PAMEKASAN – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur merilis pasien positif Covid-19 di Pamekasan bertambah satu lagi kemarin (5/4). Dinas Kesehatan Pamekasan masih menelusuri siapa di antara 3 pasien dalam pengawasan (PDP) yang diisolasi di RSUD dr Slamet Martodirdjo yang terkategori positif.
Ketua Tim Satgas Internal RSUD dr Slamet Martodirdjo Pamekasan dr Syaiful Hidayat mengutarakan bahwa pihaknya juga belum tahu. Namun, kemungkinan besar adalah salah seorang dari dua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berada di ruang isolasi.
”Prediksi saya adalah salah seorang dari TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia). Di antara dua itu siapa tahu. Tapi, tunggu pengumuman resmi. Karena klasternya sama. Kalau ikuti berita, rata-rata TKIH yang ikut pelatihan itu positif,” katanya.
Dua PPIH itu dirawat di ruang isolasi RSUD dr Slamet Martodirdjo sejak Rabu (1/4). Mereka langsung masuk daftar PDP. Keduanya punya gejala yang mengarah ke Covid-19. Sebelumnya, mereka bersama enam orang PPIH asal Pamekasan mengikuti pelatihan di Surabaya.
Sementara itu, salah seorang PDP berusaha kabur dari ruang isolasi RSUD dr Slamet Martodirdjo Pamekasan. Pasien perempuan asal Kecamatan Kota itu sudah menuju pintu keluar rumah sakit Sabtu sore (4/4).
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Madura, pasien tersebut melarikan diri karena merasa kondisi tubuhnya sudah membaik. Dia juga merasa ada tekanan psikologis berada di ruang isolasi hampir selama seminggu.
Sebagaimana diberitakan JPRM sebelumnya, pasien tersebut masuk ke RSUD dr Slamet Martodirdjo Pamekasan Sabtu sore (28/3) sebagai PDP kedua.
Perempuan tersebut masuk ke ruang isolasi sebagai PDP setelah melakukan perjalanan ke Kota Kediri. Hasil rontgen menunjukkan adanya radang paru-paru. Awal masuk, pasien alami batuk dan sesak napas.
Ketua Tim Satgas Internal RSUD dr Slamet Martodirdjo Pamekasan dr Syaiful Hidayat membenarkan bahwa salah satu pasien PDP berusaha kabur dari ruang isolasi. Namun, tim medis berhasil mencegahnya. Pasien tersebut dicegat saat melarikan diri dari ruang isolasi menuju tempat parkir RSUD.
”Orangnya lari dari ruang isolasi. Dia minta pulang. Kalau untuk kasus Covid-19 ini kan kami nggak sembarangan. Beda dengan kasus pasien lain,” tegas dr Syaiful Hidayat.
”Tenaga medis seperti kami nggak bisa memutuskan sendiri. Harus dikonsultasikan ke tim satgas kabupaten. Apalagi hasil swab belum keluar walau secara klinis kondisi pasien sudah membaik,” sambungnya.
Dokter yang akrab disapa Yayak itu menjelaskan, keluhan sakit pada pasien berkurang. ”Tapi kita tahan. Kita lakukan langkah persuasif agar kembali ke ruang isolasi, namun pasien tidak mau, dan terus kami bujuk meski tidak mau ke ruang isolasi. Terpenting, jangan pulang ke rumah,” lanjutnya.
Pasien PDP yang kabur sebelum hasil swab keluar sedikit berisiko. Kemungkinan akan banyak masyarakat yang akan menyarankan agar tidak kembali ke rumah dan tetap di ruang isolasi yang disiapkan rumah sakit.
”Ini kemauan dia pribadi, pihak keluarga sepertinya tidak masalah karena waktu dia kabur gak ada keluarganya yang menunggu,” ungkap Yayak.
Namun Yayak menilai, goncangan psikologis bisa terjadi kepada pasien. Apalagi, stigma PDP di tengah wabah korona sangat tidak mengenakkan di tengah masyarakat. ”Banyak orang memang tidak siap dikategorikan PDP,” tambahnya.
Karena pasien tidak mau kembali ke ruang isolasi, akhirnya dimasukkan ke ruangan berbeda di rumah sakit. Ruangan itu pun disiapkan secara khusus sebagaimana ruang isolasi untuk pasien PDP dan tenaga medisnya pun khusus penanganan Covid-19.
”Kalau kita biarkan pulang, kemungkinan masyarakat belum siap menerima dan ini sudah kami pikirkan dan juga komunikasikan,” terangnya.
Dijelaskan, tes swab pasien diperkirakan keluar hari ini (6/4), atau paling tidak Selasa (7/4). Tes swab di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) sudah keluar. Hanya, belum bisa diumumkan sebelum keluar hasil swab kedua dari Balitbangkes Jakarta.
Secara terpisah, Juru Bicara Satgas Penanggulangan Bencana Non-Alam dan Pencegahan Covid-19 Pamekasan Achmad Marsuki menyampaikan bahwa ruang isolasi pasien PDP masih di rumah sakit. Dalam arti, belum ada rumah singgah atau gedung karantina khusus untuk pasien PDP.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Pamekasan itu juga menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan konseling kepada pasien agar mengerti situasi ini dan tidak gegabah mengambil tindakan. ”Akan tetap kami beri konseling,” janjinya saat dikonfirmasi JPRM kemarin.
Sementara di Kota Salak, seorang pasien asal Kecamatan Bangkalan terindikasi terpapar Covid-19. Kini yang bersangkutan tengah diisolasi di RSUD Syamrabu.
Pasien tersebut merupakan pelaut yang baru pulang dari Brasil. Sejak dibawa ke RSUD Syamrabu Jumat (3/4), dia mengalami sesak napas. Atas dasar itu, dia langsung masuk kategori PDP.
Jubir Gugus Tugas Covid-19 Bangkalan Agus Zein mengutarakan, satu lagi pasien diisolasi di RSUD Syamrabu. ”Dia baru pulang, mengalami sesak napas,” ujarnya.
Menurut Agus, pasien tersebut langsung ditetapkan PDP. Sebab, berdasarkan riwayat penyakitnya mengarah ke Covid-19. Selain itu, dia juga baru datang dari luar negeri. ”Sembari diisolasi, sekarang menunggu hasil swab dari Surabaya,” katanya.
Agus menyatakan, meski sudah terindikasi mengarah ke Covid-19, namun, yang bersangkutan belum dikatakan positif Covid-19. Sebab, sesuai tahapan penanganan Covid-19 harus menunggu hasil swab dari Balitbangkes Jakarta sebagai tahapan akhir.
”Ini baru swab yang di Surabaya. Sudah dikirim. Kita tunggu hasilnya seperti apa,” ucapnya. ”Apabila hasil swab di Surabaya positif. Selanjutnya akan dilakukan uji lab di Balitbangkes Jakarta,” sambungnya.
Sementara pasien yang berasal dari Kecamatan Blega sejauh ini hasil swab dari Balitbangkes Jakarta belum turun. Hanya, yang bersangkutan tetap ada di RSUD Syamrabu. ”Karena swab yang di Surabaya positif. Selanjutnya menunggu swab dari Balitbangkes Jakarta,” terangnya. (ky)