PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Hingga kemarin (20/9), progres rencana pengeboran gas di perairan Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, belum tampak. Warga setempat bersyukur. Sebab, sejak awal warga memang menolak rencana pengeboran tersebut.
Koordinator aksi penolakan Mohammad Rohim menerangkan, warga khawatir pada dampak negatif yang akan ditimbulkan pasca pengeboran. ”Jadi, hingga saat ini warga tetap menolak rencana itu,” ucapnya.
Rohim mengatakan, salah satu kekhawatiran warga yakni terjadinya kebocoran pipa. ”Itu jelas akan merusak ekosistem laut. Sementara di sini, laut sudah menjadi ladang pekerjaan warga. Karena itu, warga tetap menolak,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, hampir semua warga Desa Tanjung menggantungkan nasib dengan cara melaut. ”Jadi, wajar kalau warga menolak. Situasi yang sudah tenang sekarang jangan kemudian dibuat kacau karena ada kebocoran pipa dan dampak lainnya,” ulasnya.
Menurut Rohim, warga Desa Tanjung tidak ingin tawar-menawar perihal rencana pengeboran. Sebab, jika terjadi apa-apa, yang akan dirugikan adalah warga Desa Tanjung. ”Sejak awal, kita menolak dan sampai hari ini juga kita tetap menolak,” pungkas pria berusia 28 tahun itu.
Berdasar catatan Jawa Pos Radar Madura, Pemkab Pamekasan sudah melakukan pertemuan dengan pihak terkait mengenai rencana pengeboran tersebut pada April lalu. Pertemuan itu dihadiri perwakilan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) PT Medco Energy.
Dalam pertemuan perdana tersebut, pihak PT Medco Energy berkoordinasi terkait model sosialisasi ke masyarakat Desa Tanjung. Pihak Medco Energy memprediksi, pengeboran bisa dimulai 2022.
Saat dikonfirmasi JPRM, Humas Medco Energy Hartono tidak bisa memberikan keterangan terkait penolakan warga Desa Tanjung. Namun, dia berjanji akan menyampaikan ke manajemen. ”Kita akan sampaikan dulu ke manajemen,” janjinya saat dihubungi JPRM.