24.7 C
Madura
Sunday, June 4, 2023

Wakil Ketua KPK: Kampus Mulai Kehilangan Orientasi

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Pendidikan tidak menjamin seseorang mempunyai integritas. Tidak sedikit lulusan perguruan tinggi justru berurusan dengan penegak hukum. Bahkan, 86 persen koruptor merupakan lulusan perguruan tinggi.

Data tersebut diungkapkan Wakil Ketua KPK RI Nurul Ghufron di Pamekasan kemarin (21/10). Dia datang ke IAIN Madura sekitar pukul 14.00 di aula lantai satu Fakultas Tarbiyah.

Kedatangannya ke IAIN Madura bukan untuk melakukan operasi tangkap tangan (OTT) kasus korupsi. Tetapi, untuk menjadi pembicara dalam Workshop Pengembangan Kelembagaan bertajuk Deteksi dan Pencegahan Korupsi.

Dalam workshop yang dipandu oleh Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim tersebut, Ghufron dengan tegas membuka data para pengemplang uang negara. Dia mengungkapkan bahwa 86 persen koruptor itu adalah lulusan perguruan tinggi (PT).

”Mengapa ini bisa terjadi? Karena banyak orang berilmu tanpa integritas,” terangnya kemarin. Dia menjelaskan secara detail faktor utama mengapa alumni PT tidak berintegritas.

Baca Juga :  Setahun Lebih, Jembatan Rusak di Pamekasan Tidak Diperbaiki

Secara garis besar, kata dia, karena kampus atau perguruan tinggi mulai kehilangan orientasinya. Pria kelahiran Sumenep, 22 September 1974 itu mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang tidak berintegritas berpotensi menjadi koruptor.

”Seseorang menjadi koruptor salah satunya karena tidak terbangunnya nilai integritas dalam dirinya,” terangnya. Menurut mantan dekan Fakultas Hukum Universitas Jember itu, nilai integritas ini tidak terbangun karena proses politik demokrasi tidak sehat di lembaga-lemabaga pendidikan atau pemerintah.

Kemudian, PT kehilangan orientasinya. Karena itu, PT harus mereorientasi tujuan pendidikannya. Pertama, mengubah orientasi pasar kerja bagi lulusan ke kebermanfaatan untuk sesama.

Kedua, dari sekadar untuk diakuisisi eksistensinya ke kemampuan untuk memberikan kontribusi. Bukan untuk menyerap atau mengisap. Ketiga, beralih dari sekadar untuk urusan pekerjaan ke arah melayani masyarakat.

Keempat, tidak menjadikan gaji sebagai tolok ukur keberhasilan, namun mengubah arah pikir lulusan ke jumlah dan kualitas layanan kepada masyarakat luas. ”Jadi, tidak sekadar menambah pengetahuan, tapi juga menambah integritas dan kebermanfaatan untuk masyarakat, dan ini yang kami harapkan bagi lulusan PT,” katanya.

Baca Juga :  Tempat Karaoke Dilarang Buka

Dia berharap, lulusan lembaga pendidikan seperti PT menjadi pemimpin yang berintegritas. Ghufron menyebut, integritas itu sederhana, yakni jujur, berakhlak, dan bertanggung jawab. ”Prinsip integritas ini tidak benar-benar diterapkan di lembaga pendidikan selama ini. Kami berharap sekaligus menagih ke PT agar ada reorientasi, sehingga mimpi kita menjadikan negara yang bersih tidak hanya mimpi,” jelasnya.

Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim berharap, kedatangan wakil ketua KPK ini meluruskan orientasi pendidikan kampus. ”Arahan beliau sudah didengar oleh pejabat dan dosen kita,” katanya. Workshop itu dihadiri jajaran rektor, dekan, dan dosen. 

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Pendidikan tidak menjamin seseorang mempunyai integritas. Tidak sedikit lulusan perguruan tinggi justru berurusan dengan penegak hukum. Bahkan, 86 persen koruptor merupakan lulusan perguruan tinggi.

Data tersebut diungkapkan Wakil Ketua KPK RI Nurul Ghufron di Pamekasan kemarin (21/10). Dia datang ke IAIN Madura sekitar pukul 14.00 di aula lantai satu Fakultas Tarbiyah.

Kedatangannya ke IAIN Madura bukan untuk melakukan operasi tangkap tangan (OTT) kasus korupsi. Tetapi, untuk menjadi pembicara dalam Workshop Pengembangan Kelembagaan bertajuk Deteksi dan Pencegahan Korupsi.


Dalam workshop yang dipandu oleh Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim tersebut, Ghufron dengan tegas membuka data para pengemplang uang negara. Dia mengungkapkan bahwa 86 persen koruptor itu adalah lulusan perguruan tinggi (PT).

”Mengapa ini bisa terjadi? Karena banyak orang berilmu tanpa integritas,” terangnya kemarin. Dia menjelaskan secara detail faktor utama mengapa alumni PT tidak berintegritas.

Baca Juga :  Dalami Penulisan Berita dan Teknik Wawancara

Secara garis besar, kata dia, karena kampus atau perguruan tinggi mulai kehilangan orientasinya. Pria kelahiran Sumenep, 22 September 1974 itu mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang tidak berintegritas berpotensi menjadi koruptor.

”Seseorang menjadi koruptor salah satunya karena tidak terbangunnya nilai integritas dalam dirinya,” terangnya. Menurut mantan dekan Fakultas Hukum Universitas Jember itu, nilai integritas ini tidak terbangun karena proses politik demokrasi tidak sehat di lembaga-lemabaga pendidikan atau pemerintah.

- Advertisement -

Kemudian, PT kehilangan orientasinya. Karena itu, PT harus mereorientasi tujuan pendidikannya. Pertama, mengubah orientasi pasar kerja bagi lulusan ke kebermanfaatan untuk sesama.

Kedua, dari sekadar untuk diakuisisi eksistensinya ke kemampuan untuk memberikan kontribusi. Bukan untuk menyerap atau mengisap. Ketiga, beralih dari sekadar untuk urusan pekerjaan ke arah melayani masyarakat.

Keempat, tidak menjadikan gaji sebagai tolok ukur keberhasilan, namun mengubah arah pikir lulusan ke jumlah dan kualitas layanan kepada masyarakat luas. ”Jadi, tidak sekadar menambah pengetahuan, tapi juga menambah integritas dan kebermanfaatan untuk masyarakat, dan ini yang kami harapkan bagi lulusan PT,” katanya.

Baca Juga :  Miris, Guru Kelas Dibayar Rp 150 Ribu

Dia berharap, lulusan lembaga pendidikan seperti PT menjadi pemimpin yang berintegritas. Ghufron menyebut, integritas itu sederhana, yakni jujur, berakhlak, dan bertanggung jawab. ”Prinsip integritas ini tidak benar-benar diterapkan di lembaga pendidikan selama ini. Kami berharap sekaligus menagih ke PT agar ada reorientasi, sehingga mimpi kita menjadikan negara yang bersih tidak hanya mimpi,” jelasnya.

Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim berharap, kedatangan wakil ketua KPK ini meluruskan orientasi pendidikan kampus. ”Arahan beliau sudah didengar oleh pejabat dan dosen kita,” katanya. Workshop itu dihadiri jajaran rektor, dekan, dan dosen. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/