26.4 C
Madura
Sunday, March 26, 2023

Keluarga Tak Diizinkan Baca Rekam Medis

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Beredar kabar bahwa Prada Mar Shandi Darmawan meninggal karena dianiaya senior. Penganiayaan dilakukan lantaran almarhum Prada Mar Shandi Darmawan diduga mencuri ATM teman asramanya. Namun, keluarga masih meragukan informasi tersebut.

Kakak almarhum, Linda Fuji Lestari, mengaku tidak masuk akal jika almarhum Prada Mar Shandi Darmawan mencuri ATM. Seharusnya, dugaan pencurian disertai dengan bukti. Misalnya, rekaman CCTV atau bukti lain yang mengarah pada pencurian.

”Saya yakin di kompi dijaga ketat. Tidak mungkin kompi dalam keadaan kosong. Pasti ada penjaganya,” ujarnya kemarin (19/7).

Kalaupun mencuri, lanjut Linda, seharusnya tidak langsung dilakukan penganiayaan kepada almarhum. Dia meyakini, institusi memiliki prosedur yang harus diterapkan jika terdapat anggota yang melanggar.

Baca Juga :  Pemkab Pamekasan dan UTM Launching Sirosida

”Meski memang terbukti mencuri, tidak boleh dong main hakim sendiri. Seharusnya ada proses,” tuturnya.

Hingga saat ini, keluarga masih menaruh curiga atas meninggalnya almarhum Prada Mar Shandi Darmawan. Selain masalah bekas luka di tubuh almarhum, keluarga tidak diperbolehkan melihat hasil visum dan rekam medis selama Prada Mar Shandi Darmawan di rawat di rumah sakit.

Linda mengaku belum melihat hasil visum penyebab kematian almarhum Prada Mar Shandi Darmawan. Keluarga sudah meminta untuk melihat dan menduplikatnya. Namun dari pihak TNI tidak mengizinkan. Alasannya, masih mau diserahkan ke Pomal.

”Jadi, kami tidak mengantongi bukti apa-apa. Mau membaca rekam medisnya saja tidak diizinkan. Padahal, seharusnya itu diserahkan ke pihak keluarga,” kesalnya.

Baca Juga :  Polisi Periksa Lima Saksi terkait Dugaan Penganiayaan Terlapor Anggota Dewan

Karena itu, keluarga menduga ada yang ditutupi dari peristiwa yang mengakibatkan meninggalnya Prada Mar Shandi. Pasalnya, keluarga tidak menerima pemberitahuan resmi dari batalyon, termasuk terkait proses hukum enam senior terduga pelaku penganiyaan. Artinya, hanya jenazah yang diserahkan kepada pihak keluarga.

Linda akan berusaha mencari tahu kebenaran penyebab meninggalnya sang adik. Keluarga juga akan mencari keadilan untuk almarhum. Linda berharap, jika berlanjut pada proses hukum, dilakukan secara terbuka dan transparan. Keluarga juga harus dilibatkan.

”Kami ingin tahu proses hukumnya sehingga keluarga bisa juga menyampaikan unek-uneknya,” harapnya. (bil/rus)

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Beredar kabar bahwa Prada Mar Shandi Darmawan meninggal karena dianiaya senior. Penganiayaan dilakukan lantaran almarhum Prada Mar Shandi Darmawan diduga mencuri ATM teman asramanya. Namun, keluarga masih meragukan informasi tersebut.

Kakak almarhum, Linda Fuji Lestari, mengaku tidak masuk akal jika almarhum Prada Mar Shandi Darmawan mencuri ATM. Seharusnya, dugaan pencurian disertai dengan bukti. Misalnya, rekaman CCTV atau bukti lain yang mengarah pada pencurian.

”Saya yakin di kompi dijaga ketat. Tidak mungkin kompi dalam keadaan kosong. Pasti ada penjaganya,” ujarnya kemarin (19/7).


Kalaupun mencuri, lanjut Linda, seharusnya tidak langsung dilakukan penganiayaan kepada almarhum. Dia meyakini, institusi memiliki prosedur yang harus diterapkan jika terdapat anggota yang melanggar.

Baca Juga :  240 Napi Narkotika Jalani Rehabilitasi Sosial

”Meski memang terbukti mencuri, tidak boleh dong main hakim sendiri. Seharusnya ada proses,” tuturnya.

Hingga saat ini, keluarga masih menaruh curiga atas meninggalnya almarhum Prada Mar Shandi Darmawan. Selain masalah bekas luka di tubuh almarhum, keluarga tidak diperbolehkan melihat hasil visum dan rekam medis selama Prada Mar Shandi Darmawan di rawat di rumah sakit.

Linda mengaku belum melihat hasil visum penyebab kematian almarhum Prada Mar Shandi Darmawan. Keluarga sudah meminta untuk melihat dan menduplikatnya. Namun dari pihak TNI tidak mengizinkan. Alasannya, masih mau diserahkan ke Pomal.

- Advertisement -

”Jadi, kami tidak mengantongi bukti apa-apa. Mau membaca rekam medisnya saja tidak diizinkan. Padahal, seharusnya itu diserahkan ke pihak keluarga,” kesalnya.

Baca Juga :  Perahu Besar di Pamekasan Masih Gunakan Pukat Harimau

Karena itu, keluarga menduga ada yang ditutupi dari peristiwa yang mengakibatkan meninggalnya Prada Mar Shandi. Pasalnya, keluarga tidak menerima pemberitahuan resmi dari batalyon, termasuk terkait proses hukum enam senior terduga pelaku penganiyaan. Artinya, hanya jenazah yang diserahkan kepada pihak keluarga.

Linda akan berusaha mencari tahu kebenaran penyebab meninggalnya sang adik. Keluarga juga akan mencari keadilan untuk almarhum. Linda berharap, jika berlanjut pada proses hukum, dilakukan secara terbuka dan transparan. Keluarga juga harus dilibatkan.

”Kami ingin tahu proses hukumnya sehingga keluarga bisa juga menyampaikan unek-uneknya,” harapnya. (bil/rus)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/