Setiap daerah memiliki julukan masing-masing. Kabupaten Pamekasan dikenal sebagai Kota Batik. Bahkan, kebupaten ini juga memiliki Tari Batik Pamekasan.
MOH. BUSRI, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura
PERINGATAN Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-77 Jawa Timur di halaman Kantor Bakorwil IV Pamekasan Minggu (7/11) dimeriahkan dengan pembuatan batik. Namun, itu hanya dilakukan dalam gerakan tari. Yang disebut Tari Batik Pamekasan.
Tarian ini diciptakan perempuan asal Dusun Panyepen, Desa Panempan, Kecamatan Pamekasan. Dia bernama Chiki Eva Kristiyara, pelatih tari dan ketua Sanggar Rumah Seni Madhuro’om.
Tari Batik Pamekasan diciptakan pada 2009. Saat itu Pamekasan sedang dicanangkan sebagai Kota Batik. Inisiatif penciptaan Tari Batik Pamekasan ini atas dasar permintaan dinas kepemudaan, olahraga, dan pariwisata (disporapar). ”Tarian ini dari awal memang dimaksudkan untuk menjadi ciri khas Pamekasan,” ungkap dara cantik yang akrab disapa Chiki ini kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) kemarin (7/11).
Tari Batik Pamekasan kali pertama ditampilkan pada Hari Jadi Ke-479 Pamekasan 2009. Gerakan tarian tersebut menceritakan bahwa batik berawal dari kain putih. Selanjutnya, dilukis dengan malam hingga diwarnai.
”Tarian Batik Pamekasan ini merupakan hasil kolaborasi dari tiga jenis seni. Yaitu, seni batik, tari, dan musik yang kemudian menjadi satu kesatuan,” jelasnya.
Chiki menuturkan, penciptaan Tari Batik Pamekasan membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Sekalipun masih sangat baru, sejauh ini tarian tersebut sudah menyandang penghargaan 10 penyaji terbaik dalam Festival Karya Tari 2010. Tepatnya di Kota Surabaya.
”Bahkan, Tari Batik Pamekasan ini juga pernah diikutkan festival di Malaysia pada 2017,” tuturnya.
Ciri khas Tari Batik Pamekasan terletak pada properti yang digunakan. Tepatnya, motif kain batik khas Pamekasan yang dipakai pada akhir sesi tarian. Batik tersebut bermotif sekar jagat dan beras dumpa.
Tari Batik Pamekasan sampai sekarang terus dilakukan inovasi. Tujuannya, supaya tarian itu semakin bagus dan memukau. Untuk versi lama, pada akhir sesi tarian masih menggunakan batik gulung. Kemudian, batik tersebut dibentangkan oleh para penari.
Sedangkan versi saat ini sudah menggunakan batik jadi yang diikatkan pada pinggang salah seorang penari. Kemudian, dibentangkan oleh dua penari lain. ”Versi yang sekarang lebih efisien dan simpel dibanding yang dulu,” katanya.
Sekalipun dilakukan inovasi, Chiki tidak merombak tarian secara total. Sebab, dia masih ingin mempertahankan keaslian tari tersebut. Lebih jelasnya, inovasi yang dia lakukan hanya pada bagian properti di akhir sesi tarian. ”Kalau untuk gerakan, tidak terlalu banyak dilakukan perubahan,” ujarnya.
Tari Batik Pamekasan sering ditampilkan dalam pembukaan acara pemerintah kabupaten. Sebab, tarian ini diciptakan untuk menjadi identitas daerah. Sama halnya dengan Tari Muwang Sangkal di Kabupaten Sumenep.
Tari Batik Pamekasan memperkuat identitas Pamekasan. Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Bumi Ratu Pamelingan ini banyak yang menjadi perajin batik. Awal 2022 meresmikan Gedung Sentra Batik.
”Saya harap, masyarakat Pamekasan lebih mencintai budaya lokal dibandingkan budaya asing. Bahkan, budaya tersebut juga harus diperkenalkan kepada dunia,” jelas Chiki. (*/luq)