PAMEKASAN – Harga tembakau rajang sangat murah. Berbagai protes datang dari petani. Pemerintah diminta mencari solusi terkait permasalahan tersebut. Tetapi, harga nyaris tidak berubah. Pemicunya, daya serap pabrikan rendah.
Puluhan bandol duduk santai di lantai kantor PT Wijaya Sentosa Abadi (WSA) kemarin (21/9). Mereka menunggu giliran sortir dari pihak pabrikan. Informasi yang diterima koran ini, sejak beberapa waktu terakhir, pembelian di gudang tersebut terkendala. Sebagian tembakau ditolak dengan alasan kualitasnya tidak masuk.
Direktur PT WSA Bernath Brondiva mengakui serapan tembakau tidak terlalu banyak. Jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding 2001 dan 2002. Pada tahun tersebut, tiap hari pabrikan bisa menyarap tembakau 3 ribu kilogram. Sementara pada 2019, setiap hari maksimal hanya 2 ribu kilogram.
Serapan tidak sebanding dengan stok tembakau. Pasokan daun emas dari petani sangat banyak. Ratusan bal tembakau masuk gudang. Akibatnya, antrean sortir sangat panjang. ”Antreannya panjang sekali,” katanya kemarin (21/9).
Beberapa faktor menjadi penyebab serapan rendah. Di antaranya, stok tembakau lama menumpuk di gudang. Pada musim 2017 dan 2018, pabrikan membeli tembakau dalam jumlah sangat banyak. Stok di petani hampir habis.
Tetapi, tembakau tersebut tidak terserap semua di pabrikan. Ada penumpukan stok tahun ini. Dengan demikian, tahun ini pihak pabrikan memilih menyerap sesuai kebutuhan. Tembakau yang dibeli harus sesuai kualitas yang dibutuhkan. Harga akan disesuaikan dengan kualitas. ”Ibarat orang punya toko, dia akan mengurangi kulakan pada barang yang masih banyak,” katanya.
Faktor lain yang juga memicu pembelian rendah adalah kebijakan pemerintah pusat. Bernath menyampaikan, pemerintah pusat berencana menaikkan cukai tembakau sebesar 33 persen per 2020 mendatang.
Kebijakan tersebut juga berdampak pada rendahnya pembelian. Pihak pabrikan tidak mau menanggung rugi jika harus menyetok tembakau. Sebab, kenaikan cukai itu diprediksi akan berdampak pada daya beli rokok masyarakat. ”Kenaikan cukai berpengaruh pada daya beli konsumen,” kata direktur perusahaan yang menaungi PT Gudang Garam itu.
Tim Lapangan PT Djarum Rokhim mengatakan, pembelian tetap berjalan lancar. Selama masih ada stok tembakau, perusahaan tersebut akan menyerap. ”Pembelian terus jalan,” katanya.
Anggota DPRD Pamekasan Harun Suyitno mengatakan, daya serap tembakau lemah di pabrikan. Laporan terakhir, penyerapan masih di bawah target pembelian. Tidak sedikit tembakau rajang ditolak karena kualitasnya dinilai tidak baik.
Tengkulak tidak membeli tembakau dalam jumlah banyak. Sementara petani khawatir tembakaunya tidak laku. Momen itu dimanfaatkan tengkulak untuk membeli dengan harga rendah. ”Masalahnya komplet, nanti kami akan tindak lanjuti. Jika AKD (alat kelengkapan dewan) terbentuk, kami langsung turun,” tandasnya.