PAMEKASAN – Apendisitis atau biasa dikenal sebagai usus buntu adalah penyakit peradangan yang terjadi pada usus buntu atau apendiks. Dikutip dari situs alodokter.com, penderita dapat merasa nyeri di perut bagian kanan bawah. Jika berlanjut, penderita juga dapat mengalami rasa nyeri hebat disertai mual dan demam.
Penyakit inilah yang sempat dialami Waris, 41, warga Kecamatan Batuan, Sumenep. Rabu (05/08), ayah satu anak ini menceritakan penyakit yang dialaminya sekitar dua bulan lalu hingga mengharuskan menjalani operasi di salah satu rumah sakit di Sumenep.
”Waktu kena (radang usus buntu) perut ini rasanya sakit kayak kembung sama nyeri. Terus badan ini panas demam. Tapi saya biarkan dulu, saya kiranya paling masuk angin atau penyakit flu saja jadi tidak saya bawa ke dokter. Lama-kelamaan itu rasanya tidak kuat karena saking sakitnya seperti hampir pingsan. Akhirnya saya dibawa ke UGD di rumah sakit,” ungkapnya dikutip dari poltal resmi BPJS Kesehatan.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Waris menderita penyakit radang usus buntu. Sehingga harus dioperasi agar penyakitnya tidak semakin memburuk. ”Awalnya disuruh operasi itu rasanya takut karena membayangkan nanti dibius apa terus disuntik. Tapi supaya sembuh jadi saya beranikan diri untuk operasi,” ujarnya.
Waris sangat bersyukur operasinya berjalan dengan lancar. Terlebih tidak mengeluarkan biaya karena telah terdaftar sebagai Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI-JK). Sehingga tindakan operasinya dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan.
”Pelayanan di Rumah Sakit juga sangat baik, penanganannya cepat. Kalau harus membayar sendiri pasti berat, wong saya kerjanya sebagai tukang bangunan itu ibaratnya cukup untuk kebutuhan sehari–hari saja,” imbuhnya.
Waris berharap, Program JKN–KIS semakin baik dan berkesinambungan. Mengingat saat ini JKN–KIS telah menjadi tumpuan bagi banyak masyarakat untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan.
”Kalau untuk orang yang mampu mungkin kalau tidak ada BPJS (JKN-KIS) masih bisa berobat sewaktu-waktu, tapi kalau untuk orang menengah ke bawah atau yang pas–pasan pasti sulit,” kata Waris. (jamkesnews.com)