh tim lain.
”Kami bergerak di dunia hiburan. Tentu, ini harus dipertahankan sebagai tradisi yang baik. Butuh kekompakan dan dukungan dari segenap elemen untuk bisa mewujudkan cita-cita ini. Sehingga, kelak bisa diwariskan kepada para generasi penerus,” katanya. (afg/luq)